Sabtu, 28 Agustus 2010

"SUKU MENTAWAI – Suku Kuno Misterius Indonesia yang Akan Hilang"

generasi terakhir….

foto diambil 1900-1940an
Suku mentawai adalah suku kuno yang bertinggal di kepulauan mentawai.
bagian dari sumatra barat dan utara.

asal usulnya yang menjadi perdebatan menjadikan suku itu suku yang misterius.
ada yang berpendapat termasuk bangsa polynesia ada yang berpendapat merupakan bangsa proto-malayan (melayu tua).
klo saya sih lebih cocok protomelayu karena dari ciri fisiknya..

foto oleh dr.Paul wirz 1930
sperti suku indian ya .. maklum masi satu keturunan..

tempatnya yang terisolasi terpisah dari jaman pleistosin karena naiknya permukaan laut menjadikan budayanya berbeda dengan suku2 terdekatnya..
ini bbrpa foto dari joey lawrence, fotografer dr america serikat yg bikin covernya film twilight jg..
Spoiler for nenek:
Spoiler for kakek:
Spoiler for anak:
Spoiler for tengkorak monyet:
Spoiler for upacara malam:
Spoiler for generasi baru:
Spoiler for foto by joeyl:
nah sejak masuknya orang luar* dan tentunya perkembangan jaman..
suku mentawai sudah berada pada generasi terakhir..
karena anak2 mereka sudah tidak mengikuti budaya tradisional lagi..
jadi generasi ayahnya skrg kmgkinan merupakan generasi yang terakhir..
foto ayah bersama anak mereka Sudah beda.


