Senin, 11 Februari 2013

40 Teknik Illuminati Dalam Mencapai Tujuannya



Oleh: Gianni DeVincent Hayes, Ph.D





The Inner Circle, the Elitists, the Powers – atau apapun mereka namanya– merencanakan dan mengorganisir dengan rahasia untuk mencapai tujuan mereka, yaitu pemerintahan global, atau Tata Dunia Baru (The New World Order -NWO), atau sebuah pemerintahan dunia. Untuk melakukan hal ini, mereka harus mendorong setiap negera untuk tunduk bertekuk lutut kepada mereka, sehingga warga negaranya tidak mampu melakukan perlawanan. Amerika nampaknya merupakan benteng terakhir untuk ditaklukkan, dan pada saat ini kita sudah lemah. Mereka menggunakan berbagai cara dan teknik dalam membangun Tata Dunia Baru, namun di balik masing-masing metoda ini, yang merupakan dasar yang dipraktekkan adalah: dengan cara menanamkan rasa ketakutan dalam masyarakat, sehingga kita akan bersandar kepada pemerintah untuk keselamatan dan meminta perlindungan, maka saat ini sedang berlangsung penyerahan hak-hak dan kebebasan kita. Di bawah ini adalah sebagian dari cara utama yang dilakukan Illuminati untuk mencapai tujuannya, tetapi jangan keliru, a rose for a rose, dengan menganggap semuanya berasal dari mereka.

1. Harrasment atau Gangguan:

Ketika berhadapan dengan oposisi, usaha pertama Elitists untuk mengatasinya dengan "menyuap" orang luar. Jika tidak berhasil, mereka menggunakan cara mendiskreditkan dan kemudian mengganggunya dengan bentuk yang ekstrim melalui panggilan tilpon yang terus menerus, sadap atau lacak - tapping or tracking, atau mengikuti dan membuntuti, juga menuduhnya negatif, meremehkan dan membeberkan rahasia mereka, mengintai kehidupan dan rencana-rencananya. Dibuat jengkel, menuduh dengan kejahatan palsu, merekam kehidupan pribadi dan karyanya secara negatif, semuanya adalah sebagai alat Illuminati untuk mengungguli lawan-lawannya serta membuat mereka menyerah dan mengikuti tujuannya. Membuat lawan-lawannya dan orang-orang yang tidak menyetujuinya marah atau sampai gila - paranoia - merupakan salah satu kerja mereka yang berharga.

2. Population Control atau Depopulasi:

Menciptakan kekurangan makanan, pencemaran air, kekurangan lahan, depletion of "green" adalah manuver untuk mengurangi 2/3 jumlah penduduk dunia yang saat ini k.l. berjumlah 6 milyar, tentu saja mereka dengan caranya sendiri, menyelamatkan dirinya, sementara membiarkan kematian dan horror atau kengerian menimpa terhadap 4 milyar manusia lainnya. Cara-cara yang halus untuk mengakhiri eksistensi kita adalah termasuk aborsi ( Planned Parent merupakan kesalahan utama), rekayasa genetik, (Kloning membolehkan perekayasa menciptakan tentara dengan jumlah besar dilengkapi dengan otot kuat, alat peraba yang superior, keahlian membunuh yang kuat, atau membuat lebih banyak lagi untuk menggantikan peran manusia, juga memperkenalkan chimeras (bentuk hybrid manusia/binatang), dan malaikat pencabut nyawa (memisahkan rumah sakit, klinik – rakyat - dari orang tua dan jompo yang membebani masyarakat. Euthanasia (obat untuk mati dengan tenang) merupakan salah satu bentuk dari depopulasi, sebagai prosedur bedah yang sangat menentukan.

3. Pencemaran:

Apapun bentuknya, peracunan akan membunuh sejumlah besar penduduk, dan untuk melakukan hal ini bisa ditargetkan. Elite dapat mencemari persediaan air kita dan sumber-sumber makanan (modifikasi genetik makanan patut dijadikan sebagai contoh), serta merampas negeri kita (lahan dipenuhi dengan bakteri, minyak dan ditumpahi racun lainnya).

4. Barak-barak Penahanan:

Didirikan barak-barak penahanan sampai terjadi penghentian atau perbudakan dalam masyarakat, mereka yakin yang diperbudak akan mengabdi sebagai budak-budak yang kuat dan vital. Apakah faktual atau tidak, bahkan kita percaya bahwa mereka eksis dan menempatkan kita dalam suatu keadaan ketakutan dan kemarahan. Mendasari pengetahuan seperti Gulags, adalah fakta yang sederhana bahwa rakyat Amerika menyadari bahwa sebuah negara polisi - police state - atau Hukum Darurat Perang sudah diambang pintu.

5. Pembusukan Moral atau Pembunuhan Karakter:

Pembusukan moral masih tetap merupakan sebuah teknik penting untuk mencapai Tata Dunia Baru yang semuanya sedang berlangsung dengan sikap anti-Amerikanisme, anti-patriotisme, dan anti-traditionalisme. Pendidikan di rumah yang mengajarkan nilai-nilai keluarga dihancurkannya dengan disejajarkannya dengan isi ringkas bidang pendidikan baru di sekolah-sekolah pemerintah. Nilai-nilai relatif menguasai nilai-nilai lama, yaitu nilai-nilai yang berorientasi kepada keluarga … apakah bermoral itu, menurut etika serta hukum salah dan benar. ("Apapun jika Anda merasa benar, lakukanlah, walaupun ternyata salah ”)

6. Diversity atau Keanekaragaman:

Keanekaragaman mengacu pada paksaan terhadap kita untuk menunjukkan toleransi, pengertian dan penyetujuan untuk nilai-nilai yang kita tidak percayai. "Kebenaran politik" merupakan daya dorong untuk hal ini. Sensor dan membenci kejahatan adalah juga bermakna memaksa terhadap perubahan yang tidak kita inginkan

7. Kerusuhan Rasial:

Ini adalah sebuah metoda dimana mereka sudah terbiasa dengan menciptakan konflik antar ras dan antar bangsa, seperti motto mereka "Divide and conquer"

8. Meniadakan Tuhan:

Para Elite bekerja keras melarang kita untuk membuat setiap referensi yang dihubungkan kepada Tuhan atau Kristus dan kesucian dari Kekristenan di muka umum, namun mereka mempromosikan hari libur penyembah berhala, Wicca, black magic dan mempraktekan Setanisme. Sebuah masyarakat tanpa Tuhan dan dari nilai-nilai spiritual – terutama sebagaimana yang kita harapkan dibangun atas dasar Kekristenan - is a doomed civilization, dan seseorang begitu mudahnya menyerah kepada orang lain. Pengingkaran terhadap agama di dalam gereja kita, terutama faham Katolik, adalah sebuah tanda dari kehancuran yang menyelinap di antara kita. Tujuan mereka adalah meraih kembali agama kuno, the Ancient Mysteries, dengan mempelajari apa yang mereka yakini sebagai teknologi maju dari para alien dan dewa.

9. Ekumenisme

:Ekumenisme adalah parameter yang lain untuk sebuah-agama dunia. Mempercayai bahwa Kristus bukanlah seorang Juruselamat, atau bahwa orang lain atau apa yang disebut “nabi-nabi” adalah para Juruselamat membuat Kekristenan cacat. Beberapa orang percaya bahwa dalam New Ageism agama akan hanya ada satu saja di dunia, sedangkan yang lainnya berpikir bahwa pemanasan global – global warming dijadikannya hymne. Sebuah aspek dari rencana yang mereka upayakan sebagai wahyu dari Tuhan berdasarkan kitab-kitab Revelation and Daniel.

10. Figur Otoritas Yang Lalai:

Banyak orang tua dan orang dewasa mengkhawatirkan anak-anak muda dewasa ini. Anak-anak suka berteriak-teriak, memekik, mengejek, dan bahkan sering juga secara pisik melecehkan orang tua mereka atau para penatua lain. Mereka bersifat tidak hormat dan tidak sopan. Banyak dari hal ini melekat kepada pepatah “It takes a village to raise a child” secara mental, dimana anak-anak seharusnya dirangkul, diberikan kebebasan berpikir, dan melakukan apa yang mereka inginkan. Orang Tua dan otoritas sudah lalai dalam mengoreksi ahlak buruk anak-anak. Para Elite mendorong anak-anak untuk melawan otoritas di rumah, dan sebaliknya menginginkan mereka, tanpa berpikir panjang mematuhinya.

11. Mundurnya Sistem Pendidikan:

Pendidikan adalah kunci cara untuk mengubah kepercayaan anak-anak mengenai apa yang benar dan salah melalaui program pengendalian pikiran MIND CONTROL, menulis ulang sejarah, memperkenalkan alternatif dan pengajaran seksual yang hina, dan ideologi-ideologi yang salah. Kondisi-kondisi ini membuat mereka menerima apapun yang diberikan oleh THE POWERS, dan mereka dibuat bodoh agar mereka tidak mengetahui yang sebenarnya.

12. Perbuatan Seksual Tidak Wajar:

Digunakan untuk mempercepat tujuan para Elite dengan memperburuk moral kita, membuat kita menerima dan bahkan melakukan apapun yang mereka berikan pada kita, dan sering digunakan kegiatan seperti ini untuk memeras kita.

13. Narkoba/Alkohol

Membuat masyarakat menyalahgunakan obat-obatan dan manusia yang mandiri adalah salah satu cara untuk membuat masyarakat menerima akhlak/perilaku yang bertentangan dengan mereka, dan agar bergantung pada pemerintah untuk membantunya melalui mereka. Kecanduan akan mengakibatkan merampas harta dan psikologi kita sembari mengalihkan bantuan pelaksanaan hukum ke masalah yang lainnya. Resep obat membuat kita percaya terhadap obat-obatan dan dokter, sementara itu tindakan ini semakin memperbanyak keuntungan BIG PHARMA.

14. Perjudian

Mempromosikan aktivitas illegal melalui "kenikmatan" palsu dan janji-janji mendapatkan uang banyak adalah rencana lain para ELite untuk membuat kita bergantung pada uang dan materialisme untuk kebahagiaan kita, dan bergantung pada kekuatan luar untuk kebahgiaan dan kesuksesan kita.

15. Kekacauan:

Dengan tipu muslihat mereka kita dibuatnya bingung. Dengan membuat kejadian nerupa huru-hara total, dimana tak satupun mengethaui harus berbuat apa, siapa yang dapat dipercaya, atau kepada siapa bergantung, THE POWERS dapat bertindak sebagai penyelamat dengan menawarkan solusi untuk kekacauan yang diam-diam mereka lakukan. Membuat konflik melalui Hegelian Dialectic membuat masyarakat selalu khawatir dan gelisah, ragu, serta bingung, juga teralihkan dari masalah yang sebenarnya.

16. Cover Ups

Apa yang Illuminati tak ingin kita ketahui adalah mereka menutupinya dengan membuang orang, membuat mereka "menghilang", atau menggantikan dokumentasi penting dengan "rahasia", atau dengan mengalihkan perhatian kita. Orang yang membeberkan rahasianya seringkali karirnya dihancurkan, atau secara pribadi diejek, atau dilukai, dan bahkan dibunuh. Operasi bawah tanah dan operasi gelap adalah kunci untuk menutupi-nutupinya. Pengembangan konspirasi bak permainan bagi mereka dan sebuah cara untuk menimbulkan konflik di masyarakat. Bocoran secara sengaja adalah cara mereka mempengaruhi kita kepada tujuan mereka dan membuat kita bingung.

17. Lingkungan Hidup:

Menggunakan pemanasan global sebagai "masalah pemersatu", Illuminati tak hanya menghasilkan banyak uang melalui usaha program penghijauan dan penjualan barang dagangan, tetapi juga dengan menipu masyarakat bahwa isu itu benar, tetapi pada kenyataannya ratusan ilmuan di luar Illuminati tidak dapat bersaksi mengenai pemansan global ini. Jadi lingkungan hidup digunakan sebagai senjata untuk melaksanakan tujuan mereka demgan menciptakan mantra umum - dan menjadikannya sebuah kepercayaan. Tambahannya adalah perkembangannya dapat dikendalikan dan hak perintah untuk mengambil tanah milik rakyat untuk tujuan mereka dapat dilakukan dengan mudah), dan iklim yang dikendalikan (HAARP--High frequency Active Auroral Research Program dan senjata iklim lainnya), diantara proses-proses lainnya.

