Senin, 14 Januari 2013

Friedrich Wilhelm Nietzsche





Friedrich Wilhelm Nietzsche (lahir di Röcken dekat Lützen, 15 Oktober 1844 – meninggal diWeimar, 25 Agustus 1900 pada umur 55 tahun) adalah seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno. Ia merupakan salah seorang tokoh pertama darieksistensialisme modern yang ateistis.






Nietzsche dilahirkan di kota Röcken, di wilayah Sachsen. Orang tuanya adalah pendetaLutheran Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan istrinya Franziska, dengan nama lajang Oehler(1826-1897). Ia diberi nama untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elisabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada 1849 dan adik laki-lakinya Ludwig Joseph (1848-1850), keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale.






Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran' atau dikenal dengan istilah filsafat perspektivisme.Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan" (dalam Also sprach Zarathustra).Ia memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zaman-nya (dengan peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau Umwertung aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk menaklukan nihilisme (Überwindung der Nihilismus) dengan mencintai utuh kehidupan (Lebensbejahung), dan memposisikan manusia sebagai manusia purnaÜbermensch dengan kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).


Selain itu Nietzsche dikenal sebagai filsuf seniman (Künstlerphilosoph) dan banyak mengilhami pelukis modern Eropa di awal abad ke-20, seperti Franz Marc, Francis Bacon,dan Giorgio de Chirico, juga para penulis seperti Robert Musil, dan Thomas Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk me-transformasi-kan tragedi hidup.




Karya-karya Nietszche yang terpenting adalah:
1872: Die Geburt der Tragödie (Kelahiran tragedi)
18731876: Unzeitgemässe Betrachtungen (Pandangan non-kontemporer)
18781880: Menschliches, Allzumenschliches (Manusiawi, terlalu manusiawi)
1881: Morgenröthe (Merahnya pagi)
1882: Die fröhliche Wissenschaft (Ilmu yang gembira)
18831885: Also sprach Zarathustra (Maka berbicaralah Zarathustra)
1886: Jenseits von Gut und Böse (Melampaui kebajikan dan kejahatan)
1887: Zur Genealogie der Moral (Mengenai silsilah moral)
1888: Der Fall Wagner (Hal perihal Wagner)
1889: Götzen-Dämmerung (Menutupi berhala)
1889: Der Antichrist (Sang Antikristus)
1889: Ecce Homo (Lihat sang Manusia)
1889: Dionysos-Dithyramben
1889: Nietzsche contra Wagner






Nihilisme di sini juga dipahami sebagai 'kedatangan kekal yang sama (atau dalam terminologi Nietzsche: 'die Ewige Wiederkehr des Gleichen') yang merupakan siklus berulang-ulang dalam kehidupan tanpa makna berarti di baliknya seperti datang dan perginya kegembiraan, duka, harapan, kenikmatan, kesakitan, ke-khilafan, dan seterusnya.Selain Nihilisme, Nietzsche juga mengulas mengenai Vitalitas, dan anti establist.




Nietzsche Memutuskan Gila


Friedrich Nietzsche. Siapa tak kenal manusia satu ini. Dialah si pembunuh Tuhan. Dari kematian tuhan itu pula, maka lahirlah deretan panjang pembongkaran, penggulingan, penghancuran dan pemusnahan pola-pola kebakuan. Ya. Logika raksasa kekagetan. Peggelapan sekaligus gerhana matahari. Dunia menjelma ladang kegaduhan, keriuhan, dan kepanikan yang amat sangat. Histeria. Begitulah Nietzsche. Dialah yang filosofis. Dialah yang puitis. Ia mengaku cuma pandir, cuma penyair (p.109-117). Tetapi, dialah yang nihilis sekaligus yang estetis. Dialah sang terkutuk sekaligus sang terberkati. Dialah yang melantik diri sebagai tuhan dan hantu zaman. Dialah ini dan itu.