Tato Mentawai yang Terancam Punah

Tato Mentawai Akan Tinggal Kenangan
URLIK Tatubeket, lelaki Mentawai berusia 46 tahun asal Pulau Sipora, terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Aliansi Masyarakat Adat Peduli Mentawai (AMA-PM) dalam Kongres Masyarakat Adat Mentawai, di Tuapejat, Sipora, dua tahun lalu.
Sebagai ketua sebuah organisasi yang mengatasnama masyarakat adat, Urlik terkesan jauh dari sosok seorang Mentawai yang dikenal melalu foto-foto selama ini. Begitu juga dengan 265 peserta kongres, sebagian besar laki-laki, yang datang dari berbagai pelosok kampung di Kepulauan Mentawai.
Urlik dan mereka tak satupun yang memiliki tato penghias tubuh sebagai seorang Mentawai. Padahal tato yang oleh orang Mentawai disebut ‘titi’, adalah bagian dari kebudayaan Mentawai yang penting. Setidaknya, ini telah bisa membuktikan bahwa tradisi tato sudah mulai ditinggalkan oleh orang Mentawai.
“Sejak tahun 1950-an, setelah pemerintah mewajibkan penduduk harus memeluk salah satu dari lima agama besar yang diakui pemerintah, orang Mentawai tak lagi menghias tubuhnya dengan tato, kecuali di beberapa kampung pedalaman di Siberut yang masih ada hingga kini,” kata Urlik.
Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan adalah tiga pulau di mana orang Mentawai yang berdiam di sana tak lagi menato dirinya sejak 1950-an. Menurut Urlik, di Pulau Sipora yang orang Mentawainya kini sekitar 8.000 jiwa, yang masih memiliki tato tak lebih dari 10 orang. Tiga laki-laki dan selebihnya perempuan. Usia mereka di atas 70 tahun.
Hal yang sama juga terjadi di Pagai. Meski dihuni lebih 11.000 orang Mentawai, yang masih memiliki tato juga tak lebih dari 10 orang. Mereka juga berumur di atas 70 tahun.
“Bisa dipastikan, dalam 20 tahun ke depan tidak akan ada lagi orang Mentawai Sipora dan Pagai yang memiliki tato di tubuhnya,” katanya.
Ada beberapa penyebab, menurut Urlik, kenapa tato hilang di Sipora dan Pagai. Pertama, ajaran agama yang melarang kepercayaan Arat Sabulungan, kepercayaan kepada roh-roh, dan menganggap tato bagian dari kepercayaan itu.
Kedua, upacara membuat tato diawali dengan rangkaian upacara lain yang lama (paling cepat enam bulan) dan banyak pantangan (larangan). Upacara ini disebut ‘punen’. Karena itu banyak orang Mentawai yang tidak ingin menjalankannya karena sangat berat.
Ketiga, ada rasa malu bagi orang Mentawai, terutama yang bersekolah ke luar daerah untuk menato dirinya, karena dianggap orang lain sebagai lambang keterbelakangan dan primitif. Kelompok orang Mentawai modern ini merasa lega terlepas dari budaya Arat Sabulungan.
Malu Karena Tidak ‘Bulepak’
Protestan yang masuk ke Mentawai sejak 1901, menurut Urlik, merupakan agama yang paling keras melarang kepercayaan lama orang Mentawai dibanding Katolik yang masuk sejak 1955 dan Islam sejak 1952. Karena itu, Sipora dan Pagai yang mayoritas memeluk agama Protestan lebih cepat hilang kebudayaannya, termasuk tradisi tato.
“Saya masih ingat waktu kecil ada orang Mentawai bertato yang diusir dari jemaat oleh pendeta,” kata Urlik yang juga pendeta GKPM (Gereja Kristen Protestan Mentawai) Saurenuk, Sipora.
Untuk bisa menato diri, suatu suku di Sipora harus melakukan ‘punen’ yang paling cepat menghabiskan waktu enam bulan. Punen dimulai dengan mendirikan uma (rumah adat khas Mentawai) dengan memotong sejumlah babi dan mengikuti berbagai pantangan. Di antaranya tidak boleh melakukan seks dengan istri, tidak boleh memandang wanita, tidak boleh makan dan minum sebelum acara makan dan minum bersama, dan sebagainya.
“Acara puncak punen adalah dengan melakukan perjalanan ke Pulau Siberut sebagai asal orang Mentawai, acara itu disebut ‘Bulepak’, ke sana naik sampan sampai 40 orang, jika sudah kembali dengan selamat menempuh ombak yang besar dari Siberut dengan membawa manik-manik khas Siberut, maka semua warga suku sudah boleh menato diri,” kata Urlik.
Upacara seperti inilah yang berat dilakukan orang Sipora. Menurut Urlik, acara ‘Bulepak’ terakhir yang dilakuan orang Sipora pada 1950-an. Setelah itu tidak ada lagi orang Mentawai di Sipora yang melakukan itu. Akibatnya, mereka tidak berani menato diri, karena syaratnya tidak ada.
“Mereka malu menato diri karena tidak pernah ‘Bulepak’, setelah itu tak ada lagi orang Sipora yang bertato, hal yang sama juga terjadi di Pagai,” katanya.
Ditato Itu Sakit
Di Siberut, pulau terbesar di Kepulauan Mentawai dan merupakan pusat dan asal kebudayaan Mentawai, masih ada sejumlah kampung pedalaman yang masih menggunakan tato. Di kampung-kampung di Sarereiket, Ugai, Matotonan, Madobak, Simatalu, Sakudei, dan Simalegi penduduknya masih memakai tato.
Meski di beberapa kampung para pemuda dan gadis yang mulai dewasa tetap ditato tubuhnya, namun yang meninggalkan tradisi tato jauh lebih banyak. Umumnya mereka yang sudah berinteraksi dengan dua modern, seperti melanjutkan pendidikan ke SMP dan SMA yang hanya terletak di ibukota kecamatan atau ke Padang.
“Umumnya kampung-kampung yang tradisi tatonya masih ada adalah yang menganut Katolik, sebab Katolik lebih longgar dan tidak sekeras Protestan melarang mereka, tetapi anak-anak muda yang bersekolah tak lagi mau ditato,” kata Urlik.
Tradisi bertato memang mulai ditinggalkan di Mentawai, seiring dengan pangaruh dunia luar. Jika dulu orang yang bertato dianggap sebagai lambang orang yang sehat dan kuat di Mentawai, kini anggapan itu telah beralih sebagai orang yang terbelakang.
“Ditato itu sakit dan lagian lambang primitif,” kata Gerson Saleleubaja, 24 tahun, pemuda asal Maileppet, Siberut Selatan, yang kini menjadi jurnalis di Tabloid Puailiggoubat, sebuah koran lokal di Mentawai.
Terlepas dari itu, sebenarnya tato tradisional Mentawai adalah khazanah dunia. Ady Rosa, peneliti tato Indonesia dari Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, menyimpulkan bahwa tato Mentawai termasuk tato tertua di dunia.
Sayang, belum banyak yang meneliti jenis dan makna tato di Mentawai. Ady Rosa sendiri baru meneliti penggunaan tato pada orang Mentawai di sejumlah kampung di Siberut dan belum meneliti tato di Sipora dan Pagai. Padahal, menurut Urlik, tato Sipora dan Pagai memiliki perbedaan tertentu dari tato Siberut.
Misalnya, di Sipora ada tato tiga garis lengkung di pipi dan satu garis lurus dari dagu hingga leher. Tato-tato ini belum diteliti dan akan segera hilang karena pemakainya yang sudah uzur.
160 Motif Tato
Tato oleh orang Mentawai tak hanya berfungsi untuk keindahan tubuh, tetapi juga lambang yang menunjukkan posisi atau derajat orang yang memakainya.
Ady Rosa, peneliti tato dari Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Padang menyimpulkan, seni tato yang oleh orang Mentawai disebut ‘titi’ mulai dikenal di Mentawai sejak orang Mentawai datang antara tahun 1500 sampai 500 Sebelum Masehi. Mereka adalah suku bangsa protomelayu yang datang dari Yunan, kemudian berbaur dengan budaya Dongson.
“Tato di Siberut sudah jauh sebelum bangsa Mesir mulai membuat tato sekitar tahun 1300 SM, jadi bukan tato Mesir yang tertua di dunia, tapi tato Mentawai,” katanya.
Ady Rosa dalam laporan hasil penelitiannya berjudul ‘Fungsi dan Makna Tato Mentawai’ (2000) menyimpulkan, ada tiga fungsi tato bagi orang Mentawai. Pertama, sebagai tanda kenal wilayah dan kesukuan yang tergambar lewat tato utama. Ini semacam kartu tanda penduduk (KTP).
Kedua, sebagai status sosial dan profesi. Motif yang digambarkan tato ini menjelaskan apa profesi si pemakai, misalnya sikerei (tabib dan dukun), pemburu binatang, atau orang awam. Ketiga, sebagai hiasan tubuh atau keindahan. Ini tergambar lewat mutu dan kekuatan ekspresi si pembuat tato (disebut ‘sipatiti’) melalui gambar-gambar yang indah.
Menurt Ady, ada sekitar 160 motif tato yang ada di Siberut. Masing-masing berbeda satu sama lain. Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya.
Pembuatan tato sendiri melewati proses ritual, karena bagian dari kepercayaan Arat Sabulungan (keparcayaan kepada roh-roh). Bahan-bahan dan alat yang digunakan didapat dari alam sekitarnya. Hanya jarum yang digunakan untuk perajah yang merupakan besi dari luar. Sebelum ada jarum, alat pentatotan yang dipakai adalah sejenis kayu karai, tumbuhan asli Mentawai, yang bagian ujungnya diruncingkan.
Sipatiti (pembuat tato) adalah seorang lelaki dan tidak boleh perempuan. Sebelum pembuatan tato harus diadakan ‘punen patiti’ (upacara pentatoan). Upacara dipimpin oleh seorang sikerei. Upacara yang dilakukan dengan menyembelih beberapa ekor babi ini harus dibiayai oleh orang yang ditato dan hanya dilakukan pada awal pentatoan.
Membuat tato di Mentawai dilakukan tiga tahap. Tahap pertama pada saat seseorang berusia 11-12 tahun, dilakukan pentatoan di bagian pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun dengan menato bagian paha. Tahap ketiga setelah dewasa.
Proses pembuatan tato memakan waktu dan diulang-ulang. Tentu saja menimbulkan rasa sakit dan bahkan menyebabkan demam.

"TATTOO TERTUA DI DUNIA TERNYATA DIBUAT DI INDONESIA"

Tato Tertua di Dunia Ternyata Dibuat di Indonesia

Siapa yang belum mengenal tato atau tatto, sebuah seni rajah tubuh. Beragam seni tato modern telah dilakukan di berbagai belahan bumi ini. Namun tahukah anda bahwa seni tato tertua di dunia ternyata dibuat di Indonesia.??
Istilah “Tattoo” diambil dari kata “Tatau” dalam bahasa Tahiti. Tato pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada tahun1769. Menurut beberapa peneliti, tato yang tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke 20 BC.
Tato Mesir, yang diperkirakan tato tertua ditemukan pada 1300 SM sedangkan Mentawai sudah menato tubuh mereka sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera pada Zaman Logam, 1500 SM – 500 SM. Mereka bangsa Proto-Melayu yang berasal dari daratan Asia (Indocina).
Menurut para peneliti “tato” di Indonesia, Tattoo Mentawai adalah yang tertua di dunia yang dikenal sebagai Titi. Bagi masyarakat Mentawai yang mendiami kepulauan Mentawai di dekat Sumatera, tato merupakan roh kehidupan. Salah satu posisi tato adalah untuk menunjukkan identitas dan perbedaan status sosial atau profesi. Sebagai contoh, tato Sikerei (sebutan untuk dukun Mentawai) berbeda dengan tato pemburu. Pemburu dikenal dengan gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, monyet, burung, atau buaya. Sedangkan Sikerei diketahui dari tato bintang “Sibalu-balu” di tubuh mereka.