18. Menghancurkan Kekuatan Pekerja

Penghancuran pakta/perjanjian (GATT, NAFTA, dll) menciptakan banyaknya pemutusan hubungan kerja di negara kita melalui penurunan kualitas dan penghancuran industri. Amerika sudah tak lagi menjadi negara yang kuat dan tidak lagi menjadi SUPER POWER. Lapangan kerja diberikan kepada immigran gelap di negara kita atau dikirim ke India atau Cina dan negara lainnya. Masyarakat Amerika memiliki kesulitan finansial sementara para Elite menurunkan derajat kita ke status dunia ketiga. Immigrasi gelap hanya salah satu dari rencana mereka untuk menguasai dunia.

19. Kejahatan:

Suatu masyarakat yang takut dibunuh, diperkosa, dipukul, disandera, dibajak atau diculik, atau korban kecelakaan lalu lintas, demonstarasi, dan "bunuh diri", diantara kejahatan yang sangat buruk adalah sebuah masyarakat yang menginginkan keselamatan walaupun dengan kehilangan hak-haknya. Ini merupakan salah satu dari banyak cara untuk menahan kita menuntut hak kepada BIG BROTHER. ICC (International Criminak Court) didirikan untuk menahan orang karena berbeda kebudayaan, termasuk orang Amerika. Perlindungan terhadap kriminal yang bersalah adalah gejala-gejala dari negara yang akan runtuh.

20. Terorisme:

THE POWERS membuat kita dalam ketakutan kepada terorisme - yang nyata maupun yang palsu - dan menyebabkan menyerahkan kebebasan kita demi mendapatkan keamanan. 11 September 2001 menyebabkan kerusakan yang amat beasr kepada konstitusi AS, pelanggaran hak asasi dan kebijaksanaan melalui HOMELAND SECURITY, PATRIOT ACT, BIOCHIPS, dan Hukum Darurat Perang yang akan datang; jadi orang yang melawan POLICE STATE akan dimasukkan ke dalam perkemahan konsentrasi atau membuat huru-hara.

21. Perbudakan dan Pelacuran:

Banyak orang, terutama mereka yang muda, dikumpulkan dengan cara diam-diam dan dipaksa diperbudak atau dijadikan pelacur. Mereka diculik pada malam hari, atau sewaktu pergi ke sekolah, atau di tempat parkir. the Powers yang menghendaki gadis-gadis atau anak laki-laki muda seringkali menyediakan mereka untuk sebuah 'entertain-menjamu' pejabat-pejabat atau tamu VIP asing yang sedang melakukan kunjungan. Mereka diperlakukan dengan kejam dan dijualnya kepada para slave master, germo, dan fraksi-fraksi pasar gelap lain. Beberapa peneliti percaya bahwa orang-orang yang hilang ini bahkan dikorbankan dalam ritual-ritual pemujaan Setan..

22. Genosida atau Pemusnahan Suatu Bangsa:

Genosida adalah sebuah metoda yang bertujuan untuk melenyapkan seluruh masyarakat dalam rangka mengurangi jumlah penduduk, untuk keuntungan pemerintah, menyingkirkan musuh, menciptakan ras unggul dengan membersihkan sifat-sifat yang dianggap negatif. Genosida, adalah sebuah cara efektif Elite dalam mengelompokkan orang-orang yang mereka inginkan dan yang tidak; bagi yang tidak dikehendaki dimusnahkan.. Sebagian dari metoda mereka termasuk pembasmian acak (holocausts), kekejaman, kejahatan, menciptakan pemberontakan atau huru-hara untuk memusnahkan sebuah kelompok ras atau religius, dan holocaust.

23. Decision Makers atau Para Pembuat Keputusan:

Kekuasaan Illuminati menentukan siapa yang akan menjadi presiden atau perdana menteri berikutnya, siapa yang akan menerima dana bantuan, dana pemerintah dan yang lainnya, dimana hal ini mempengaruhi kita, baik secara personal maupun nasional.

24. Wabah Penyakit:

Bakteri dan virus dapat disebarkan baik selama peperangan atau masa damai untuk menciptakan kekacauan dan permintaan perlindungan yang akan membantu the Powers mencapai misi globalisasinya; perang kuman - bio-warfare dapat digunakan dalam menyerang musuh. Di samping menggunakan bakteri dalam perangan kuman, mereka juga menguji-cobakannya kepada manusia, sebagian orang tanpa menyadarinya. Pengenalan virus HIV, penyakit-penyakit yang meningkatkan kematian pada anak-anak, perang biokimia, aerta meningkatnya pertumbuhan bakteri dan berbagai penyakit merupakan contoh dari manipulasi mereka. Mereka dapat menaruh bakteri-nakteri ke dalam air minum; mereka sudah memperkenalkan telepon genggam yang sudah diketahui bahaya-bahayanya sebagai penyebab kanker; dan mereka sudah menggunakan gelombang mikro serta teknologi lainnya yang digunakan terhadap kita, seperti dilakukan dalam berbagai bentuk percobaan.

25. Komputerisasi/Teknologi:

Para Elite mempunyai banyak cara untuk mengendalikan kita, meskipun beberapa diantaranya masih dalam tingkat percobaan. Pikirkanlah mengenai nanochips (robot sangat kecil yang dapat ditempatkan di dalam badan manusia untuk mengendalikannya), reproduksi robot (kemampuan robot dan komputer untuk mereproduksi), dan GTWA (Global Technology World Alliance) yang merupakan pekerjaan pengembangan dari perkumpulan rahasia dalam bidang teknologi canggih untuk meraih kontrol dan denominasi supremasi dan ekonomi internasional. Bluetooth, Wii dan peralatan teknologi canggih lainnya berikut laser dan persenjataan maju (stun gun, particle beam) adalah juga alat-alat yang digunakan secara penuh untuk membangun Tata Dunia Baru. Para Elite mempunyai laboratorium-laboratorium rahasia dan black ops, namun mereka tidak akan mendukung para ilmuwan dan peneliti-peneliti yang mengkreasi penemuan atau pengobatan untuk kepentingan umat manusia.

26. UFO:

Apakah mereka benar-benar datang dari planet lain atau diciptakan oleh pemerintah, UFO dapat digunakan untuk menanamkan perasaan ngeri yang melumpuhkan kita, jika mereka mememperlihatkan bahwa sebuah invasi benar-benar terjadi. Dengan cepat kita akan menyerahkan semua hak-hak kita untuk melidungi diri dari serangan musuh.

27. Ekonomi:

Dalam rangka pengambil-alihan dunia secara menyeluruh, para Elite harus menguasai sektor perekonomian dunia, sebagaimana terlihat dalam jatuhnya nilai dolar yang bersamaan dengan penggabungan Amerika Serikat., Kanada dan Meksiko ke dalam salah satu dari sepuluh region. Masing-masing dari kesepuluh region ini mempunyai seorang wakil dalam sebuah governing panel, dimana masing-masing menjadi seorang diktator. Penggabungan ke dalam sepuluh region ini sudah banyak dibuat. Para Elit memanipulasi bursa saham dan semua sumber daya moneter lainnya; merekalah pemilik Federal Reserve, (Bank Sentral Amerika) yang sebenarnya serta mengendalikan semua mata uang dunia, termasuk menentukan tanda pembayaran apa yang dapat dipakai.

28. Feminism and Working Mothers atau Feminisme dan Wanita Karir:

Dari saat the Powers memutuskan untuk menggunakan feminisme sayap kiri sebagai sebuah cara untuk menimbulkan kekesalan antara laki-laki dengan perempuan dan dengan anak-anak mereka, pada saat itulah institusi pernikahan terseok-seok. Dua penghasilan Ibu dan Ayah menimbulkan kesadaran baru yang palsu bahwa mereka mempunyai uang, dan dengan demikian, pada waktu yang bersamaan faham materialisme juga merembes masuk ke dalam kehidupan kita . Peran pria didefinisikan kembali serta diremehkan.

29. PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa):

PBB adalah lembaga dunia yang paling merusak setiap warganegara Amerika, dan mereka bekerja keras untuk mengikis habis negeri kita, mengurangi kemampuan belanja, menghapuskan kebebasan, menurunkan status kita menjadi negara dunia ketiga, membuat kita membayar biaya persoalan yang terjadi di negara lain, dan memperkosa semua kepunyaan kita yang menjadikan Amerika sebagai negara kuat. Dengan melakukan hal tersebut, artinya mengizinkan the NWO - Tata Dunia Baru - untuk melemahkan kita yang paling kuat di dunia, sehingga kita tidak lagi mempunyai kekuatan untuk melawan setiap program mereka.

30. Perampasan Hak:

Para Elit Tata Dunia Baru (The NWO) tidak akan bisa sepnuhnya mengambil-alih Amerika sampai negeri ini dilucuti, sebagaimana penduduk yang dipersenjatai dapat melakukan perlawanan. Pada hari dimana mereka mengambil hak rakyat untuk memiliki senjata adalah saat dimana kedaulatan dan negara kami berakhir.

31. Perkumpulan Rahasia:

Perkumpulan rahasia mengabdikan dirinya untuk mempersatukan para Elit di atas kematian mereka dari bangsa kami, mereka menginstalasi sebuah pemerintahan dunia dengan kekuatan jaringan mereka termasuk operasi rahasia, seperti pengendalian terhadap agama, pendidikan dan sistem korporasi. Mereka tidak akan pernah mengakuinya bahwa perkumpulan rahasia itu eksis, padahal mereka merupakan kekuatan dibelakang para penguasa. Simbolisme merupakan sebuah tahapan, mereka menggunakan koran, radio dan TV untuk menyampaikan pesan-pesan bawah sadar kepada yang lain.

32. Mind Control atau Kendali Pikiran:

Pemerintah dan jajarannya kebanyakan ahli dalam teknik-teknik cuci otak - brainwashing - dengan menggunakan litani sumber daya, seperti narkoba (MKULTRA, LSD asam lisergat dietilamid), proyek-proyek (Proyek, Monarch, Phoenix), propaganda (pemboman yang terus-menerus mengenai kebohongan dan kelalaian yang dilakukan oleh media), cults/programming (kelompok-kelompok yang menanggalkan ciri khasmya dan dengan membabi buta mengikuti beberapa pemimpin yang tidak stabil), serta permainan video - video games - musik rock, kekerasan dan kekejaman serta sihir di TV, seperti Harry Potter. Bahkan karya-karya seni dikotori dengan ketidaksopanan dan sindiran-sindiran kasar. Masyarakat mempunyai agen-agen dan penidur di mana-mana.

33. Media Mergers atau Penggabungan Media:

Illuminati memiliki semua media utama, barang cetakan, televisi, radio, musik, dan teater. Mereka menciptakan konglomerat-konglomerat dan monopoli. Dengan melakukan hal ini memberi mereka kendali terhadap segala hal yang kita lihat, baca dan dengar.

34. Pemerintahan yang Korup:

CIA, narkoba dan penyelundupan senjata, melibatkan politisi, perdagangan tersamar, disinformasi, kebohongan dan penyimpangan, pemerasan, penipuan yang terus-menerus semuanya merupakan bagian dari upaya mereka untuk mendirikan sebuah pemerintah dunia. Disinformasi merupakan alat penting untuk membuat kita kebingungan, yang mereka melakukan melalui media yang melaporkan berita palsu, surat berantai, tulisan-tulisan yang dimuat di interner serta desas-desus atau slentingan yang mereka mulai.

35. Lemahnya Sistem Pertahanan Rudal:

Amerika yang tak bersenjata adalah serupa dengan api di sebuah teater yang tidak ada jalan keluarnya. Sementara negara-negara lain membangun gudang persenjataan mereka, kita sedang memperkecil persenjataan milik sendiri. Perlucutan senjata dan mundurnya wajib militer, dan oleh karenanya kemampuan kita untuk membela diri sendiri, pasti kalah, bahkan sebelum konflik terjadi dengan tiba-tiba.

36. Kemunduran Militer:

Militer kita kurang percaya diri, tentaranya, peralatan dan teknologinya yang diperlukan untuk melawan pihak musuh, dan dikompromikan di dalam moralitas dan moral melalui peperangan yang tak perlu yang tidak dimaksudkan untuk dimenangkan.

37. Mengeluarkan EOs (Executive Orders):

EOs (Executive Orders), PDDs (Presidential Decision Directives), sudah sangat biasa dan tak berbentuk, sehingga tidak seorang pun mempedulikan ketika EOs baru ditetapkan. Ini adalah sebuah siasat Illuminati untuk meneruskan agenda-agenda mereka tanpa diawali mendapatkan persetujuan Kongres, sehingga dengan begitu membiarkan EOs ekstrim ditulis, dan yang pasti akan merugikan rakyat Amerika. Sebagai contoh, sebuah EO bisa melenyapkan seluruh Amerika Serikat.