Dengan demikian, jangan mengharapkan Nietzsche berpuisi dengan rinai hujan air mata. Nietzsche berpuisi dengan dinamit. Dinamit syahwat yang meledak dari palung kesunyian jiwanya. Nietzsche mengekalkan kehendak untuk berkuasa dalam ambang ambiguitas, kontradiksi, dan paradoks tak terperikan. Berikhtiar terus-menerus. Sekaligus diskontinu. Karena itu, dialah penghujat sekaligus juru selamat. Namun, dia juga halilintar dan gempa bumi. Ia melegitimasi ketegangan, permusuhan, hingga penaklukan. Lantas mengaduk-aduk segala insting yang dikendalikan kekuatan dominan inteligensi, suara hati, hingga dorongan birahi. Semua dilebur. Jangan heran bila tercipta chaos besar dan monumental. Bumi pun gonjang-ganjing. Sebab ia menggetarkan pucuk-pucuk langit dan ujung-ujung benua. Maka apa yang ditinggalkannya adalah apa yang paripurna. Seperti sosok agung purnamanusia, sang manusia atas, Übermensch itu.


Begitulah. Nietzsche telah menghapus seluruh cakrawala pemikiran filsafat modern dengan jingkrak-jingkrak bahagia, melalui aforisme dan/atau puisi. Ia tak enggan mereguk habis seluruh samudera kesepian dunia. Dan, Nietzsche membuka tabir-tabir pemikiran baru setelah melantak seluruh mazhab yang pernah ada. Ia benturkan segala definisi dan bentuk kemapanan hingga hancur-lebur. Dari tiap kepingan itu pun lahirlah perenungan-perenungan besar; semisal tubuh, kesadaran, dan kekuasaan. Karena dentuman agung syahwat intelektual itu pula maka ia menjadi manusia paling dicela sekaligus paling dipuja. Sebab ia tak pernah alpa membawa debar dalam syahwatnya, yakni: debar yang asing, ganjil, dan mengerikan.


Ya! Nietzsche telah meniup sangkakala nihilisme. Tersibaklah senjakala bagi modernisme. Dunia pun menggigil, menjelma gurun nihilitas. Vakumnya nilai-nilai. Terhampar di hadapan manusia. Sistem kepastian religius (kristianitas) rontok berkeping-keping. Merebaklah kerumunan yang kehilangan akar-akar moralnya dan mengalami disorientasi. Ia menyebarkan teror kebingungan sejak menyesatkan petunjuk arah mata angin kehidupan. Tak ada kebenaran!, teriaknya. Tak ada yang absolut! Yang ada hanya realitas yang terus berubah. Tak pernah statis untuk segala waktu dan tempat. Maka, dengan yakin ia meminang cintanya: Keabadian yang senantiasa berulang, dengan syahwatkan keabadian/ dan cincin kawin segala cincin/ cincin sang Keberulangan! (p.93-107).


Dan, saya kira, Nietzsche sangat sarius dengan model filsafatnya. Maka, persetan dengan Bertrand Russel, yang menganggap Nietzsche sebagai filsuf yang tak serius. Saya kira tak ada yang lebih gigih dari manusia ini memaksimalkan volume otak dan intuisinya untuk menafsir makna hidup. Bahkan keseriusan itu teramat sublim bagi lelaki berkumis panjang ini. Karena itu ia dekat dengan naluri kegilaan. Sangat dekat. Memang banyak yang tak mengerti dengan Nietzsche. Tapi itu dia, Nietzsche pun tak ingin dimengerti. (Seperti reviewyang tak ingin dimengerti ini). Sebab Nietzsche hanya memaklumkan sebuah hidup tanpa alasan, tanpa arah, sekaligus sebagai fakta yang buta (factum brutum). Baginya, yang ada cuma perspektif-perspektif yang terus berubah, yang khaotis, dan terus mengalir.