ADAT MENTAWAI
Berdasarkan tradisi Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam tradisi orang Mentawai, objek seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di tubuh mereka. Mereka menganggap semua hal memiliki jiwa. Fungsi lain dari tato adalah seni, orang Mentawai menato tubuh mereka sesuai dengan kreativitasnya.
Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, yang disebut Arat Sabulungan. Istilah ini berasal dari kata “sa” (koleksi), dan “bulung” (daun). Kumpulan daun yang disusun dalam sebuah lingkaran yang terbuat dari kelapa atau pucuk pohon sagu, yang diyakini memiliki kekuatan magis yang disebut “Kere” atau “Ketse”. Ini digunakan sebagai media untuk pemujaan terhadap “Tai Kabagat Koat” (Dewa Laut), “Tai Ka-leleu” (Dewa hutan dan gunung), dan “Tai Ka Manua” (Dewa awan).
“Arat Sabulungan” digunakan dalam setiap upacara, kelahiran, pernikahan, pengobatan, pindah rumah, dan tato. Ketika anak laki-laki memasuki masa pubertas, usia 11-12 tahun, tetua yang disebut Sikerei dan Rimata (kepala suku) akan bernegosiasi untuk menentukan hari dan bulan pelaksanaan tato.

PROSES PEMBUATAN
Setelah itu, dipilihlah “Sipatiti” (artis tato). Sipatiti tidak didasarkan pada penunjukan jabatan publik, seperti dukun atau kepala suku, tetapi profesi laki-laki. Keahlian Sipatiti itu harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum tato dilakukan, diatur Upacara pertama dipimpin oleh Sikerei di Puturukat (galeri milik sipatiti).
ubuh anak laki-laki yang akan tato digambar dengan tongkat. Sketsa pada tubuh kemudian ditusuk dengan jarum kayu. Tubuh anak dipukul perlahan-lahan dengan tongkat kayu untuk memasukkan pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang digunakan adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa




artikel dari haxims.blogspot.com
Istilah “Tattoo” diambil dari kata “Tatau” dalam bahasa Tahiti. Tato pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada tahun1769. Menurut beberapa peneliti, tato yang tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke 20 BC.
Tato Mesir, yang diperkirakan tato tertua ditemukan pada 1300 SM sedangkan Mentawai sudah menato tubuh mereka sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera pada Zaman Logam, 1500 SM – 500 SM. Mereka bangsa Proto-Melayu yang berasal dari daratan Asia (Indocina).
Menurut para peneliti “tato” di Indonesia, Tattoo Mentawai adalah yang tertua di dunia yang dikenal sebagai Titi. Bagi masyarakat Mentawai yang mendiami kepulauan Mentawai di dekat Sumatera, tato merupakan roh kehidupan. Salah satu posisi tato adalah untuk menunjukkan identitas dan perbedaan status sosial atau profesi. Sebagai contoh, tato Sikerei (sebutan untuk dukun Mentawai) berbeda dengan tato pemburu. Pemburu dikenal dengan gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, monyet, burung, atau buaya. Sedangkan Sikerei diketahui dari tato bintang “Sibalu-balu” di tubuh mereka.
artikel  dari haxims.blogspot.com
artikel dari haxims.blogspot.com
Tradisi Mentawai
Berdasarkan tradisi Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam tradisi orang Mentawai, objek seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di tubuh mereka. Mereka menganggap semua hal memiliki jiwa. Fungsi lain dari tato adalah seni, orang Mentawai menato tubuh mereka sesuai dengan kreativitasnya.
artikel dari haxims.blogspot.com
artikel  dari haxims.blogspot.com
artikel dari  haxims.blogspot.com
Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, yang disebut Arat Sabulungan. Istilah ini berasal dari kata “sa” (koleksi), dan “bulung” (daun). Kumpulan daun yang disusun dalam sebuah lingkaran yang terbuat dari kelapa atau pucuk pohon sagu, yang diyakini memiliki kekuatan magis yang disebut “Kere” atau “Ketse”. Ini digunakan sebagai media untuk pemujaan terhadap “Tai Kabagat Koat” (Dewa Laut), “Tai Ka-leleu” (Dewa hutan dan gunung), dan “Tai Ka Manua” (Dewa awan).
“Arat Sabulungan” digunakan dalam setiap upacara, kelahiran, pernikahan, pengobatan, pindah rumah, dan tato. Ketika anak laki-laki memasuki masa pubertas, usia 11-12 tahun, tetua yang disebut Sikerei dan Rimata (kepala suku) akan bernegosiasi untuk menentukan hari dan bulan pelaksanaan tato.
Proses pembuatan
Setelah itu, dipilihlah “Sipatiti” (artis tato). Sipatiti tidak didasarkan pada penunjukan jabatan publik, seperti dukun atau kepala suku, tetapi profesi laki-laki. Keahlian Sipatiti itu harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum tato dilakukan, diatur Upacara pertama dipimpin oleh Sikerei di Puturukat (galeri milik sipatiti).
artikel  dari haxims.blogspot.com
artikel dari haxims.blogspot.com
Tubuh anak laki-laki yang akan tato digambar dengan tongkat. Sketsa pada tubuh kemudian ditusuk dengan jarum kayu. Tubuh anak dipukul perlahan-lahan dengan tongkat kayu untuk memasukkan pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang digunakan adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa

"TATTOO DAYAK"