38. Infiltrasi atau Penyusupan:

Illuminati menggunakan cara halus sewaktu menyerang gereja, sekolah, korporasi, bisnis kecil, organisasi-organisasi, dan yang lainnya, kemudian menanamkan ideologi dan filsafat mereka mengenai sebuah pemerintahan dunia melalui isu-isu yang dihangatkan seperti Pemanasan Global. Mereka mempunyai "orang-orang" suruhannya (sering kali para anggota perkumpulan rahasia) melalui orang-orang inilah mereka membuat keputusan-keputusan yang menguntungkan bagi para Elit.

39. Regional Government atau Pemerintahan Regional:

Salah satu dari alat paling efektif the Powers dalam meraih kendali dan melaksanakan aturan mereka adalah melalui pemerintah regional, di mana mereka memberikan mandat kepada para walikota dan pimpinan kotapraja via dokumen-dokuen yang disiapkan untuk mengatasi bagaimana permasalahan ditangani. Pelaksanaan hukum, pengacara-pengacara dan hakim-hakim menjadi bagian dari skenario.

40. Menciptakan atau Membuat Krisis:

Apakah diciptakan atau aktual, krisis "nampaknya nyata" bagi kita. Palsu atau sengaja, krisis berfungsi untuk menakutkan kita dan membiarkan para Illuminist mencapai tujuan mereka, seperti merancang kembali New Orleans sesuai keinginan mereka, atau memerangi Iraq untuk minyak dan mengambil alih bank-bank mereka untuk Federal Reserve. Contoh-contoh lain termasuk Pemanasan Global, krisis enerji, banjir, angin topan (mereka dapat mengendalikan cuaca), dan bencana lain manapun yang mereka inginkan.

Secara ringkas, para Elite menggunakan pendekatan-pendekatan ini di antaranya untuk tujuan pendirian sebuah Tatanan Dunia Baru atau Pemerintahan Global. The Inner Circle dan tangan-tangan guritanya memakan mangsa lebih kecil dibanding mereka dalam menaklukkan, dan akan meminta bantuan mengenai setiap metoda untuk mendapatkan apa yang ingin mereka peroleh. Mereka merencanakan sudah sejak lama dan dengan bekerja keras, mencakup semua basis mereka, serta dengan cara-cara yang licik dan cerdik untuk menaklukkan kita. Waspadalah!..

Harapan kita untuk mengalahkan mereka bertumpu pada perpecahan-perpecahan yang ciptakan diantara mereka sendiri, permusuhan dan perebutan kekuasaan untuk posisi teratas di antara mereka, harus diimbangi oleh kita dengan memperkuat diri kita masing-masing dengan mengetahui apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, mereka tidak akan dapat menyingkirkan kita dan kita dapat menggunakan pengetahuan tadi sebagai senjata untuk berbalik melawan mereka.


Diterjemahkan oleh akhirzaman.info
© 2008 Gianni Hayes - All Rights Reserved
Original source: http://www.newswithviews.com/Hayes/gianni25.htm

Awal Perkembangan Musik Underground Indonesia

Jika dirunut pada sejarah masuknya musik rock ke Indonesia, khususnya Bandung, diawali sejak tahun 70-an. Musik rock yang masuk ke Indonesia berasal dari Amerika dan Eropa. Pada tahun 50-60an tatanan nilai dan budaya benua Eropa dan Amerika masih sangat konservatif. Nilai-nilai budaya baru yang diciptakan para generasi muda pada saat itu dianggap tabu dan dianggap sebagai ide-ide yang subversif. Pada tahun 50-an para seniman di Prancis dan Inggris biasa mengekspresikan karya mereka di subway atau stasiun kereta api bawah tanah. Mereka tidak pernah diberi akses oleh pemerintah pada fasilitas atau gedung-gedung kesenian pada saat itu. Karena dinilai karya-karya mereka mengandung muatan-muatan pemberontakan pada pemerintahan dan dianggap menghujat nilai-nilai konservatif gereja pada saat itu. Karya-karya yang dipertunjukan pada saat itu memang hanya diketahui kalangan terbatas. Karya yang diciptakan pada saat itu menjadi semacam ‘basic’ bagi perkembangan semua karya seni yang ada sekarang. Dari sinilah istilah ‘underground’ untuk pertama kalinya muncul.
Underground’ Era Revolusi Industri
Di tahun yang sama juga benua Eropa mengalami revolusi industri. Ketika sektor-sektor industri di Eropa melakukan transformasi teknologi yang drastis. Demi efesiensi dan mempercepat kapasitas produksi pasca berakhirnya perang dunia kedua pabrik-pabrik di Eropa mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin. Hal ini berdampak pada banyaknya pengangguran dan menimbulkan masalah sosial. Di Inggris lahirlah kelompok-kelompok buruh yang terkena PHK mengorganisir diri ke dalam kelompok berbagai organisasi ‘working class’. Dengan dandanan khas rambut plontos t-shirt putih dan bersepatu boots dr.Martens, setiap malam mereka menggelar pentas-pentas musik di subway serta melakukan ‘squat’ atau reclaiming terhadap gedung-gedung kosong bergabung dengan para imigran dari Jamaika, Maroko, dan Afrika. Lirik yang disampaikan adalah lirik protes terhadap kondisi sosial dan kesetiakawanan. Dari sinilah muncul proses eksplorasi musik hingga terciptalah musik heavy yang dipelopori oleh kelahiran band Black Sabbath. Musik yang kelam dan lirik yang mengekplorasi sisi gelap manusia sebagai penyikapan terhadap kondisi sosial pada saat itu. Kelompok ini terbagi lagi menjadi beberapa ideologi. Ada yang cenderung fasis dan ultra nasionalis dan pastinya jadi rasis. Ada juga yang berideologi kesetaraan dan anarkis. Dari sinilah lahir budaya ‘punk’ dengan segala macam aktifitas seni dan gerakan politisnya.

Puncaknya adalah ketika terjadi peristiwa Paris ’68 di Prancis. Pada saat itu mahasiswa sebagai bagian dari ‘middle class’ atau kaum intelektual melebur bersama para kaum ‘underground’ dan kaum miskin kota dalam hal ini korban PHK akibat dampak dari revolusi industri melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut perbaikan ekonomi. Selama berminggu-minggu mereka membuat barikade di jalan-jalan kota Paris dan melakukan aksi mogok secara nasional. Hingga akhirnya pemerintah Prancis melakukan reformasi total di segala bidang. Salah satu alumnus peristiwa Paris ’68 adalah Malcolm Mc Laren yang jadi manajer band punk rock kontroversial sepanjang masa, Sex Pistols.
Underground Era Flower Generation
Kondisi di Amerika kurang lebih sama. Di Amerika pada tahun 50-an masih menganut sistem politik apartheid dan perbudakan. Masyarakat sosial Amerika pada saat itu terbagi menjadi tiga kelas sosial utama. Kelas borjuis yaitu kaum pengusaha, birokrat dan agamawan yang cenderung rasis dan menjunjung tinggi semangat ‘white supremacy’. Kaum tehnokrat yang terdiri kaum intelektual dan mahasiswa. Kaum buruh yang terdiri dari budak-budak kulit hitam. Pembagian strata sosial ini membawa dampak pada pola berkesenian. Pada saat itu para budak kulit hitam yang kebanyakan berasal dari benua afrika oleh hukum yang berlaku pada saat itu mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. Gaji yang tidak sesuai dengan porsi kerja dan tindakan diskriminatif di segala bidang. Semua gerak langkah mereka dibatasi hingga menimbulkan rasa frustasi yang begitu mendalam. Satu-satunya saluran ekspresi mereka adalah lewat media musik. Mereka biasanya dipisahkan dari lingkungan kulit putih dengan cara kolonisasi. Dibuatkan area perkampungan yang kumuh atau dikenal dengan istilah ‘ghetto’ dan sengaja dibuat miskin secara sistematis hingga menimbulkan kerawanan sosial.
Setiap malam sehabis lelah bekerja mereka biasanya berkumpul dan memainkan musik. Musik yang diciptakan adalah musik yang sifatnya sangat personal. Musik yang menjadi ekspresi pribadi dalam mengekspresikan segala kesumpekan dalam diri. Lahirlah kemudian jazz dan blues. Musik yang cenderung instrumental. Karena pada saat itu membuat lirik yang bernada protes sosial apalagi dilakukan oleh kulit hitam merupakan pelanggaran berat. Mereka membentuk komunitas dan menggelar konser-konser sederhana di bar-bar kulit hitam. Saling berekspresi dan mengapresiasi sambil meneriakan protes-protes lewat nada-nada sendu dan bernuansa kelam. Kalaupun memakai lirik maka pengucapannya dilakukan dengan cepat, bergumam dan menggunakan ‘bahasa kode’ yang hanya dimengerti oleh komunitas itu sendiri. Musik yang pada saat itu sangat diharamkan untuk didengar apalagi dimainkan oleh kaum kulit putih.
Dari sinilah muncul sikap DIY [do-it-yourself]. Para musisi kulit hitam ini membuat perusahaan rekaman ‘motown records’ yang khusus memproduksi artis-artis kulit hitam dan mendistribusikannya ke setiap koloni-koloni yang tersebar di seantero benua Amerika. Mereka membuat jaringan komunikasi dan media komunitas kulit hitam. Mulai mengorganisir diri dalam gerakan yang lebih ke arah politis. Salah satunya organisasi ‘black panther’. Lahirlah pionir pejuang-pejuang kemanusiaan yang mengusung isu kesetaraan hak, diantaranya Malcolm X dan Martin Luther King. Hingga suatu saat Elvis Presley mendobrak budaya konservatif tersebut. Diam-diam dia mendatangi bar-bar kulit hitam yang menampilkan musik blues dan jazz. Dia terinspirasi dari aliran musik tersebut hingga digabungkan dengan musik country. Lahirlah rock & roll.
Musik yang pada saat itu mengalami penolakan keras dari kaum konservatif dan kalangan gereja. Rock & roll pada jaman Elvis disebut sebagai ‘musik pemuja setan’. Karena iramanya dianggap mendorong anak muda untuk berjoget seronok dan membangkang pada orangtua. Ketika Amerika mengalami krisis ekonomi berkepanjangan akibat perang dunia kedua dan terlibat dalam perang Vietnam, beberapa kalangan seniman ‘underground’, kalangan akademisi dan para veteran perang menggelar aksi protes anti perang Vietnam serta menuntut perbaikan kehidupan sosial dan ekonomi. Mereka menggelar panggung-panggung festival musik secara besar-besaran. Contohnya adalah Woodstock pada tahun 1969. Panggung tersebut diisi oleh artis-artis multi-etnis. Meneriakan semangat yang sama, ‘make peace not war’. Dari sinilah cikal bakal dari kaum hippies. Kaum ‘flower generation’ yang sudah bosan dengan segala kebijakan konservatif yang mereka nilai tidak sejalan dengan semangat perubahan jaman. Namun kembali gerakan ini tidak berlangsung lama dikarenakan terjadi proses komodifikasi dan eksploitasi besar-besaran oleh para pelaku industri mainstream. Terutama industri yang bergerak di bidang hiburan dan fashion.
Pada akhirnya hanya dua elemen nilai itulah yang ‘dijual’ dan sampai ke khalayak. Band-band heavy metal pada era itu sudah tidak dianggap ‘underground’ lagi. Beberapa pelaku sub-kultur akhirnya menolak cara-cara tersebut dan lebih memilih kembali pada jalur ‘underground’ serta mengembangkan sistem mereka sendiri. Pada era 70-an para pelaku komunitas sub-kultur ini telah mampu menciptakan dan mengembangkan berbagai penyikapan alternative untuk melawan arus mainstream. Lahirnya industri indie label yang mengakomodir semangat independensi dan berbagai macam media independen adalah salah satu contohnya.
Underground Era Orla
Di Indonesia sendiri pada tahun 60-an ketika Soekarno masih berkuasa, perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik pada saat itu. Soekarno yang berkuasa mengambil poros Jakarta-Beijing-Moskow sebagai garis politiknya di masa perang dingin. Sehingga hal-hal yang sifatnya berbau Amerika dianggap sebagai sesuatu yang kontra revolusioner dan bentuk imperialisme budaya barat. Sehingga musik rock & roll pada saat itu dianggap ‘menyesatkan’ dan ‘kebarat-baratan’ serta dilarang dikonsumsi oleh anak muda Indonesia. Terlepas dari segala muatannya yang membawa pada semangat perubahan, segala sesuatu yang datang dari ‘barat’ pasti dilarang. Semua bentuk kesenian haruslah mengacu pada realisme sosialis dan tidak mengandung muatan borjuisme. Beberapa band seperti Koes Plus mendapatkan perlakuan represif dari aparat keamanan. Beberapa radio yang memutar musik rock & roll ditutup. Petugas keamanan rajin melakukan razia-razia ke tempat keramaian anak muda. Apabila kedapatan mengenakan setelan ‘barat’ pasti ditahan. Apabila ketahuan menggelar acara musik rock & roll atau istilah Soekarno disebut musik ‘ngak-ngik-ngok’ pasti dibubarkan.