Dengan segala 'kegilaan' itu lantas timbul pertanyaan: Apakah Nietzsche dapat kita katakan atheis sementara hampir seluruh hidupnya digunakan untuk merengkuh misteri ketuhanan itu sendiri? Saya tak yakin. Nietzsche tak henti-henti menguji batas-batas kebebalan dan kemampatan daya tahan diri untuk 'berkenalan' dengan Tuhan Yang Tak Dikenal – sejak masa mudanya.Ingin kukenal Kau, wahai Yang Tak Dikenal,/ begitu Nietzsche, Yang cengkerami pusat jiwaku,/ Yang lintasi hidupku bagai badai,/ Kau Yang Tak Tergapai, yang sejenis denganku!/ Ingin kukenali Kau, sendiri jadi abdiMu. (p.49)


Itulah hasrat terkuat Nietzsche yang tak habis-habisnya berjuang. Sendiri. Dan, ia berjuang bukan untuk berada, melainkan ia berada untuk berjuang. Berperang. Bukan saja berperang melawan Tuhan, namun sekaligus berperang melawan gerombolan dombawi dan melawan syahwatnya sendiri. Satu lawan semua. Tujuannya untuk menguji dan menembus batas-batas rasionalitas, serentak mengevaluasi nilai-nilai keyakinan yang jamak dalam masyarakat kesekarangan. Kira-kira begitu pesan buku Syahwat Keabadian ini.


Syahwat Keabadian ini menawarkan serangkaian pilihan ini dan itu untuk menjalani hidup, seperti yang pernah disabdakan sang nabi Zarathustra ini: "apakah hidup ini mengerikan atau menyenangkan, membahagiakan atau membabani, terimalah itu dan katakan Ja-Sagen, 'Ya' terhadap kehidupan." Nietzsche telah menjawab 'Ya' dan 'Amin' (p.93-107) kepada sang kehidupan, dan - ecce homo! lihatlah manusia ini! - ia telah menjadi gila.


Riwayat Hidup Nietzsche



Friedrich Wilhelm Nietzsche di lahirkan pada tanggal 15 Oktober 1844 di Saxony, yg pada saat itu merupakan salah satu provinsi dari kerajaan Prusia.
Kakek dan Ayahnya adalah seorang pendeta Kristen Lutheran.
Tahun 1849, Ayah Nietzsche meninggal.
Tahun 1850, Ibu Nietzsche memindahkan seluruh keluarganya ke Naumburg.
Tahun 1858, Nietzsche memasuki asrama sekolah di Pforta.
Tahun 1864, Nietzsche kuliah di Universitas Bonn.
Tahun 1865, pindah ke Universitas Leipzig.
Tahun 1869, mendapatkan pekerjaan sebagai dosen di Universitas Basel, Swiss.
Tahun 1889, Nietzsche mengalami gangguan mental yg tak bisa disembuhkan lagi di sebuah jalan di Turin.
Dan tanggal 25 Agustus 1900, Nietzsche meninggal di Weimar, setelah lebih dari satu dekade berada dalam keadaan gila.
Satu hal yg perlu di catat di sini ialah bahwa Nietzsche, sang ayah dan sang kakek, semuanya meninggal dalam keadaan gila..







Friedrich Nietzsche Quotes:


“Is man one of God’s blunders? Or is God one of man’s blunders?”


“Convictions are more dangerous foes of truth than lies.”


“After coming into contact with a religious man I always feel I must wash my hands.”


“All credibility, all good conscience, all evidence of truth come only from the senses.”


“And if you gaze for long into an abyss, the abyss gazes also into you.”


“And we should consider every day lost on which we have not danced at least once. And we should call every truth false which was not accompanied by at least one laugh.”


“ Do whatever you will, but first be such as are able to will.”


“Go up close to your friend, but do not go over to him! We should also respect the enemy in our friend.”


“He who would learn to fly one day must first learn to stand and walk and run and climb and dance; one cannot fly into flying.”


“I cannot believe in a God who wants to be praised all the time.”


“I love those who do not know how to live for today.”


“I still live, I still think: I still have to live, for I still have to think.”


“Idleness is the parent of psychology.”


“In everything one thing is impossible: rationality.”


“In heaven, all the interesting people are missing.”


“It is my ambition to say in ten sentences what others say in a whole book.”


“Love is not consolation. It is light.”


“There is always some madness in love. But there is also always some reason in madness.”


“Without music, life would be a mistake.”


– Friedrich Nietzsche -









Tidak ada komentar:

Posting Komentar