SENI TATO TRADISIONAL NYARIS PUNAH
Padang, Sebelum seni tato (seni lukis rajah tubuh) suku terasing di Kepulauan Mentawai (sekitar 110 km arah Barat dari garis pantai Sumatera Barat) punah, sebaiknya dilakukan usaha-usaha untuk mengkaji dan mendokumentasikannya. Soalnya, tato tradisi orang Mentawai hanya merupakan karya seni seumur manusia yang memakai. “Keberadaan tato suku/orang Mentawai berbeda dengan tato sekarang (modern), yang lebih merupakan urban sub-cultures, seperti dipakai kaum muda untuk jati diri gengnya. Tato Mentawai luar biasa dan unik, memenuhi seluruh tubuh dari kepala sampai kaki dan sarat dengan simbol dan makna,” jelas Adi Rosa, pelukis dan peneliti seni rupa jebolan pascasarjana seni rupa ITB, di Padang, Senin (31/7).Hasil pencekan Kompas di Siberut, Kepulauan Mentawai Sabtu- Kamis (22-27/7), menunjukkan, generasi muda asli Mentawai tidak lagi berminat mewarisi budaya tato tersebut. Kebiasaan membuat tato sudah mulai hilang karena dilarang pemerintah tahun 1970. Hanya orang berusia 45 tahun ke atas yang bertato dan jumlahnya sekitar seribu- dua ribu (5 persen). Menurut Adi Rosa, kini dosen seni rupa IKIP Padang, tato merupakan salah satu budaya etnis tertua bangsa Indonesia yang hanya ditemui pada orang (suku) Mentawai dan Dayak. Bagi orang Mentawai, tato merupakan busana abadi yang dapat dibawa mati. Bahkan juga merupakan alat komunikasi dan status sosial. “Saya ramalkan, 10-15 tahun mendatang, tato Mentawai punah. Makanya dari sekarang harus dilakukan pendokumentasian baik secara visual maupun tertulis (dibukukan),” kata Adi, peneliti tato Mentawai. Dia mengakui, tato sebagai lukisan tubuh begitu terabaikan dari kajian-kajian seni rupa Indonesia. Buktinya, dalam buku Seni Rupa Indonesia yang diterbitkan Direktorat Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1975) dan buku Sejarah Seni Rupa Indonesia yang diterbitkan melalui Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Depdikbud (1982), tidak ada membahas masalah tato di Indonesia. Dari Medan, ada kekhawatiran tarian tradisi Melayu Ahoi bisa lenyap di masa datang akibat kemajuan zaman. Hal itu dikemukakan Kepala Bidang Program Pekan Budaya Melayu (PBM) XI, Dahri Uhum, di Medan, Selasa (1/8). Dalam PBM XI, hanya lima tim yang ikut lomba, yang dijuarai kabupaten Labuan Batu, diikuti Kodya Binjai, Deli Serdang, Langkat, dan Medan. Tarian Ahoi, katanya, menghilang seiring dengan kemajuan teknologi yang melanda sampai ke pematang sawah. Orang memanen padi, telah menggunakan mesin. Padahal, tarian ini dilakukan sebagai ungkapan rasa bahagia dalam menyambut panenan yang berhasil.
imagesphpPEREMPUAN SUKU DRUNG dan DAI, MERAJAH WAJAH u MELINDUNGI DIRI
satulelaki.com – Membuat tato di tangan atau badan, adalah hal yang biasa. Namun merajah wajah atau mentato wajah, hanya dilakukan oleh minoritas suku bangsa Cina Drung dan Dai, yang telah menjadi adat kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur mereka. Diantara minoritas suku bangsa Drung, para perempuannya memiliki rajah pada wajah mereka. Pada jaman dulu, para perempuan kedua suku itu merajah wajah meraka disaat beranjak ke usia 12 atau 13 sebagai simbol kedewasaan. Caranya, adalah seorang perempuan yang berusia lanjut akan membenamkan sebilah bambu kedalam air berisi cairan hitam serta mencorengkannya ke wajah perempuan yang akan dirajah wajahnya. Kemudian menusukan sebuah sebuah duri ke dalam kulit dengan ujung yang telah dicelup warna hitam. Ketika goresan terbentuk, suatu bentuk berwarna biru tua tertinggal pada wajah. Rajah tersebut digoreskan antara kedua alis mata serta sekitar mulut dengan bentuk jajaran genjang (wajik) dan pada pipi dengan bentuk titik-titik yang membentuk sebuah gambar kupu-kupu terbang.Bentuk-bentuk rajah ini terkenal diantara orang sepanjang sungai Drung bagian hulunya. Sedangkan sepanjang alur sungai rajah tersebut lebih sederhana dengan dua atau tiga garis di bawah dagu.Rajah pada orang-orang suku bangsa Drung minoritas berasal dari Dinasti Ming sekitar 350 tahun yang lalu. Pada waktu itu orang-orang suku bangsa Drung biasanya diserang oleh kelompok suku bangsa lain, dan para perempuannya ditangkap dan dijadikan budak. Supaya terhindar dari perkosaan para perempuan suku bangsa Drung merajah wajah mereka supaya menjadi kurang menarik dan dengan demikian melindungi diri mereka. Hal itu merupakan suatu tragedi. Walaupun para perempuan suku bangsa Drung tidak terancam oleh suku minoritas lainnya sekarang ini, mereka tetap mempertahankan kebiasaan rajah mereka dan hal itu merupakan simbul kedewasaan dari para perempuan suku bangsa Drung. Sementara dalam suku bangsa Dai, merajah juga merupakan sebuah kebiasaan kuno mereka dan masih dapat ditemukan pada beberapa desa di pedalaman wilayah suku bangsa itu atau Anda dapat melihatnya pada suku bangsa Dai yang telah berusia lanjut. Para lelaki serta perempuannya dirajah berdasarkan adat kebiasaan suku bangsa Dai. Untuk lelakinya dirajah pada bagian otot yang kuat dan perempuannya pada bagian belakang tangan, lengan atau diantara alis.Pada masa lalu anak-anak suku Dai menggambari tubuh mereka dengan lubang-lubang kecil ketika mereka berusia 5 atau 6 tahun yang dikatakan sebagai usia terbaik. Kemudian mereka dirajah pada usia 14 atau 15 tahun sebagai simbul mencapai kedewasaan.Tidak ada gambar tertentu pada rajah suku Dai, kebanyakan bergambar macan atau dragon yang digambar dengan cairan tanaman yang berwarna hitam. Orang-orang suku bangsa Dai memiliki sejarah rajah. Pada jaman kuno, mereka tinggal dipinggir sungai dan sering diserang oleh mahluk asing. Kemudian mereka mengetahui bahwa warna hitam tubuh dapat mengusir mahluk tersebut dan mereka mulai merajah tubuh mereka untuk melidungi diri mereka dari serangan tersebut. Waktu berlalu, kebiasaan merajah kehilangan fungsi aslinya dan telah menjadi simbul dari keberanian dan ketangkasan dari para lelaki dan kecantikan bagi para perempuannya. Sekarang rajah digambarkan pada bagian belakang tangan dalam bentuk bunga bersegi delapan serta sebuah titik rajah diantara alis mata dari para gadis yang melambangkan kecantikan mereka. Dengan rajah ini mereka dapat mengenali dengan mudah teman-teman satu suku mereka bahkan ketika mereka tidak memakai pakaian minoritas mereka.[wti]
1borneo2a1borneo3a1borneo4a1borneo5a