Sehingga pada saat itu beberapa musisi lokal menggelar acara-acara musik rock & roll secara sembunyi-sembunyi. Biasanya mereka bergerilya dari satu rumah ke rumah yang lain menghindari razia petugas keamanan. Dari sinilah awal lahirnya istilah ‘underground’ di Indonesia.
Underground Era Orba
Passca Soekarno runtuh dimulailah era orde baru. Segala bentuk kesenian yang berasal dari barat mulai masuk dan ikut mempengaruhi perkembangan musik Indonesia. Kebijakan politik yang diambil pada saat itu lebih mengarah kepada politik pencitraan bahwa Indonesia adalah negara yang demokratis dan penuh dengan nuansa keterbukaan. Di tahun 1970-an, musik cadas tidak pernah menyebut dirinya sebagai komunitas musik indie, mengingat pada saat itu Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, atau Uriah Heep merupakan komoditas yang dianak-emaskan oleh industri major label di benua Amerika dan Eropa. Begitu pun dengan musik cadas di Indonesia semacam Giant Step, God Bless, Superkid, atau SAS yang lebih suka mengidentifikasikan dirinya sebagai musik ‘underground’. Komunitas mereka sangat bangga dengan sebutan itu, mengingat tak semua orang suka akan musik yang kekuatan bunyinya jauh di atas 60 dB atau jauh di atas batas toleransi pendengaran manusia. Ada semacam pola imitasi yang berkembang pada saat itu. Terutama dari jenis musik yang dimainkan dan pola fashion. Sehingga yang terjadi adalah proses imitatif kebudayaan luar yang datang namun tidak mampu menyerap kondisi realitas yang terjadi di kultur lokal.
Banyak band Indonesia pada saat itu yang mencoba menjadi Deep Purple, Led Zeppelin atau Black Sabbath. Mereka benar-benar meniru habis-habisan apa yang sedang terjadi di luar sana. Namun yang diadopsi hanya sebatas musikalitas dan fashionnya saja. Sementara isu-isu sosial yang terjadi pada tingkat lokal sama sekali tidak tersentuh. Mereka lebih memilih memproduksi karya dengan lirik yang dinilai ‘aman’ dan sebisa mungkin menghindari konflik dengan pemerintah yang totaliter.
Fenomena yang dihasilkan pada era ini hanyalah fenomena ‘aksi protes’ yang diekspresikan dalam aksi panggung yang kontroversial, pemakaian obat bius dan seks bebas. Walaupun ada beberapa band yang dianggap fenomenal pada masa itu namun hanya sebatas di paparan karya musikalitas dan tidak membawa perubahan secara radikal di tingkat masyarakat. Sementara stigma seniman di mata para akademisi terutama musisi rock adalah urakan, tidak mempunyai intelektualitas tinggi, dan bersikap apolitis. Sehingga muncul kesenjangan persepsi yang sangat lebar antara musisi dan kalangan akademisi pada saat itu. Sehingga beberapa gerakan mahasiswa pada saat itu tidak melibatkan musisi secara aktif. Karena apabila kesadaran untuk melakukan perubahan secara bersama-sama itu dimunculkan pada saat era tersebut sepertinya reformasi tidak perlu menunggu hingga tahun 1998. Ada semacam kegagapan dalam menyikapi realitas perubahan. Di satu sisi kebebasan untuk menyerap segala informasi dari luar mulai terbuka di sisi yang lain proses pemasungan terhadap kebebasan berekspresi kembali terjadi, bahkan lebih mengerikan dibandingkan era Soekarno. Dan itu secara umum kondisi tersebut diterima begitu saja oleh kalangan musisi pada saat itu. Istilah ‘underground’ pada saat itu mengalami pergeseran makna. Hanya diartikan sebagai musik ‘brang-breng-brong’, aksi panggung teatrikal dan kontroversial serta komposisi musik yang rumit dipenuh skill-skill tingkat tinggi.
Nilai-nilai perlawanan yang diusung hanya sebatas pada pemberontakan terhadap nilai feodalistik yang sudah mapan namun tidak secara kritis mencari alternatif baru dalam menciptakan nilai pembanding dan nilai tandingan. Baik itu media komunikasi independen maupun sistem ekonomi tandingan yang dikembangkan. Sehingga yang terjadi adalah gerakan budaya tandingan yang coba disusun pada akhirnya ikut larut dalam dinamika budaya mainstream di mana segala sesuatunya hanya berorientasi pada permintaan pasar [market oriented]. Masa ini berlangsung hingga dekade tahun 80-an.
‘Underground’ di Ujungberung
Ketika pada tahun akhir 80-an arus globalisasi ikut melanda Indonesia. Investasi asing mulai masuk seiring dengan masuknya IMF ke Indonesia. Dan hal tersebut mulai berdampak bagi perkembangan musik ‘underground’ di Indonesia, khususnya di kota Bandung. Arus informasi yang kuat telah mendorong beberapa majalah dan rilisan kaset ‘underground’ dari luar negeri mulai masuk dan banyak dikonsumsi oleh musisi di Bandung. Di Ujungberung sendiri terjadi sebuah fenomena ‘shock culture’ yang hebat. Ketika lahan-lahan agraris yang produktif disulap oleh para investor asing menjadi lahan industri yang sarat polutan. Kultur bertani dan bercocok tanam yang kental dengan nuansa komunal tiba-tiba secara drastis dirubah menjadi kultur buruh/pekerja yang secara sistematis diarahkan menjadi mahluk asosial. Hal ini jelas berdampak pada perilaku masyarakat secara umum. Muncul konflik-konflik kepentingan lokal dalam menyikapi masalah tersebut.
Pemuda sebagai bagian dari sebuah struktur masyarakat menyikapi masalah tersebut dengan mencari saluran-saluran ekspresi yang dinilai bisa mewakili gejolak perasaan mereka. Maka musik metal dijadikan media berekspresi yang dinilai sesuai dengan kondisi keresahan mereka. Musik yang cepat, agresif serta lirik-lirik protes yang sarkastik menjadi pelarian mereka.
Radikalisme Ideologi DIY Ujungberung
Tahun 1989 ada empat band pelopor di Ujungberung yang sudah memainkan komposisi lagu metal ekstrim semacam Napalm Death, Sepultura, Obituary, Carcass dan lain-lain. Mereka adalah Funeral, Necromancy, dan Orthodox. Mereka adalah angkatan pertama di Ujungberung yang mulai menanamkan radikalisme dalam mengekspresikan karya mereka. Ketika trend festival musik pada saat itu masih berkutat di hard rock dan slow rock, mereka dengan berani mengacak-ngacak panggung festival itu dengan komposisi thrash metal dan death metal. Tampilan fashion yang ofensif dan style musik yang bising mereka bergerilya dari satu panggung festival ke festival yang lain mengusung semangat ‘kumaha aing’. Keikutsertaan mereka dalam festival tersebut lebih mengarah kepada pembuktian eksistensi dan pernyataan sikap. Mereka mulai memproduksi lagu-lagu sendiri dengan mengangkat isu-isu sosial yang sedang populis pada saat itu. Dengan kritis mereka mereka menyikapi kultur festival musik sebagai bentuk dari pemasungan kreativitas. Parameter penilaian yang justru pada akhirnya malah mengkerdilkan makna kejujuran dalam berekspresi. Semangat menurut pasar hanya menciptakan bentuk keseragaman dalam karya dan pada akhirnya melahirkan kebosanan.

Media-media mainstream pada saat itu hanya menampilkan informasi musik yang itu-itu saja. Pada tahun 1993 mulailah terbentuk beberapa komunitas musik ekstrim di Bandung. Mereka rajin membuka ruang-ruang diskusi menyikapi realitas yang sedang terjadi terutama di tingkat lokal. Mengorganisir diri ke dalam bentuk komunitas yang mempunyai kecintaan dan minat yang sama. Saling bertukar informasi dan membuat workshop media dan eksplorasi teknologi alat musik. Penyikapan konkret mereka buktikan dengan cara membuat media-media informasi tandingan yang isinya lebih kepada pengenalan kultur ini kepada khalayak. Dari situlah maka mereka mulai merambah acara-acara festival musik di kota Bandung. Dari mulai event ‘agustusan’ hingga pensi-pensi SMA. Pada masa itu sikap diskriminatif terhadap band ‘underground’ kerap terjadi. Dari mulai aksi teror secara verbal hingga yang sifatnya fisik. Tidak jarang mereka harus menerima hinaan ataupun cibiran dari beberapa orang yang tidak suka atau bahkan yang tidak mengerti sama sekali tentang aliran musik ekstrim. Band-band yang beraliran punk, hardcore, grindcore dan black metal kerap mendapatkan perlakukan diskriminatif dari pihak penyelenggara. Dari mulai jatah waktu tampil yang dikorupsi, perlakuan pihak sound system yang dengan sengaja mengacaukan setting sound, hingga terror fisik dari preman lokal yang merasa tersaingi.
Sikap tersebut terbentuk karena tatanan sosial pada saat itu pada umumnya masih dihinggapi perasaan xenophobia atau selalu merasa khawatir terhadap nilai dan tatanan baru yang muncul. Mereka selalu merasa bahwa hal baru sama dengan ancaman baru. Pada saat itu parameter berekspresi adalah sesuatu yang dapat menembus batasan yang sudah ditetapkan oleh pihak industri musik mainstream. Paradigma musik yang bagus adalah musik yang berorientasi pada kebutuhan pasar yang dapat masuk rating televisi dan menguasai jajaran top-ten radio. Belum terbentuk mental penerimaan yang baik terhadap hal baru yang dapat menambah khazanah keberagaman, utamanya di bidang musik. Kondisi nyata seperti itulah yang menjadi latar belakang komunitas Ujungberung bercita-cita menggelar acara musik yang konsepnya menampilkan semua jenis musik underground dalam satu panggung. Terinspirasi oleh pagelaran Hullabaloo #1 pada tahun 1994 yang sukses digelar di Gor Saparua yang menampilkan musik underground dengan berbagai macam aliran. Dari mulai hip-hop, grindcore, pop, punk, hingga musik industrial. Komunitas Ujungberung mengadopsi konsep tersebut namun format musik yang disuguhkan lebih kepada sajian musik dengan distorsi tingkat tinggi. Lahirlah acara Bandung Berisik #1 pada tahun 1995 yang melahirkan acara-acara metal legendaris khas ala Ujungberung seperti Bandung Death Fest, Rebellion Fest, dan Rottrevore Death Fest yang rutin digelar secara berkala menampilkan band beraliran metal ekstrim.
Counter Culture
Era 1996 hingga 1997 komunitas musik ‘underground’ di Bandung mengalami masa perkembangan yang pesat. Konsep kolektivisme dan DIY mulai banyak direalisasikan dalam berbagai bentuk kegiatan kongkret. Dari mulai membuat perusahaan rekaman berbasiskan indie label lengkap dengan konsep distribusi dan promosinya, pembuatan merchandise band, pembuatan media informasi komunitas berupa fanzine fotokopian, hingga kepada penggarapan event yang mengandalkan semangat kolektivisme. Jenis karya musik yang dihasilkan makin beragam dan cenderung makin agresif. Lirik yang diproduksi mulai banyak menyentuh hal-hal yang sifatnya politis. Banyak lirik pada saat itu yang bercerita tentang nasib buruh, petani, dan kaum miskin kota.
Dengan frontal mulai melakukan kritik-kritik terhadap pemerintah yang dinilai gagal mengatasi krisis. Industri musik mainstream pada saat itu sedang dilanda kejenuhan pasar. Paska booming Slank dan Iwan Fals pada saat itu tidak ada lagi fenomena musik yang luar biasa. Media-media mainstream mulai kehabisan bahan berita hingga akhirnya komunitas ‘underground’ dengan segala bentuk dinamika pergerakannya menjadi bahan eksploitasi berita. Hampir semua media terutama media cetak mainstream yang ber-target marketing anak muda membahas fenomena pergerakan musik ‘underground’ terutama yang terjadi di kota Bandung. Hal tersebut jelas berdampak sangat besar pada perkembangan musik ‘underground’ pada saat itu yang seolah-olah di-setting menjadi trend musik masa kini. Melalui peran media mainstream pula hingga akhirnya booming musik ‘underground’ ini mewabah hampir di semua kota besar di Indonesia, utamanya di pulau Jawa. Lahirlah beberapa komunitas musik ‘underground’ di kota Jakarta, Bali, Surabaya, Malang, Yogya dan Medan. Beberapa pagelaran bertema serupa ramai digelar di kota-kota tersebut dalam skala kecil. Di kota Bandung yang notabene adalah barometer musik ‘underground’ pada saat itu hampir setiap minggu Gor Saparua menjadi langganan acara-acara musik ‘underground’ yang diorganisir oleh beberapa komunitas di kota Bandung. Gor Saparua selalu dipenuhi oleh massa ‘underground’ yang rata-rata berusia belia dari berbagai kota di Indonesia. Ada yang dari Medan, Jakarta, Surabaya, Yogya, Malang dan kota-kota lainnya. Terjadilah transformasi informasi dan proses penyerapan kultur.