MENTAWAI TERTUA di DUNIA
CIRI tato jenis itu tentulah kasar, dan biasanya hanya berbentuk huruf. Tapi, tato memang tak pernah satu macam. Bagi kalangan pelaku kriminal, tato adalah penanda. Seperti sebagian orang yang lain, mereka memanfaatkan tato untuk menunjukkan identitas kelompok. Tapi, ada juga tato yang memiliki sejarah sebagai alat ritual.
Sebutan tato konon diambil dari kata tatau dalam bahasa Tahiti. Kata ini pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada 1769. Menurut Encyclopaedia Britannica, tato tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM. Tapi, tanda permanen yang dibuat dengan cara memasukkan pewarna ke dalam lapisan kulit itu ditemui hampir di seluruh belahan dunia.
Dalam catatan Ady Rosa, 48 tahun, dosen Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, tato Mesir baru ada pada 1300 SM. Menurut magister seni murni, Institut Teknologi Bandung (ITB), ini, orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM.
”Itu artinya, tato Mentawai-lah yang paling tua di dunia,” kata Ady Rosa, yang telah 10 tahun meneliti tato. Di Mentawai, tato dikenal dengan istilah titi. Dalam penelitian Ady Rosa, selain Mentawai dan Mesir, tato juga terdapat di Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii, dan Kepulauan Marquesas.
Budaya rajah ini juga ditemukan pada suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, suku Maori di Selandia Baru, suku Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di Sumatera Barat. Bagi orang Mentawai, tato merupakan roh kehidupan. Ady, yang pada 1992 menelusuri pusat kebudayaan Mentawai di Pulau Siberut, menemukan sedikitnya empat kedudukan tato di sana.
Salah satu kedudukan tato adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun sikerei, misalnya, berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Sikerei diketahui dari tato bintang sibalu-balu di badannya
HIKAYAT ARAT SABULUNGAN
SECARA berseloroh Ady menyatakan, ”Jadi, sebelum para jenderal punya bintang, dukun Mentawai sudah punya lebih dulu….” Menurut penelitian Ady, yang oleh dua guru besar ITB, A.D.Pirous dan Primadi Tabrani, dijuluki ”Jenderal Tato”, bagi masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam.
Dalam masyarakat itu, benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. ”Mereka menganggap semua benda memiliki jiwa,” kata Ady kepada Hendra Makmur dari Gatra. Fungsi tato yang lain adalah keindahan. Maka masyarakat Mentawai juga bebas menato tubuh sesuai dengan kreativitasnya.
Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ”Arat Sabulungan”. Istilah ini berasal dari kata sa (se) atau sekumpulan, serta bulung atau daun. Sekumpulan daun itu dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, yang diyakini memiliki tenaga gaib kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan Tai Kabagat Koat (Dewa Laut), Tai Ka-leleu (roh hutan dan gunung), dan Tai Ka Manua (roh awang-awang).
Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan, pindah rumah, dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan.
Setelah itu, dipilihlah sipatiti –seniman tato. Sipatiti ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum penatoan akan dilakukan punen enegat, alias upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti).
Tubuh bocah yang akan ditato itu lalu mulai digambar dengan lidi. Sketsa di atas tubuh itu kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa.
JANJI GAGAK BORNEO
PENATOAN awal, atau paypay sakoyuan, itu dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usianya menginjak dewasa, tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung.
Dalam kesimpulan Ady Rosa, tato Mentawai berhubungan erat dengan budaya dongson di Vietnam. Diduga, dari sinilah orang Mentawai berasal. Dari negeri moyang itu, mereka berlayar ke Samudra Pasifik dan Selandia Baru. Akibatnya, motif serupa ditemui juga pada beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, serta suku Maori di Selandia Baru.
Di Indonesia, menurut Ady, tradisi tato Mentawai lebih demokratis dibandingkan dengan tato Dayak di Kalimantan. Dalam budaya Dayak, tato menunjukkan status kekayaan seseorang. ”Makin bertato, makin kaya,” katanya. Toh, Baruamas Jabang Balumus, 67tahun, tokoh adat Dayak dari suku Taman, menuturkan, dalam tato masyarakat Dayak ada aspek lain selain simbol strata sosial.
”Tato adalah wujud penghormatan kepada leluhur,” kata tokoh bernama asli Masuka Djanting itu. Contohnya adalah tradisi tato dalam kebudayaan Dayak Iban dan Dayak Kayan. Di kedua suku itu, menato diyakini sebagai simbol dan sarana untuk mengungkapkan penguasa alam. Tato juga dipercaya mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian. Tato sebagai wujud ungkapan kepada Tuhan terkait dengan kosmologi Dayak. Bagi masyarakat Dayak, alam terbagi tiga: atas, tengah, dan bawah. Simbol yang mewakili kosmos atas terlihat pada motif tato burung enggang, bulan, dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah.
Charles Hose, opsir Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak pada 1884, rajin mencatat legenda-legenda yang dipercaya orang Dayak itu. Dalam buku Natural Man, A Record from Borneo terbitan Oxford University Press, 1990, Charles Hose menceritakan janji burung gagak borneo dan burung kuau argus untuk saling menghiasi bulu mereka.
SETELAH HAID PERTAMA
DALAM legenda itu, gagak berhasil mulus melakukan tugasnya. Sayang, kuau adalah burung bodoh. Karena tak mampu, akhirnya kuau argus meminta burung gagak untuk duduk di atas semangkuk tinta,lalu menggosokkannya ke seluruh tubuh kuau, pemakan bangkai itu. Sejak saat itulah, konon, burung gagak dan burung kuau memiliki warna bulu dan ”dandanan” seperti sekarang.Secara luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun, Hose menilai, teknik dan desain tato terbaik dimiliki suku Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau kepala musuh. Namun, tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam sejalan dengan larangan mengayau.
Maka, setelah ada pelarangan itu, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika. Tapi, tradisi tato tak hilang pada kaum Hawa. Hingga kini, mereka menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski masyarakat Dayak tidak mengenal kasta, tedak kayaan, alias perempuan tak bertato, dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang bertato.
Ada tiga macam tato yang biasa disandang perempuan Dayak Kayan. Antara lain tedak kassa, yang meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa. Lainnya adalah tedak usuu diseluruh tangan, dan tedak hapii di seluruh paha. Di kalangan suku Dayak Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah haid pertama.Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan, semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, kalau pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditatoito akan terancam. Dulu, agar anak yang ditato tidak bergerak, lesung besar diletakkan diatas tubuhnya.Kalau si anak sampai menangis, tangisan itu harus dilakukan dalam alunan nada yang juga khusus. Di masyarakat Dayak Iban, tato menggambarkan status sosial. Kepala adat, kepala kampung, dan panglima perang menato diri dengan simbol dunia atas. Simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan turun temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan seseorang.
Akan halnya TATTOO ini, menurut aku, Fathan, tidak ada salahnya kita lestarikan menjadi sesuatu seni tinggi yang di proses melalui suatu lembaga seni Indonesia, dan hal ini dapat diperlihatkan ke dunia, ini lho Borneo the richest island in the world, which is happened only in INDONESIA.
I don’t know why I LOVE so much my country, Indonesia; aku menulis dan copy paste beberapa artikel ini saja kadang merinding, kadang sambil aku kerja ke Borneo aku selalu menyusuri keadaan setempat dan apa saja nantinya aku bisa berbuat sesuatu untuk Indonesia, tidak saja di Borneo tetapi seluruh Indonesia, kebetulan saja belakangan ini berada di Borneo terus ……
1borneoa1untitled1auntitled2auntitled6a

"Sejarah Parkour"



Parkour mempunyai arti bergerak atau berpindah tempat dari point A ke point B seefisien dan secepat mungkin yang menggunakan prinsip dari Parkour dengan mengedepankan keindahan bergerak sekaligus diimbangi oleh kemampuan dari tubuh manusia itu sendiri.
Sebenarnya Parkour sudah ada sejak dulu sebelum manusia mengenal kata “Parkour” itu sendiri. Tapi Parkour dideskripsikan dan dikenalkan ke seluruh dunia oleh seorang pria berkebangsaan Perancis yang dikenal dengan nama David Belle. Dialah yang telah memperkenalkan olahraga ini ke seluruh dunia yang awalnya hanya berkembang di Perancis. Sehingga akhirnya berkembang ke seluruh daratan Eropa dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia
Terinspirasi dari ayahnya, Raymond Belle seorang tentara Perancis yang akhirnya bergabung dengan sapeurs-pompiers ( pemadam kebakaran militer). Lahir di tengah keluarga pemadam kebakaran membuat David terinspirasi dengan cerita-cerita tentang kepahlawanan. Saat berumur 16 tahun, David memutuskan untuk meninggalkan sekolah untuk mencari kecintaannya akan kebebasan, aksi, dan untuk mengembangkan kekuatan dan ketangkasan yang dimilikinya agar berguna dalam kehidupannya, seperti yang selalu dinasehatkan oleh ayahnya.
Raymond memperkenalkan pada anaknya tentang sebuah latihan halang rintang dan metode natural yang akhirnya dikenal dengan nama Parkour. Sejak saat itu ,setiap David sepulang sekolah ia mulai memainkan skenario sendiri bagaimana dia bisa meloloskan diri dari situasi yang sulit. Menurut David, Parkour dapat berguna sebagai self-defense dalam keadaan tidak terduga. Saat martial art bisa disebut sebagai sebuah bentuk latihan untuk fight (bertarung), parkour merupakan suatu bentuk latihan untuk flight (kabur).
Sejak Usia 15 tahun, David Belle pindah ke Lisses (salah satu kota di Perancis). Pada waktu itu, dia bertemu dengan para remaja di sana yang tertarik dengan apa yang dilakukan oleh David. Disinilah cikal bakal dari lahirnya sebuah grup Parkour yang dikenal dengan nama Yamakasi. Bersama teman masa kecilnya, Sebastian Foucan beserta beberapa pemuda lainnya mulai mengembangkan Yamakasi sebagai tim Parkour yang dikenal di Perancis. Namun karena perbedaan prinsip, David dan Sebastian berpisah dan meninggalkan Yamakasi. Sehingga saat film Yamakasi yang dibuat pada tahun 2001 harus tetap berjalan tanpa kehadiran mereka berdua.
David tetap memegang prinsip Parkour yang tetap mengedepankan tentang keefektifan dan efisiensi yang menampilkan kesederhanaan dan memiliki filosofi melewati rintangan dengan cepat dan efisient. Sedangkan Sebastian lebih memilih untuk membuat gerakan-gerakan dari parkour terlihat lebih indah yang dapat membuat orang yang melihatnya menjadi tertarik. Sehingga akhirnya ia menambahkan gerakan acrobat seperti flip atau salto dikombinasi dengan gerakan “pacours du combatant” yang akhirnya menjadi Freerunning. Hal tersebut yang membuat David Belle berbeda pandangan dengan Sebastian Foucan. Karena menurut David Belle, gerakan acrobat atau salto sangat tidak efisien dan sangat bertolak belakang dengan originalitas Parkour. Selain itu, keinginan untuk melakukan gerakan hanya untuk dilihat orang lain tanpa keinginan untuk melakukan gerakan itu dari diri sendiri, merupakan hal yang bertolak belakang dengan parkour.
Nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam Parkour
1. Seni untuk melewati semua masalah dalam track kehidupan.
Saat kita menjalankan track kehidupan, terdapat banyak rintangan dan masalah hidup yang terlihat seperti obstacles dalam hidup. Semua orang pasti mempunyai tjuan akhir. Tapi saat kita bergerak ke tujuan akhir, banyak rintangan (obstacles) yang menghadang. Dengan memakai prinsip dari Parkour, kita akan berusaha melewati rintangan obstacles tersebut dengan indah dan penuh control. Memecahkan masalah yang kita hadapi dengan efektif dan efisien. Semua manusia pasti mempunyai track kehidupannya masing-masing.
2. Melawan Rasa takut.
Seseorang yang takut untuk mencoba, tidak akan berbuat apa-apa dan tidak akan menjadi siapa-siapa. Semua manusia pasti melewati proses seperti ini. Kalau kita tidak bisa melawan rasa takut, ngga akan ada kemajuan dalam kehidupan. Kita bisa naik motor, sukses dalam bisnis, menang tender dan sebagainya adalah buah dari keberanian kita melawan rasa takut.
Tapi ingat ukur ketakutan dan keberanianmu dengan meteran nyali. Kalau kita terlalu berani, kita akan bertindak bodoh, ceroboh bahkan celaka. Tapi kalo terlalu takut, maka kita tidak akan berbuat apa-apa. Jadi antara rasa takut dan berani harus seimbang.
3. Bangkit dari kegagalan.
Saat kita mencoba suatu gerakan di Parkour, kita akan selalu mengalami kegagalan atau jatuh. Tapi kalo kita terus bangkit berdiri dan mencoba lagi, kita pasti akan bisa menguasai salah satu gerakan tersebut. Begitu pula dalam kehidupan. Intinya berani gagal alias berani jatuh. Coba lagi dan pelajari supaya tidak gagal dan jatuh lagi.
4. Flexibilitas dan fluiditas.
Berlatih Parkour akan membuat diri kita flexible dan semangat kita terus mengalir. Begitu pula dalam kehidupan. Saat kita berada dalam lingkungan baru, kita berpikir untuk tetap flexible dan mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Walaupun lingkungan tersebut awalnya tidak membuat diri kita nyaman. Sedangkan fluiditas akan membuat diri kita mempunyai semangat yang terus mengalir untuk menjalani kehidupan walaupun mempunyai masalah yang berat.
5. Kreatifitas dan kebebasan.
Dalam Parkour kita bisa berkreasi untuk menciptakan gerakan atau menggabungkan beberapa gerakan dasar menjadi gerakan baru tergantung kreatifitas kita. Hidup pun begitu, kita harus kreatif sehingga bisa berguna dan bermanfaat dalam kehidupan. Selain itu, Parkour juga mengajarkan kita untuk bergerak bebas menuju kebebasan tanpa melawan aturan.