Dari sinilah awal terbentuknya jaringan komunikasi lintas komunitas dalam rangka memperluas jaringan. Beberapa komunitas dari luar kota Bandung dijadikan basis distribusi bagi penyebaran produk dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas sub kultur. Bahkan sekarang sudah terbentuk jaringan event yang diorganisir secara kolektif yang rutin menjalin kerjasama penyelenggaraan event ‘underground’. Pada masa itu lahirlah acara-acara musik seperti Bandung Underground yang di organisir oleh komunitas Muda-Mudi Margahayu, Gorong-Gorong Bandung diorganisir oleh komunitas punk P.I., Bandung Minoritas, Campur Aduk dan lain-lain.
Namun pada masa itu pula situasi politik dan ekonomi Indonesia mengalami guncangan. Masa peralihan kekuasaan yang diwarnai kisruh pertarungan politik di tingkat elit kekuasaan berdampak besar pada perekonomian. Tragedi krisis moneter yang mengguncang hebat perlahan ikut membawa dampak pada perkembangan musik Underground, khususnya di kota Bandung. Demonstrasi besar-besaran kerap mewarnai jalanan kota Bandung. Daya beli masyarakat secara keseluruhan mulai menurun dikarenakan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Hingga pola konsumsi masyarakat pada saat itu berubah dengan cara mengurangi hal-hal yang dirasa tidak terlalu penting. Acara yang biasanya ramai dipenuhi oleh penonton lambat laun mulai sepi pengunjung. Beberapa organiser yang berasal dari beberapa komunitas independen di Bandung mulai menarik diri untuk membuat event musik ‘underground’. Di samping tidak mau mengalami kerugian secara finansial [walaupun pada saat itu dan sampai sekarang tidak pernah mencari keuntungan], juga disebabkan kendala perijinan yang semakin represif terhadap hal-hal yang sifatnya mengumpulkan massa dalam jumlah banyak. Beberapa yang memaksakan diri mengalami kerugian yang cukup besar dikarenakan sepi penonton atau dengan alasan meresahkan dan mengganggu ketertiban secara sepihak dibubarkan oleh aparat keamanan.
Beberapa pelaku subkultur ‘underground’ pada masa itu ikut melebur bersama beberapa organ buruh dan mahasiswa aktif menggelar aksi-aksi demonstrasi menuntut perubahan di segala bidang. Pada saat sulit tersebut justru komunitas Ujungberung banyak mengalami kemajuan yang signifikan. Banyak band-band baru terbentuk dengan semangat dan idealisme yang tinggi. Beberapa band seperti Jasad, Sacrilegious, Sonic Torment, Burgerkill dan Forgotten bahkan telah mampu memproduksi dan mendistribusikan album perdana mereka secara independen. Pada masa itu komunitas Ujungberung mulai membangun basis ekonomi komunitas sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi komunitas dengan cara membangun distro Rebellion yang khusus menjual produk-produk band Ujungberung dan komunitas musik lain di Bandung. Semua murni dilakukan atas dasar dorongan insting untuk bertahan hidup.
Ekonomi Kreatif.
Dinamika pergerakan komunitas ‘underground’ sebagai bagian dari sebuah sub kultur di Bandung khususnya di Ujungberung ternyata membawa dampak pada sikap kemandirian ekonomi. Semangat kemandirian atau independensi yang mereka usung telah mampu menjadi trigger atau pemicu bagi eksplorasi kreativitas. Tidak hanya di sektor karya musik saja namun telah meluas pada sektor ekonomi. Spirit pemberontakan yang mereka usung telah mampu menyelesaikan beberapa persoalan sosial yang ada khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja. Di komunitas Ujungberung sendiri sejak tahun 2004 hingga sekarang telah terbangun beberapa unit bisnis yang berbasiskan komunitas.

Dari mulai usaha sablon, distro, konveksi pakaian, studio rekaman, perusahaan rekaman indiependen, jasa distribusi, studio rekaman, usaha penerbitan, toko buku dan usaha warnet. Semuanya murni dikelola oleh para pelaku komunitas ‘underground’ Ujungberung dan melibatkan tenaga kerja dari lingkungan yang sama. Beberapa pelaku komunitas ini terlibat aktif sebagai kru band dan teknisi studio rekording di kota Bandung. Semuanya saling bersinergi dan menciptakan perbaikan ekonomi minimal bagi para individu dan internal komunitas. Semua bentuk kreatifitas yang diusung oleh para pelaku industri kreatif dalam hal ini adalah pelaku sub kultur telah mampu memberikan ‘wajah’ pada kota Bandung. Beberapa gelaran event musik yang digelar di Bandung selalu dijadikan tolak ukur dan parameter perkembangan musik bagi kota lain. Bentuk dan perkembangan fesyen dikota Bandung selalu menjadi trendsetter bagi perkembangan industri fesyen di Indonesia. Pada tahun 2008 hingga 2013, kota Bandung oleh British Council dijadikan proyek percontohan sebagai ‘creative city’ di kawasan asia pasifik. Sebuah kota yang memang secara budaya berhasil dibangun citranya oleh komunitas kreatif berbasiskan indiependen.

Proses pencapaian tersebut dilakukan atas dasar insting untuk bertahan hidup dalam mensikapi situasi. Jiwa yang kritis dan semangat ‘pemberontakan’ memanfaatkan potensi yang seadanya namun didukung oleh semangat kolektivisme yang tinggi hingga berhasil mengatasi semua hambatan yang ada – meski tanpa daya dukung yang kuat dari pemerintah berupa kebijakan dan fasilitas yang layak untuk mengekspresikan energi kreatif mereka. Mau didukung atau tidak mereka tidak peduli, karena secara sistem mereka telah teruji kemandiriannya. Tapi kata kunci dari segalanya adalah keteguhan prinsip. Panceg Dina Jalur, tidak gamang menghadapi perubahan. Membaca segala bentuk perubahan sebagai kulit saja bukan sebuah inti. Sehingga ketika harus menyesuaikan diri dengan perubahan tak lantas kehilangan diri tenggelam dalam euphoria di permukaan. Segala pencapaian itu juga harus dikelola dengan sinergi yang positif antara lahan-lahan garapan kreatifitas, sehingga akan terus berkembang dan pada gilirannya memberikan hal positif bagi masyarakat luas.

Di rompak dari berbagai sumber.

Jumat, 08 Februari 2013

Mengenali apa itu UNDERGROUND


UNDERGROUND

Underground di ambil dari bahasa Inggris yang berarti bawah tanah. Underground dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:

Pemasaran
Underground - bawa tanah ialah semua jalur bawah , istilah yang dipakai dalam beberapa bidang, seperti budaya musik, film, komik , hak asas dan lainnya, yang merujuk pada sebuah idealisme , tanpa melihat banyak atau tidaknya permintaan dari para kaum proletar dan sebagian besar kaum atas..
UNDERGROUND mencakup nilai SOSIAL budaya dan segala aspek bawah ,golongan kecil atau alternatif yg berlawanan dengan aturan aturan dan desakan .. underground lebih bebas dengan sebutan payung atau media yang menampung suara suara hak kaum bawah atau kebebasan bersuara kepada ketidakadilan buatan manusia dan retorikanya.. underground lebih bebas menyampaikan pendapat atau bergerak dibidang positif yg mereka inginkan.. idiependent,freedoom for all..
membahas dalam Musik underground, bermacam-macam jenis aliran subgenre musik yang biasanya mengembangkan suatu cabang kebudayaan (subkultur) meskipun tanpa permintaan pasar khalayak ramai dan bukan sesuatu hal yang komersil.
Musik underground merujuk ke berbagai macam sub-genre musik yang biasanya mengembangkan sub-budaya sendiri meskipun tanpa permintaan pasar khalayak ramai, kurang dikenali dan bukan musik yang komersil. Band underground dan para artis-artisnya sering membuat kontrak dengan perusahaan rekaman independen. Mereka biasanya mempromosikan musik di tempat-tempat kecil, dari mulut ke mulut, situs internet, fanzine dan sekolah atau komunitas radio.
Underground Bukan Zionisme walau kebanyakan dimanfaatkan idealis zionisme

pada dasarnya musik yang menyarakan underground bukanlah satanisme , atheisme ,atau agnotisme






Sebenarnya ini bukan sebuah hal yang baik untuk memulai hari Senin, ketika lagi lagi sebuah berita di koran terkenal Jakarta yaitu The Jakarta post membuat saya tertegun, terhenyak dan kemudian marah marah. Namun musti bagaimana lagi bereaksi, ketika kebodohan demi kebodohan terus saja dilancarkan untuk menyerang praktek kehidupan bertoleransi dan berdemokrasi.

Jika membaca terhadap pernyataan Farid Budi Fahri, yang konon seorang anggota senior FPI, serta seorang pakar musik Islam, yang menuduhkan bahwa musik underground beserta segenap variannya membawa misi zionisme, maka saya kemudian dengan tegas menolak dan balik mempertanyakan pengetahuan kesejarahan musik dan budaya dari saudara Fahri itu sendiri.

Underground memang lahir sebagai sebuah bentuk budaya tandingan. Namun kita harus memahami secara historis dan secara kontekstual akan budaya tandingan itu sendiri. Musik punk yang lahir di Inggris, disana memang harus terlahirkan sebagai sebuah bentuk tandingan terhadap sistem monarki yang menghegemoni sendi sendi kehidupan rakyat Inggris. Ketika ia menyebar ke seluruh dunia, ia tidak diserap secara mentah mentah, namun juga beradaptasi dengan kultur kultur lokal setempat. Di Amerika, ia menjelma menjadi hardcore, budaya tanding terhadap fasisme, rasialisme, diskriminasi serta kebijakan politik dan ekonomi bernama New World Order.

Demikian pula dengan musik Thrash Metal. Musik ini adalah sebuah bentuk kemarahan terhadap sistem sosial ala Barat, serta sebagai sebuah bentuk terapi psikologis terhadap segenap individu yang tidak akan pernah bisa fit didalam sistem sosial tersebut. Kita bisa menyimak hal tersebut dari lirik liriknya. Dan ini adalah fakta kesejarahan yang ada.

Black Sabbath lahir di sebuah kota penuh pabrik di Inggris yaitu Birmingham. Tentu saja lirik liriknya banyak terpengaruh kepada kemarahan kaum pekerja disana. Jika Ozzy Osbourne kemudian membawa bawa peti mati keatas panggung, maka itu adalah sebuah simbol kemarahan Black Sabbath terhadap sistem sosial pada saat itu.

METALLICA, MEGADETH, ANTHRAX, dll lahir di Amerika. Bisa kita lihat bahwa kultur dan sistem sosial disana sudah sangat dekaden, sehingga melahirkan sebuah tandingan bernama Thrash Metal. Lirik lirik yang ada tidak dengan serta merta menyerang, namun lebih kepada memberikan sebuah terapi psikologis terhadap segenap metalhead yang memang tidak akan pernah bisa fit dalam sistem sosial tersebut. Bahkan juga beberapa lagu dari dari kaum Thrash Metal Amerika itu sendiri sebenarnya sangat anti perang, sebagai contoh sebaiknya silakan disimak ‘Holy War’ dari MEGADETH.