"Sejarah Sneakers"


Perjalanan sneakers hingga menjadi most wanted shoes juga mempunyai sejarah yang panjang. Mari kita flashback bagaimana sneakers eksis seperti sekarang ini.

1800s
Pertama kali muncul, nama dari sepatu jenis ini bukanlah sneakers, melainkan sepatu karet yang bernama Plimsolls. Pada masa ini Plimsolls adalah sepatu yang didesain untuk beach wear.



1892
Sebuah perusahaan sepatu karet, Goodyear, menciptakan suatu proses pembuatan sepatu baru dengan mencampur bahan dasar karet dengan kanvas. Hasilnya sepatu bermerk Keds muncul di pasaran.

1908
Converse ikut meramaikan bisnis footwear. Perusahaan milik Marquis M.Converse ini langsung menjadi booming dengan kemunculannya pada banyak pertandingan basket di luar sana. Tak mengherankan sneakers dari Converse lalu menjadi American Icon.



1920
Adi Dassler, pemilik bisnis sportswear dari Jerman tak lama kemudian membuat training shoes buatan tangan. Perusahaan itu kemudian terkenal dengan nama Adidas.

1923
Converse All Star menjadi raja dalam dunia sneakers setelah pemain basket Chuck Taylor memilih sepatu itu untuknya bertanding. Dengan sedikit re-style dan promosi ke berbagai sekolah dan kampus-kampus, Chuck Taylor All Star menjadi must-have shoes untuk hampir semua pemain basket, remaja, hingga cultural rebels selama lebih dari 50 tahun. Sepatu ini juga mempunyai nicknames yang bermacam-macam dari Chucks, Cons, dan Connies. Percaya atau tidak, Chuck Taylor All Star adalah sepatu paling terkenal dalam sejarah, telah terjual sebanyak 744 juta di 144 negara.

1948
Rudolf Dassler membuat Puma Schuhfabrik. Dunia pun dikenalkan dengan Puma Atom Shoe yang saat itu dikenakan tim jerman barat dalam pertandingan sepakbola intenasional yang diadakan untuk pertama kalinya.



1950
Sneakers menjadi lambang dari rebellion (jiwa pemberontak) dan menjadi sepatu favorit para remaja saat ini. Hampir semua pelajar memakai sepatu jenis sneakers, mungkin selain gaya, sepatu ini juga gamapang dibeli karena dijual denga harga yang tidak menguras dompet. Di Amerika, contohnya, para pemandu sorak akan memakai sweater, rok mini, dan kaos kaki lengkap dengan sneakers kanvas keluaran Keds. Sneakers pertama menjadi fashion statement saat James Dean memakainya dengan Levi’s Jeans dalam set film “Rebel without a Cause”.



1962
Phil Knight, atlet lari dari University of Portland, dan pelatihnya, Bill Bowerman, menciptakan sepatu atletik dengan biaya murah dan teknologi tinggi bernama Blue Ribbon Sports. Tahun 1968, nama BRS berubah menjadi Nike, yang sampai saat ini juga telah menjadi salah satu merk sneakers nomor satu di dunia. Nike diambil dari nama dewa kemenangan di Yunani.

1982
Nike merilis sepatu The Air Force One (AF1) dengan dua versi, low-mid dan high-top. Dengan desain yang sederhana tapi berkelas, sepatu ini bertahan menjadi favorit selama dua dekade lebih. Tetap saja, juaranya adalah all-white AF1. Pada 1985 pemain basket Chicago Bulls, Michael Jordan, menjadi pemain yang diendorse oleh Nike. The result? Semua pasti tahu sepatu Nike bertajuk Air Jordan yang fenomenal itu.

1990-…Today
Pada tahun-tahun ini Sneakers semakin digandrungi semua orang di belahan dunia. Celebrity endorsement semakin marak, dan bermunculan sneakers limited edition yang diburu para kolektor dan pecinta sepatu ini. Contohnya saja Nike yang kembali mengeluarkan Air Jordan edisi retro dan terus mengembangkan berbagai sneakers seperti Nike Air Max, Air Cross Trainers, dan Nike Shox yang fenomenal. Nike bahkan menciptakan Bauer Nike Hockey, sepatu berkualitas tinggi khusus bagi para pemain olahraga hoki. Sayangnya Desember 1999, salah satu penemu Nike, Bill Bowerman, meninggal dunia.

Pada masa ini, Converse kembali mempresentasikan seri Chuck Taylor dan Jack Purcell yang terkenal di kalangan pecinta old-fashion. Kalangan selebritis Hollywood seperti musisi, rapper, dan movie stars juga turut andil menjadikan sepasang sepatu sneakers sebuah budaya yang bertahan hingga sekarang.




Sneakers Sub-Cultures
Arena olahraga basket memang diakui sebagai tempat lahir dan berkembangnya budaya memakai sneakers ini, tapi disamping itu, para hip-hoppers atau pemain skateboard juga ikut meramaikan kejayaan sneakers.

Sneakers in Skateboarding
Di wilayah ghetto, New York City, selain basket, skateboarding juga menjadi olahraga alternatif yang berkontribusi besar dalam budaya sneakers. Extreme sport satu ini muncul sekitar tahun 60an di tengah lingkungan urban. Tahun 1980, Nike menjadi sepatu andalan para skater, terutama Nike Dunk yang popular karena stabilitasnya cocok bagi para skater untuk performance mereka. Menanggapi hal itu, Nike SB Dunk pun diciptakan. SB sendiri adalah singkatan dari Skate Boarding. Dengan modifikasi sedemikian rupa, berdasarkan Nike Air Jordan 1, maka Nike SB siap tampil menemani para skater.

Namun, Nike bukan satu-satunya sneakers yang digilai para skater. Sneakers nomor satu adalah keluaran Zoo York. Zoo York Clothing muncul pada akhir 1970an atas ide dari grup artis grafiti dan skater bernama “Soul Artists of Zoo York”. Dengan desain street wear-nya yang kental Zoo York menjadi brand yang disukai kalangan underground.