Lalu jika kita lebih melihat kepada permasalahan pencitraan yang terjadi dalam musik Metal, itu sendiri sebenarnya adalah sebuah ironi. Karena Metal sejak awal ia memposisikan diri sebagai anak haram peradaban Barat. Tengkorak, monster, binatang liar, serta segenap imaji rusak yang dibangun oleh kaum metalhead yang bisa kita lihat dalam citra IRON MAIDEN,METALLICA, SEPULTURA dll itu adalah sebuah cermin rusak dari peradaban Barat itu sendiri.

Lalu jika dituduhkan bahwa Metal membawa pesan pesan bersifat Satanic, maka sebaiknya saudara Fahri Budi yang konon seorang pakar musik ini lebih menilik dari kesejarahan atribut Metal dan juga kesejarahan penyebaran musik Metal. Simbol tiga jari dalam musik Metal dipopulerkan oleh Ronnie James Dio, seorang musisi metal era awal. Simbol itu dalam budaya orang Italia dan orang Latin adalah sebuah cara kuno untuk mengusir setan dan roh roh halus. Singkat kata, simbol itu adalah simbol tolak bala. Ia kemudian menjadi simbol dalam musik Metal sebagai sebuah bentuk citra ironis terhadap sistem sosial itu sendiri.

Lalu jika menilik dari varian yang dibangun oleh musik Metal hingga ia disebut Satanisme, maka kita harus menilik kepada sejarah penyebaran musik Metal di Skandinavia yaitu Swedia, Norwegia, dll dan juga kepada konteks kultural dalam kehidupan Skandinavia itu sendiri. Swedia dan Norwegia adalah negara yang menjadi kampung halaman nobel perdamaian. Negara negara ini juga seringkali menjadi cermin keberhasilan budaya dan peradaban Barat.

Namun ironisnya, disaat yang bersamaan diskriminasi juga terjadi dengan sangat keras disini. Diskriminasi ini terjadi dalam sebuah sistem sosial yang dikeluarkan oleh kebijakan kebijakan ala ajaran Nasrani. Disinilah musik Metal menemukan bentuk tandingannya, sehingga memunculkan varian bernama Death Metal, Black Metal dan Gothic Metal. Mereka memadu padankan musik Metal dengan budaya tradisional Skandinavia yaitu Viking sebagai tandingan terhadap diskriminasi sosial tersebut.

Dan jika kita melihat penghancuran simbol simbol religius Nasrani dalam musik metal tersebut, maka itu adalah sebuah bentuk performance yang merepresentasikan terhadap diskriminasi yang dilakukan melalui kebijakan kebijakan ala Nasrani disana.

Saya sendiri menolak dengan keras jika kemudian diisukan bahwa musik musik underground membawa pesan pesan Zionisme dan kemudian semua orang menyukainya tanpa menyadarinya. Sebagai sebuah fakta, di Indonesia sendiri banyak kaum underground, entah itu punk, hardcore ataupun metal yang menolak terhadap Zionisme.

Bahkan dalam dokumenter Global Metal yang disampaikan oleh Sam Dunn, Ombat personil band TENGKORAK sendiri menyatakan bahwa ia anti Zionisme. Lagipula, contoh yang disampaikan oleh saudara Fahri yang seorang anggota senior FPI ini adalah lagu lagu dari John Lennon, yang notabene adalah seorang hippies dan bukan seorang pencetus atau pengikut gerakan underground. Sehingga hipotesa yang dilakukannya serasa tidak masuk akal dan jauh panggang dari api.

Lalu apa maksud yang disampaikan FPI? Jika saya mencoba menyimak, maka hal itu ada pada kalimat dimana musik underground menjauhkan anak muda dari nilai nilai keislaman.

Saya memberi contoh Kimung, eks personil band metalcore BURGERKILL. Ia adalah seorang pemeluk islam dan juga seorang metalhead. Saya menyimaknya melalui beberapa tulisannya. Semasa kecil dan remaja ia memahami banyak ajaran Islam, dan kemudian selera musik metalnya mengajarkan sikap anti fasis dan anti diskriminasi.

Titik potong terhadap kedua hal tersebut adalah saat ia menterjemahkan sendiri keyakinannya dalam sebuah sikap yang anti terhadap diskriminasi dalam bentuk apapun termasuk religi dan cenderung toleran terhadap segenap perbedaan yang ada. Apakah disini underground menjauhkannya dari ajaran Islam … bisa saya jawab tidak ! Lagipula contoh mengenai Kimung bukan sebuah hal baru di Indonesia, karena saya juga mengenal banyak sosok underground yang disatu sisi juga masih meyakini ajaran agamanya.

Bagi saya sebuah produk budaya, apapun itu bentuknya akan selalu hidup dalam segenap hati para pengikutnya. Katakanlah marawis, kasidah, dll yang merupakan produk budaya Islam, apakah sekarang ia mati dan dilupakan jaman. Tidak, karena masih banyak orang yang juga melestarikan produk budaya ini. Sehingga sekalipun jaman telah berubah sedemikian drastis, dan satu bentuk budaya telah berganti budaya baru, namun tetap ada kaum kaum yang akan melestarikan produk produk budaya lama tersebut. Dan atas dasar inilah, maka saya lihat tendensi FPI dalam statement mereka di The Jakarta post adalah sebuah bentuk sikap insecure semata. Insekuritas yang jangan jangan dimasa depan bisa dipraktekkan dengan cara cara kekerasan dan fasisme. Gebuk, bacok dan sikat semua yang berbeda !

Indonesia bukan negara Islam sekalipun pemeluk agama terbanyak adalah Islam. Namun sekalipun suatu saat Indonesia menjelma menjadi negara teokrasi Islam dan demokrasi ditindas dengan fasisme religius, saya tetap meyakini bahwa musik underground mulai dari punk, hardcore, metal, dll akan tetap hidup di hati dan sanubari mereka yang mengimaninya. Ambil contoh saja Acrassicauda, band heavy metal asal Irak. Sekalipun kepala mereka diburu oleh kaum fundamentalis Islam baik dari Sunni maupun Syiah, namun selamanya mereka tetap menjadi seorang metalhead asal Baghdad. Seseorang tidak akan pernah bisa memaksakan nilai nilai tertentu untuk diyakini oleh orang lain, karena mereka sendiri pun memiliki nilai nilai tertentu yang mereka yakini dan merupakan yang terbaik yang dibentuk dari kehidupan mereka sendiri.

Agama adalah sebuah jalan humanisme, namun jika ia dipaksakan untuk menindas nilai nilai yang diyakini oleh orang lain, maka apa bedanya agama dengan Zionisme … dan ini adalah sebuah pertanyaan balik saya untuk saudara Fahri Budi yang konon pakar musik dan anggota senior FPI ini.

PENYUSUPAN KESESATAN YANG BERPAYUNG ATAS NAMA UNDERGROUND

WAJIB BACA:

hati hati buat para musisi yang menggunakan logika hanya dengan akal .

KARANA BAPHOMET, ADALAH BAHAYA DI TENGAH KOMUNITAS UNDERGROUND
Baphomet adalah satu dari puja-pujaan kaum Qabalis yang mewakili Setan. Makhluk ini berkepala kambing bertanduk atau dikenal dengan kambing “Mendes”, lambang kuno untuk setan. Penampilannya melambangkan kekuatan-kekuatan hitam disatukan dengan kemampuan beranak-pinak seperti halnya kambing. Di dahi, diantara dua tanduk dibawah suluh, adalah lambang pentagram. Bagian bawah badannya diselubungi kain hitam melambangkan kerahasiaan. Baphomet digambarkan sebagai makhluk hermaphrodit dengan mempunyai buah dada lambang kewanitaan dan phallus lambang kelaki-lakian. Dua ular melingkar di phallus yang berdiri. Ular juga merupakan simbol dari Setan. Sayap melambangkan kemampuan Lucifer untuk Terbang.

Para sejarawan masih memperdebatkan agama The Knight Templar tersebut. Walaupun mereka ikut berjuang membela kepentingan Christendom bersama-sama dengan Raja Richard si Hati Singa, tetapi agama atau lebih tepat kepercayaan mereka masih diragukan. Terlebih diperoleh catatan tentang pengakuan seorang kstaria yang berkata:

“Kalian telah mempercayai yang salah, sebab dia (Kristus) hanyalah nabi palsu. Berimanlah hanya kepada Tuhan di surga dan bukan kepada dia (Kristus). Jangan beriman kepada seorang yang bernama Yesus, yang disalib orang Yahudi di Outremer (tanah yang menghadap ke laut atau Yerusalem). Dia bukan Tuhan dan tidak akan menyelamatkan kamu.”
(You believe wrongly, because he (Christ) is indeed a false prophet. Believe only in God in heaven, and not in him. Do not believe that the man Jesus whom the Jews crucifzed in Outremer is God and that he can save you –Baigent, hlm. 83).

Sikap yang bermusuhan dari kerajaan dan gereja Kristen kepada Ksatria Templar, bahkan sejak de Molay yang merupakan anggota tingkat “grand master” atau pimpinan tertinggi mereka dibakar hidup-hidup, pihak ksatria semakin menampakkan wujud aslinya yang anti-agama, utamanya agama Kristen, mereka pun semakin anti-Kristen.

Para Ksatria Templar tersebut beragama secara mistik, bahkan menyembah setan yang mereka anggap merupakan dewa penolong dan yang akan melahirkan kekuatan serta kemakmuran. Pokoknya, mereka memutarbalikkan segala ajaran serta norma-norma yang berlaku, serta menafsirkan Alkitab menurut semangat mistik (occultisme).

Salah satu dewa sesembahan mereka disebut Baphomet yang penampakkan atau gambarannya dihubungkan dengan dongeng serta pengaruh dari Kitab Perjanjian Baru Kitab Wahyu 12-13, di mana akan datang binatang dengan tanda-tanda tertentu yang akan membebaskan manusia dari segala tirani dan dogma agama Dalam perkembangan-nya, freemason menjadikan simbol-simbol setan sebagai bagian dari ritus mereka.

Banyak orang menafsirkan Baphomet sebagai pengaruh dari Perang Salib. Di mana para Ksatria Templar merasa kagum dengan ajaran Nabi Muhammad, kemudian menjadikan nama “Muhammad” sebagai nama dari sesembahan mereka. Sehingga kata Baphomet merupakan nama yang terinspirasi dan Mohamet atau Abufzhamet yang artinya “bapak kebijaksanaan”. Mereka merasa yakin dengan alasan terebut, dikarenakan nama Baphomet baru dikenal setelah Perang Salib.


Pernyataan para sejarawan tersebut patut diragukan mengingat nama Baphomet sudah lama dikenal; dalam bahasa Yunani berarti ‘kebijaksanaan’. Pengertian Baphomet yang dihubungkan berasal dari Mohamet atau Abufihamet merupakan cara berpikir yang melecehkan kesucian Nabi Muhammad saw, sebuah rencana dan konspirasi orang-orang yang mendiskreditkan kesucian Rasulullah.
(Despite the claim of certain older historian. It seems clear that Baphomet was not a corruption of the name Muhammed . On the other hand, it might have been a corruption of the Arabic abufihamet pronounced in Moorish Spanish as bufihimat. This means “Father of Understanding” or “‘The father of Wisdom” and “father” in Arabic is also taken to imply “source” –Baigent, hlm. 67).

Alasan menghubungkan Baphomet dengan Mohamet tidak dapat dibuktikan secara ilmiah historis. Penafsiran spekulatif dihubungkan pula dengan rasa benci, dendam, tetapi juga kagum terhadap kaum muslimin di bawah pimpinan Salahuddin al Ayyubi yang menunjukkan sikap ksatria, tangguh, dan tidak terkalahkan, sehingga mereka menyangka bahwa Nabi Muhammad itu adalah dewa kekuatan yang disembah umat Islam. Tentara Templar itu melihat para tentara Islam di bawah Salahuddin al Ayyubi yang membawa panji dan bendera yang berlambangkan bulan bintang, kemudian menyangka bahwa panji-panji itu, beserta Nabi Muhammad merupakan dewa-dewa kemenangan umat Islam.

Kemudian setelah kembali ke tanah air mereka, dibuatlah rekayasa sesembahan mereka yang baru dengan menciptakan gambaran bapak dewa Muhammad yang disebut “Abu Muhammad”, atau “Abufuhamet” yang kemudian menjadi Baphomet. Lambang Baphomet menunjukkan anti Islam dengan cara membelah bulan, di sebelah kiri atas dibuatkan gambar bulan yang benderang sedangkan di sebelah kanan bawah adalah lambang bulan yang gelap, seakan-akan sebuah simbol untuk menghancurkan “bulan bintang” sebagai lambang Islam, yang semula benderang diantara bintang-bintang untuk dihancurkan sehingga tidak lagi berbinar dan jatuh ke bumi.