Sneakers in Hip-hop Music Scene
Hip-hop adalah suatu movement budaya dan musik atas inisiatif para warga Afrika-Amerika dan Latin-Amerika di NYC pada tahun 1970an. Hip-hop merupakan kombinasi dari musik R and B, rap, DJ, break-dancing, dan seni seperti grafiti. Baru pada 80an, hip-hop menjadi suatu fashion attitude dengan atribut seperti oversized T-shirts, celana longgar, dan tentunya, Sneakers. Kepopuleran sneakers juga didorong oleh musisi legendaris pada zaman itu, seperti Run DMC, dengan Adidas Superstar-nya. Bahkan DMC sempat membuat lagu bertajuk “My Adidas”.

Sneakers in Punk Rock and Britpop
Selain hip hop, budaya sneakers juga ikut dibawa oleh musisi yang kebanyakan dari British music scene. Para anggota band berlomba-lomba menampilkan gaya fashion teranyar mereka dengan atribut yang seru. Misalnya sebuah band bernama Anthrax, yang merilis album dengan cover personilnya mengenakan Adidas Superstar. Tapi grup band The Ramones lah yang membuat tren sneakers semakin menjadi-jadi. Band inilah yang membuat musik punk menanjak di blantika musik dunia. Kostum mereka pun juga simbolis dengan jaket kulit hitam, celana jeans robek-robek, potongan rambut shaggy-bowl, dan berbagai merk sneakers dari Converse sampai Reebok yang selalu nempel di kaki mereka.

Converse menjadi merk sneakers yang paling dicari-cari saat mendiang Kurt Cobain ketahuan memakai sneakers Converse hitam bahkan hingga saat ia ditemukan meninggal. Sebagai legenda musik alternative rock, maka kepopuleran Cobain tentunya diikuti dengan kepopuleran atribut yang dipakainya termasuk sneakers andalannya. Tahun 90an, Beastie Boys mempopulerkan sneakers dalam dunia musik mereka yang merupakan kombinasi berbagai elemen seperti hip-hop, skateboarding, dan musik rock. Untuk mencerminkan musik yang diusungnya, maka trio Beastie Boys menggabungkan antara athletic wear, dengan topi baseball, dan sneakers dari Nike, Puma, atau Adidas. Semenjak itu, berbagai band lain pun menjadikan sneakers sebagai kostum wajib. Sebut saja Limp Bizkit, Rage against the Machine, Riverboat Gamblers, Oasis, Blur, Mansun, dan Coldplay.

Sneak Pic
Bahkan selebritis Hollywood paling gaya sekalipun tetap tidak bisa lepas dari sneakers. Selain nyaman, sneakers could make you a fashionista. Just look how Paris, Mary Kate, and Lilly Allen get a little sneaky pretty.

"Perjalanan Panjang Seni Tato Dari Mesir Hingga Mentawai"

Tato atau tattoo, berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang konon artinya tanda. Walaupun bukti-bukti sejarah tato ini tidak be- gitu banyak, tetapi para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun sebelum Masehi.

Dutu, tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Kalau Anda jalan-jalan ke Mesir, coba main- main ke piramid, mungkin Anda bisa menemukan tato tertua di sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani, Persia, dan Arab.

Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato ? Bangsa Yunani kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat.

Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di alas, orang- orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak taki-taki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kutit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.

Tato alias wen shen atau rajah mulai merambahi negara China sekitar tahun 2000 SM. Wen shen konon artinya "akupunktur badan". Pertu diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa China kuno memakai tato untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok sendiri, budaya tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang tetah diwarisi oteh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memiliki kebiasaan menato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa Dinasti Ming (sekitar 350 tahun yang talu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan, para wanita tersebut kemudian menato wajah mereka untuk membuat mereka kelihatan kurang menarik di mata sang penculik.

Meski kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oteh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung menato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda, mengapa para wanita tersebut menato wajahnya. Sebagian orang mengatakan, bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang bertato terlihat lebih cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki tato di wajahnya.

Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak zaman baheula. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil "memenggal kepala" musuhnya, dia mendapat tato di tangannya. Begitu juga dengan suku Mentawai, tatonya tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tato dilaksanakan, ada panen enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di puturkaf uma (galeri rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini dipimpin oleh sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barutah proses tatonya dilaksanakan.

BAHAN PEMBUAT TATO

Awalnya, bahan untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu. Atat-atat yang digunakan masih sangat tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum, dan pemukul dari batang. Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional. Bangsa Eskimo misalnya, memakai jarum yang terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.

Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan tato ditakukan dengan mesin listrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis (tinta khusus tato).

Bahkan, perusahaan Freedom-2 di Philadelphia telah menemukan serangkaian produk tinta yang lebih aman di kulit. Produk ini sudah disetujui Badan Urusan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) untuk digunakan dalam dunia kosmetik, makanan, obat, dan peranti kedokteran - yang tentunya aman untuk tato.


MAKNA TAT0

Pada sistem budaya yang bertainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Pokoknya golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat.

Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat "pengesahan" ketika pada tahun 1980-an terjadi penembakan misterius terhadap ribuan gali (penjahat kambuhan) di berbagai kola di Indonesia. Mantan Presiden Soeharto dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989), mengatakan bahwa petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai treatment, tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka mengganggu ketentraman masyarakat.

Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak dibunuh? Brita L. Miklouho-Maklai datam Menguak Luka Masyarakat: Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu kebanyakan diidentifikasi melalui tato, untuk kemudian ditembak secara rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di sembarang tempat seperti sampah.

Tidak semua orang bertato itu penjahat memang. Tapi mengapa sampai terjadi generalisasi seperti itu? Apa kira-kira dasar atasannya? Apakah dulu kebetulan pernah ada seorang penjahat besar yang punya tato dan itu lalu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisasi bahwa semua orang yang bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam yang bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai penghias tubuh dan simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para penjahat.

Tapi yang jelas telah terjadi "politisasi tubuh". Tubuh dipolitisasi, dijadikan alat kendali untuk kepentingan negara. Dalam kasus petrus di Indonesia, tubuh yang bertato dipakai sebagai alat kendali, suatu alasan untuk menjaga stabilitas negara. Untuk tingkat dunia, bisa disebut beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban manusia. Orang-orang kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di Afrika Selatan hanya karena orang-orang Afrika "berkulit hitam". Dari Jerman, Hitler dengan Nazinya membantai orang-orang Yahudi hanya karena di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh manusia yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini menurut Hitler.

Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan fashionable seperti sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu dan norma-norma masyarakat yang membelenggu. Orang-orang yang dipinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri. Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai tato sebagai simbol pembebasan.

Setiap zaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri. Dulu tato dianggap jelek, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Kalau era ini berakhir, entah tato akan dianggap sebagai apa. Mungkin status kelas sosial, mungkin sekadar perhiasan, atau yang lain.