Kita tidak ingin mengulas lebih mendalam tentang makna Baphomet sebagai sesembahan agama kaum Templar tersebut, karena jelas di dalam nuansa batinnya terdapat rasa benci, dendam, dan kagum yang bercampur-baur akibat kekesalan mereka melihat kenyataan kekalahan prajurit pilihannya oleh Umat Islam yang sederhana dan berasal dari gurun pasir, yang mereka anggap tidak mempunyai pengetahuan berperang, serta primitif. Akan tetapi, kenyataannya mereka sangat tangguh, bahkan mempunyai sistem administrasi yang jauh lebih modern dari yang mereka perkirakan, termasuk sistem pengelolaan anggaran dan keuangan yang mereka tiru dalam bentuk perbankan (Usury).

Apa pun ulasan para sejarawan itu, yang pasti Baphomet merupakan berhala yang merepresentasikan semangat setan, karena sebagaimana banyak tulisan dan dokumen bahwa freemason menganut ajaran setan dan berkembang sampai saat ini dengan organisasi serta pola pemikirannya yang disebut freethinker (para pemikir bebas nilai).

Nama God (Tuhan) seringkali diasosiasikan dengan nama goat (kambing) yang sekaligus dijadikan sebagai lambang penyembahan atau berhala. Atau merepresentasi-kan scape goatism (teori mencari kambing hitam), sesuai dengan teori konspirasi dalam gerakan rahasia mereka.


Anton Szandor La Vey, pendiri Satanic Worship (1966) dan pengarang The Satanic Bible menyebutkan:
“Simbol Baphomet dipakai oleh The Knight Templar untuk mewakili ajaran setan. Melalui periode waktu yang berabad-abad lamanya, simbol-simbol tersebut ditafsirkan dengan berbagai nama, misalnya: dewa Kambing Mendes, Kambing Hitam, Kambing Judas, dan sebagainya.”
(The symbol of Baphomet was used by The Knight Templar to represent satan. Through the ages this symbol has been called by different names. Among these are: the Goat of Mendes, The Black Goat, The Judas Goat, and perhaps most appropiately The Scapegoat –La Vey, The Satanic Bible, hlm. 45).


Dari penelitian yang saksama, dapat disimpulkan bahwa agama freemason merupakan bentuk dari sinkretisme, paganisme yang disesuaikan, juga ajaran yang bertumpu pada kebebasan berpikir Universalisme, unitarianisme, sekularisme yang menjadikan manusia benar-benar manusia apabila terbebas dari dogma agama dan tirani kekuasaan.

Lambang-lambang keagamaan mereka diselubungkan dengan memakai tanda salib terbalik sebagai bentuk perlawanan terhadap kaum Kristen yang mempercayai Yesus sebagai Kristus. Karena bagi mereka, Yesus adalah nabi palsu dan sekaligus memanipulasi keluhuran nama Kristus yang sebenarnya. Mereka mengakui dirinya sebagai anti-Kristus.

Dalam abad modern ini, mereka mendakwahkan keyakinannya secara lebih rasional dan memanfaatkan berbagai sarana komunikasi, dengan sasaran utamanya para pemuda dan tokoh masyarakat sebagai juru bicaranya. Tujuan yang mulai dikampanyekan antara lain: universalisme, humanisme, dan unitarianisme.

Secara garis besar, patut diketahui ajarannya tersebut menyelusup ke berbagai pranata kehidupan dengan menanamkan paham yang secara politis dan sosial ingin mengubah pola pikir manusia menjadi makhluk yang bebas dari segala dogma dan tirani.

Pemikiran ini dikembangkan lebih modern oleh organisasi freemason adalah gerakan kemanusiaan baru, membebaskan dari keimanan buta yang dianggapnya sebagai perbudakan dan penjara kebebasan berpikir, khususnya perlawanannya terhadap dominasi gereja Katolik dan tirani lainnya yang tidak demokratis.

GEREJA SETAN dan BAPHOMET
(Menguak Sejarah Setanisme)
Setanisme secara singkat dapat diartikan sebagai penyembahan setan dan menjadikannya sebagai tuhan. Selain menolak Allah, semua agama dan nilai keagamaan, gerakan jahat ini memiliki ajaran melaksanakan hal-hal yang oleh agama dianggap berdosa. Setanisme juga menerima setan, lambang kejahatan, sebagai pemimpin dan pembimbing.

Sejarah Gelap Setanisme
Kaum Setanis, yakni para pengikut ajaran setanisme, sudah ada dan melaksanakan kegiatan keji mereka di setiap tahap sejarah dan dalam setiap peradaban, dari Mesir kuno sampai Yunani kuno, serta sejak Abad Pertengahan sampai hari ini. Di antara abad ke-14 dan ke-16, para tukang sihir dan orang yang menolak agama sama-sama memuja setan. Setelah tahun 1880-an, di Prancis, Inggris, Jerman, dan sekaligus di berbagai negara lain di Eropa dan Amerika, Setanisme diatur dalam perkumpulan dan tersebar di kalangan orang yang mencari keyakinan dan agama lain.

Penyembahan setan terus berlanjut sejak abad ke-19, mula-mula sebagai Setanisme tradisional, lalu dalam aliran sesat yang lebih kecil yang merupakan pecahannya. Upacara kejam yang dilakukan oleh tilamg sihir dan orang-orang tak bertuhan, pengorbanan anak dan orang dewasa kepada setan, perayaan Misa Hitam dan upacara Setanisme tradisional lainnya telah diwariskan diam-diam secara turun temurun.

Lambang Setanisme tradisional yang terpenting adalah dewa Romawi kuno Baphomet. Pada waktu itu, Baphomet menjadi lambang bagi orang yang memuja setan. Para ahli sejarah yang menelusuri asal-usul sosok berkepala kambing ini telah menemukan beberapa petunjuk penting tentang kegiatan Setanis. Lambang Setanis terpenting kedua adalah pentagram, yaitu bintang bersegi lima di dalam lingkaran. Yang menarik, ada dua perkumpulan rahasia lainnya di samping para Setanis yang menggunakan Baphomet dan pentagram sebagai lambang. Yang pertama adalah perkumpulan Kesatria Biara Yerusalem (Knight Templars), yaitu perkumpulan yang dituduh oleh Gereja Katolik sebagai penyembah setan, dan dibubarkan pada tahun 1311. Perkumpulan lainnya adalah perkumpulan Mason yang telah bertahun-tahun lamanya menimbulkan rasa penasaran karena kerahasiaan dan upacaranya yang aneh.

Banyak ahli sejarah, yang telah menyelidiki masalah itu, percaya bahwa terdapat hubungan antara Kesatria Biara Yerusalem dengan perkumpulan Mason. Menurut mereka, kedua kelompok itu saling melanjutkan satu sama lain. Sesudah Kesatria Biara Yerusalem dilarang oleh Gereja, perkumpulan itu melanjutkan keberadaannya secara rahasia dan akhirnya berubah menjadi paham Mason. Yang pasti tentang Freemasonry adalah, perkumpulan ini bersifat amat rahasia, punya susunan organisasi, dengan anggota di seluruh pelosok dunia. Uraian yang diberikan para ahli seperti Leo Taxil, yang pernah menjadi seorang Mason, namun telah keluar dari perkumpulan itu, mengatakan bahwa para Mason amat menghormati Baphomet dan melangsungkan upacara yang menyerupai tata-cara penyembahan setan. Kenyataan lain yang menimbulkan kecurigaan adalah bahwa banyak pengikut Setanisme yang kemudian menjadi anggota organisasi Masonis.

Kini, Setanisme telah meninggalkan upacara dan markasnya yang rahasia itu, untuk keluar ke jalan-jalan. Para Setanis bergiat di setiap negara untuk menyebarkan ajarannya dengan gigih dalam buku-buku, terbitan berkala, dan terutama di Internet dalam usaha mereka menarik anggota. Tak peduli di negara mana pun mereka berada, para Setanis menampilkan citra yang sama. Cara berpakaian, tata cara penyembahan, kesamaan surat yang mereka tinggalkan sebelum melakukan bunuh diri dan ciri lainnya menunjukkan bahwa Setanisme bukanlah gerakan biasa yang dipenuhi para penganggur, melainkan sebuah organisasi yang sengaja bersandar pada landasan pemikiran.

Gereja Setan
Meskipun keberadaan para penyembah Setan telah diketahui selama bertahun-tahun, tak seorang pun muncul dan mengakui secara terbuka bahwa mereka adalah penganut Setanisme. Setanisme pertama kali menjadi gerakan yang terbuka dan teratur di tahun 1960-an di Amerika Serikat. Tanggal 30 April 1966, Gereja Setan dibentuk di California. Pendiri gereja aneh ini adalah seorang penganut Setanisme yang bernama Anton Szandor LaVey yang menyatakan dirinya sebagai pendeta tinggi. Dikenal sebagai Paus Hitam, LaVey menulis buku-buku tempat dia merumuskan pandangan-pandangannya mengenai Gereja Setan. Judul buku-buku itu menakutkan: “Kitab Suci Setan, Upacara Setanis, Penyihir Setanis, Buku Catatan Setan dan Setan Berbicara”. LaVey meninggal di tahun 1997. Diperkirakan bahwa Gereja Setan memiliki sekitar 10 ribu anggota di Amerika Utara, dan meskipun banyak menerima tuntutan hukum, kegiatan dan upacaranya terus berjalan.

Setanisme dan Materialisme
Suatu ciri kaum Setanis masa kini adalah, mereka semua ateis (tidak mengakui Tuhan). Mereka juga sekaligus kaum materialis, artinya, mereka hanya percaya kepada keberadaan benda belaka. Mereka mengingkari adanya Tuhan dan semua makhluk gaib. Oleh karena itu, kaum Setanis tidak percaya kepada setan sebagai makhluk yang nyata. Meskipun disebut sebagai penyembah setan, mereka tidak mengakui adanya setan. Bagi kaum Setanis, setan hanyalah lambang yang menyatakan permusuhan mereka terhadap agama dan kekerasan hati mereka. Dalam sebuah tulisan yang berjudul “Pengantar Setanisme” yang diterbitkan Gereja Setan, dinyatakan bahwa para Setanis sebenarnya adalah ateis:

Setanisme adalah sebuah agama yang tak mengenal Tuhan, mirip seperti ajaran Budha. Tidak ada yang perlu ditakuti selain akibat tindakan kita. Kaum Setanis tidak percaya adanya Allah, malaikat, surga atau neraka, iblis, setan, ruh jahat, ruh baik, peri, atau makhluk gaib yang jahat. …Setanisme bersifat ateis …Otodeis: kami menyembah diri kami sendiri. …Setanisme adalah materialis … Setanisme adalah lawan agama. (Vexen Crabtree, “A Description of Satanisme”)

Singkatnya, ini adalah hasil filsafat kebendaan dan tak mengenal Tuhan yang telah tersebar sejak abad ke-19. Seperti filsafat ini, Setanisme menyandarkan diri pada teori yang dianggap ilmiah: Teori Evolusi Darwin.

Sejarah Perkembangan Satanisme (Pemuja Setan)
Satanisme secara singkat dapat diartikan sebagai penyembahan setan dan menjadikannya sebagai Tuhan. Gerakan sesat ini memiliki ajaran melaksanakan hal-hal yang oleh agama dianggap berdosa. Satanisme juga menerima setan, lambang kejahatan, sebagai pemimpin dan pembimbing.Sejarah Satanisme




Kaum Satanis, yakni para pengikut ajaran satanisme, sudah ada dan melaksanakan kegiatan mereka di setiap tahap sejarah dan dalam setiap peradaban, dari Mesir kuno sampai Yunani kuno, serta sejak Abad Pertengahan sampai hari ini.

Di antara abad ke-14 dan ke-16, para tukang sihir dan orang yang menolak agama sama-sama memuja setan. Setelah tahun 1880-an, di Prancis, Inggris, Jerman, dan sekaligus di berbagai negara lain di Eropa dan Amerika, Satanisme diatur dalam perkumpulan dan tersebar di kalangan orang yang mencari keyakinan dan agama lain.

Penyembahan setan terus berlanjut sejak abad ke-19, mula-mula sebagai Satanisme tradisional, lalu dalam aliran sesat yang lebih kecil yang merupakan pecahannya.Upacara kejam yang dilakukan oleh tukang sihir dan orang-orang tak bertuhan, pengorbanan anak dan orang dewasa kepada setan, perayaan Misa Hitam dan upacara Satanisme tradisional lainnya telah diwariskan diam-diam secara turun temurun.

Lambang Satanisme tradisional yang terpenting adalah dewa Romawi kuno Baphomet. Pada waktu itu, Baphomet menjadi lambang bagi orang yang memuja setan.
iSLAM dan UNDERGROUND

MENGENAL ISLAM MELALUI MUSIK UNDERGROUND

Yakin adanya Allah setelah dipertemukan dengan sosok makhluk gaib

”Networks at work, keeping people calm
You know they murdered X
And tried to blame it on Islam
He turned the power to the have-nots
And then came the shot.”

Kalimat di atas merupakan penggalan bait lagu berjudul Wake Up milik Rage Against The Machine (RATM). Lagu-lagu yang dibawakan grup musik asal Los Angeles (Amerika Serikat) ini mengusung ramuan musik punk, hip-hop, dan trash . Penggemar ketiga aliran musik ini, terutama punk dan trash , mayoritas berasal dari komunitas underground komunitas yang selalu diidentikkan mempunyai budaya yang negatif serta sedikit menyimpang dari norma-norma yang telah tertanam di masyarakat.

Terlepas dari semua stigma negatif ini, justru bagi seorang Richard Stephen Gosal, dari komunitas underground inilah dia mulai tertarik untuk mengenal agama Islam lebih jauh. ”Saya suka sekali dengan (lagu-lagu) Rage Against The Machine. Bahkan, sampai sekarang saya menaruh respek meskipun mereka bukan orang Islam,” ungkap mualaf yang kini menggunakan nama Muhammad Thufail al-Ghifari.

Dari salah satu lagu yang dibawakan RATM, pria yang sejak remaja memang menyukai aliran musik underground ini mengenal Malcolm X–tokoh mualaf kulit hitam Amerika Serikat yang memperjuangkan hak asasi kaum kulit hitam di negeri Paman Sam tersebut. Tidak hanya dalam lagu band RATM, nama Malcolm X juga Thufail temukan dalam lagu grup hip-hop asal New York (AS) yang ia sukai, Public Enemy.

Rasa penasaran terhadap tokoh pejuang hak asasi manusia asal Amerika ini mendorong Thufail untuk mencari berbagai informasi mengenai kehidupan sang tokoh. ”Saya belajar banyak tentang dia. Dari Malcolm X ini kemudian saya mengenal Muhammad Ali dan Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.

Pada saat ia masih memeluk agama Kristen Protestan, kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai pendeta kerap mendoktrinnya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah gambaran orang yang suka berperang, main perempuan, memiliki jenggot, berasal dari suku kedar (anti- christ ), menyesatkan umat manusia dengan Alquran, dan pengikutnya akan binasa di neraka.

Dari salah satu literatur mengenai Malcolm X yang dibacanya, menurut Thufail, ada satu kalimat yang diucapkan sang tokoh kepada Muhammad Ali petinju legendaris AS yang membuatnya terkesan. Ketika Muhammad Ali mengecam kaum kulit putih yang menindas yahudi dan orang kulit hitam, Malcolm justru berkata, ”Di Makkah, saya lihat orang bermata coklat, biru, hitam serta berkulit putih, hitam, dan coklat semuanya duduk bersama.”

Kalimat yang mengungkapkan kekaguman Malcolm terhadap umat Islam tersebut, membuat ia semakin tertarik dengan Islam. Meski dididik dengan ajaran Kristen Protestan yang cukup ketat, agama Islam bukanlah sesuatu yang baru bagi Thufail. ”Sejak di SMP, saya banyak bergaul dengan teman-teman yang beragama Islam. Bahkan, di antara mereka banyak yang sering menggoda saya dan mengatakan kapan saya masuk Islam,” paparnya.

Dari belajar mengenai Malcolm, hingga suatu ketika Thufail merasa jenuh dengan kehidupan yang dijalaninya sebagai seorang penganut paham ateis. Kejenuhan yang sama pernah ia alami ketika masih memeluk Kristen Protestan. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Ketika di bangku SMP itulah ia mulai tertarik dengan buku-buku mengenai sosialisme dan komunisme.

Ajaran sosialisme dan komunisme ini di kemudian hari banyak memengaruhi pola pikir Thufail. Hingga akhirnya, saat duduk di bangku kelas 2 SMA (sekitar tahun 1999-2000–Red), ia memutuskan menjadi seorang ateis. ”Saya tidak mengimani lagi Yesus Kristus dan menganggap agama hanya membuat orang saling membunuh dan berperang.”

Tiga kali syahadat
Kejenuhan terhadap paham ateisme yang dianut Thufail, bermula dari fenomena sweeping terhadap kelompok beraliran kiri di Tanah Air yang terjadi pada kurun waktu tahun 2000-2001 oleh kelompok Pancasilais. Ketika terjadi sweeping itulah, ungkapnya, banyak tokoh PRD (Partai Rakyat Demokratik)–tempat Thufail pernah bergabung menjadi salah seorang anggotanya tidak bertanggung jawab terhadap penahanan simpatisan-simpatisan mereka yang berada di kelompok underground di daerah-daerah.

”Para tokoh PRD ini menghilang, ada yang karena diculik dan ada yang bersembunyi. Di sini awal mula saya kecewa dengan yang dinamakan revolusi diri,” tukas vokalis band rock indie The Roots of Madinah ini. Rasa jenuhnya ini kemudian ia lampiaskan kepada seorang sahabatnya, sesama anak band di komunitas underground . Walaupun memiliki pergaulan di komunitas underground , menurut Thufail, sahabatnya ini tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslim untuk menunaikan ibadah shalat kendati saat itu ia sedang manggung.

Kepada sahabatnya ini, Thufail mengutarakan niatnya untuk masuk Islam. Bukan dukungan yang ia peroleh, justru larangan dari sang sahabat. Pelarangan tersebut, ungkapnya, karena sahabatnya itu tidak menginginkan keputusan dirinya untuk masuk Islam lebih karena faktor emosional sesaat. Sahabatnya ini menginginkan jangan sampai begitu ia masuk Islam terus di kemudian hari memutuskan untuk murtad. ”Menurutnya, saya tidak hanya akan kehilangan dia sebagai teman, tapi teman-teman yang lain bakal nggak suka sama saya,” ujarnya mengenang perkataan sahabatnya kala itu.

Thufail tidak lantas menyerah. Kemudian, ia menemui teman-teman lainnya dari kalangan komunitas underground yang beragama Islam. Dengan bertempat di pinggir jalan yang berada di Kompleks Perumahan Taman Kartini, Bekasi, Thufail mengucapkan syahadat di hadapan teman-temannya ini. ”Peristiwa itu terjadi tahun 2002 dan yang menjadi saksi saya ketika itu teman-teman yang memakai baju Sepultura, Kurt Cobain, dan Metallica.”

Keputusannya untuk masuk Islam membuat kedua orang tuanya marah dan mengusirnya dari rumah. Keputusannya ini, ungkap Thufail, juga berdampak terhadap penghidupan orang tuanya. Gereja yang selama ini menjadi tempat mata pencaharian ibunya terancam ditutup begitu mengetahui ia masuk Islam. ”Sampai-sampai mama itu menyembunyikan keislaman saya dari para jemaat.”

Tinggal di jalanan, setelah diusir dari rumah, ia jalani selama tiga bulan. Beruntung Thufail bertemu dengan seorang teman lama yang menawarinya untuk menjaga rumahnya yang sedang direnovasi. Selama menjaga rumah temannya ini, tidak hanya memperoleh tempat tinggal, ia juga mendapatkan jatah makan setiap hari.

Masalah muncul ketika renovasi rumah selesai. Thufail saat itu tidak tahu akan tinggal dimana. Namun, oleh ayah temannya ini dia ditawari pekerjaan di sebuah sekolah tinggi, tempat ayah temannya ini menjabat sebagai rektor. Dengan hanya berbekal selembar CV ( curriculum vitae ), ia lalu melamar dan diterima sebagai petugas cleaning service dengan gaji sebesar Rp 600 ribu per bulan.

Ketika bekerja sebagai petugas cleaning service , ia berkenalan dengan Ustadz Nur Hasan yang merupakan imam Masjid Baiturahim Perumahan Taman Kartini, Bekasi. Oleh sang ustadz, ia ditanya bersyahadat di mana. ”Ketika saya jawab di pinggir jalan, beliau bilang syahadat saya tidak sah. Akhirnya, saya baca syahadat lagi di Masjid Baiturahim,” ujarnya.

Sejak bersyahadat untuk kedua kalinya ini, menurut Thufail, mulai timbul keinginan untuk belajar membaca Alquran dan pengetahuan mengenai ajaran Islam lainnya. Kemudian, ia ketemu dengan seorang ustadz yang pada saat itu juga merupakan pengurus sebuah partai politik berideologi Islam. Pelajaran pertama yang didapatkannya adalah mengenai dua kalimat syahadat. ”Ketika itu semua anggota halakah disuruh syahadat lagi sama beliau. Jadi, syahadat saya tiga kali.”

Kendati sudah membaca syahadat hingga tiga kali, Thufail tidak langsung mempercayai adanya Allah SWT sebagai sang Maha Pencipta. Dia mulai meyakini keberadaan Allah SWT, justru ketika dirinya diizinkan untuk bertemu dengan sesosok makhluk gaib untuk pertama kalinya. ”Setelah bertemu dengan sosok gaib ini, saya mulai berpikir secara logika bahwa segala sesuatu di bumi ini pasti punya dua sudut pandang, ada benar dan salah, ada hitam dan putih. Begitu juga, ada benda dan yang menciptakan benda tersebut,” paparnya.

Setelah memeluk Islam, ia mendapatkan ketenangan batin yang tidak pernah diperoleh sebelumnya. Di samping itu, ia merasa lebih optimistis dalam menjalani kehidupan dan lebih bisa mensyukuri hidupnya. ”Ketika saya menaruh hukum Allah SWT di atas segala apa pun, saya tidak takut mati, tidak takut miskin, tidak takut lapar.”

Keinginannya saat ini, menurut Thufail, adalah bagaimana ajaran Islam tidak hanya bisa dinikmatin di Masjid, tetapi juga di lingkungan komunitas underground . Diakuinya, hingga kini memang masih belum ada ustadz yang peduli dengan komunitas underground ini. ”Ada banyak teman saya yang tatoan , mabuk, tapi kalau bicara Islam diinjak-injak dia sudah nggak mau dialog. Dia pasti akan ambil parang dan ditebas orang itu,” ungkapnya.

Karena itulah, melalui musik yang disuguhkannya bersama band rock yang dibentuknya, The Roots of Madinah, dia mau merangkul para temannya yang Muslim yang ada di komunitas underground untuk berhijrah. Aliran musik rock yang dikemas dalam lagu-lagu bersyair religi Islami, ia harapkan juga bisa menjadi senjata untuk menghantam balik musik-musik Yahudi.

”Saya bikin musik ini supaya ngebalikin orang Yahudi lagi. Mereka kan ngancurin saya waktu dulu, membuat saya keluar dari Kristen dan menjadi ateis dengan musik,” katanya menandaskan.

Biodata:

Nama Lahir : Richard Stephen Gosal
Nama Muslim : Muhammad Thufail Al Ghifari
Masuk Islam : 2002
TTL : Makassar, 11 Mei 1982
Aktivitas : Vokalis band rock The Roots of Madinah, Muslim Rapper , anggota Komunitas Islam Underground Kolektif Berandalan Tuhan, dan ketua Divisi Pembinaan Lembaga Muhtadin Masjid Agung Al Azhar Blok M-Jakarta.

Di rompak dari berbagai sumber.

Jumat, 01 Februari 2013

10 PERPUSTAKAAN PRIBADI YANG UNIK

1. Perpustakaan pengusaha Amerika Serikat Jay Walker





2. Perpustakaan desainer fesyen Karl Lagerfeld





3. Perpustakaan kreator film Star Wars George Lucas





4. Perpustakaan novelis Neil Gaiman





5. Perpustakaan di Kosta Rika yang didesain Gianni Botsford





6. Perpustakaan yang didesain firma arsitektur Ilai





7. Perpustakaan di tangga ke loteng di London, didesain Levitate Architects





8. Timothy Hatton mendesain ulang perpustakaan di sebuah rumah abad ke-17





9. Perpustakaan rumah di California rancangan Sally Sirkin Lewis





10. Perpustakaan pribadi bergaya industrial di Paris, Prancis.