Kamis, 08 November 2012

Ancaman Global Freemasonry Terbongkarnya Sisi Gelap Pemikiran Masonik.

harun-yahya-2HARUN YAHYA
Pendahuluan

Selama berabad-abad, Freemasonry telah memancing banyak diskusi. Sebagian orang menuduhkan aneka kejahatan dan hal buruk yang fantastis kepada Masonry. Alih-alih mencoba memahami “Persaudaraan” tersebut dan mengkritisinya secara objektif, mereka bersikap sangat bermusuhan terhadapnya. Sebaliknya, para Mason kian bersikukuh dengan tradisi tutup mulut terhadap semua tuduhan ini, dan lebih memilih untuk tampil sebagai klub sosial biasa yang bukanlah bentuk sejati mereka. Buku ini berisi paparan yang pas tentang Masonry sebagai suatu aliran pemikiran. Pengaruh terpenting yang menyatukan para Mason adalah filsafat mereka yang paling tepat dideskripsikan sebagai “materialisme” dan “humanisme sekuler”. Namun, Masonry adalah suatu filsafat keliru yang berlandaskan pada berbagai anggapan yang salah dan teori yang cacat. Inilah hal mendasar yang mesti menjadi titik tolak untuk mengkritisi Masonry.
Pentingnya kritisisme semacam itu perlu diungkapkan sejak awal, tidak hanya untuk menjelaskan subjek ini kepada non-Mason, tetapi juga untuk mengajak para Mason sendiri memahami kebenaran.

Tentu saja, sebagaimana orang lain, para Mason bebas memilih sendiri, dan dapat
mengambil cara pandang apa pun yang mereka inginkan tentang dunia dan hidup sesuai
dengannya. Ini adalah hak asasi mereka. Tetapi, orang lain pun punya hak untuk memaparkan dan mengkritisi kekeliruan-kekeliruan mereka, dan itulah yang coba dilakukan buku ini.
Kami pun menggunakan pendekatan yang serupa dalam kritisisme kami terhadap komunitas
lainnya. Terhadap orang Yahudi misalnya. Sebagian buku ini juga bertalian dengan sejarah Yahudi dan mengajukan berbagai kritisisme tertentu yang penting. Harus dikemukakan bahwa semua ini tidak ada hubungannya dengan anti-Semitisme atau teori konspirasi “Yahudi-Masonik”. Memang, anti-Semitisme adalah sesuatu yang tak layak bagi seorang Muslim sejati. Orang Yahudi pada suatu masa telah menjadi bangsa yang dipilih oleh Allah, dan kepada mereka dikirimkan-Nya banyak Nabi. Sepanjang sejarah mereka telah ditimpa banyak kekejaman, bahkan menjadi korban pemusnahan massal, tetapi mereka tidak pernah menanggalkan identitas mereka.

Di dalam Al-Quran, Allah menyebut mereka, bersamaan dengan orang Nasrani, sebagai ahli kitab, dan memerintahkan orang Islam memperlakukan mereka dengan baik dan adil. Tetapi, bagian penting dari sikap adil ini adalah mengkritisi berbagai keyakinan dan praktik yang salah dari sebagian mereka, menunjukkan kepada mereka jalan menuju kebenaran sejati. Tetapi tentu saja, hak mereka untuk hidup sesuai dengan apa yang mereka percayai dan kehendaki tak perlu
dipertanyakan lagi. Buku Ancaman Global Freemasonry ini berangkat dari premis tersebut, dan secara kritis menelusuri akar Masonry, juga sasaran dan aktivitasnya. Dalam buku ini, pembaca juga akan menemukan ikhtisar sejarah pertarungan para Mason melawan agama-agama ketuhanan. Freemason memainkan peranan penting dalam alienasi Eropa dari agama, dan seterusnya, membangun ordo baru yang berlandaskan kepada filsafat materialisme dan humanisme sekuler. Kita juga akan memahami bagaimana pengaruh Masonry dalam penekanan dogma-dogma ini kepada peradaban non-Barat. Akhirnya, kita akan membahas metode-metode yang digunakan Masonry untuk membantu pengembangan dan pelestarian tatanan sosial yang berdasarkan dogma-dogma ini. Filsafat mereka dan metode yang mereka gunakan untuk mengembangkan filsafat ini akan didedah dan dikritisi.

Diharapkan bahwa fakta-fakta penting yang diuraikan di dalam buku ini akan menjadi sarana bagi banyak orang, termasuk para Mason sendiri, agar mampu melihat dunia dengan kesadaran yang lebih baik. Setelah membaca buku ini, pembaca akan mampu mempertimbangkan banyak hal, dari aliran filsafat hingga kepala berita surat kabar, dari lagu rock hingga berbagai ideologi politik, dengan pemahaman yang lebih dalam, serta melihat dengan lebih baik arti dan tujuan di belakang berbagai peristiwa dan faktor. ( Disadur dari www.harunyahya.com )
http://swaramuslim.net/EBOOK/html/011/index.htm

PEJUANG SALIB
Umumnya ahli sejarah beranggapan
bahwa Freemasonry berawal mula dari
Perang Salib. Meskipun Masonry baru
terbentuk dan diakui secara res-mi di
Inggris pada awal abad ke-18,
sebenarnya organisasi tersebut mengakar
jauh hingga ke Perang Salib di abad ke-
12. Di pusat kisah yang umum dikenal ini
terdapat suatu ordo tentara salib yang
dinamakan Ksatria Templar atau para
Templar.
Enam tahun sebelum buku ini, buku kami
yang berjudul New Masonic Order (Ordo
Masonik Baru), mengkaji sejarah para
Templar dengan amat terperinci. Jadi, kali
ini hanya akan diberikan ikhtisarnya.
Sebab, begitu kita menganalisis akar dari Masonry, dan pengaruhnya pada dunia,
kita menemukan arti dari “Freemasonry Global”.
Betapapun banyaknya yang bersikeras bahwa Perang Salib adalah ekspedisi militer
yang dilakukan atas nama iman Kristiani, pada dasarnya keuntungan materilah yang
menjadi tujuannya. Pada periode Eropa dilanda kemiskinan dan kesengsaraan yang
berat, kemakmuran dan kekayaan bangsa Timur, terutama bangsa Muslim di Timur
Tengah, menarik perhatian bangsa Eropa. Walaupun menggunakan wajah agama,
dan dihiasi dengan simbol-simbol Kristiani, gagasan Perang Salib sebenarnya lahir
dari hasrat akan keuntungan duniawi. Inilah yang menyebabkan perubahan tiba-tiba
dari kebijakan cinta damai sebelumnya di kalangan Kristen Eropa pada periode awal
sejarah mereka, kepada agresi militer.
Pengagas Perang Salib adalah Paus
Urban II. Pada tahun 1095, ia
menyelenggarakan Konsili Clermont,
di mana doktrin Kristen sebelumnya
yang cinta damai ditinggalkan.
Perang suci diserukan, dengan tujuan
untuk merebut tanah suci dari
tangan bangsa Muslim. Sebagai
tindak lanjut dari pertemuan konsili,
dibentuklah pasukan Pejuang Salib
yang amat besar, terdiri dari para
tentara, dan puluhan ribu rakyat
biasa.
Para ahli sejarah percaya bahwa
upaya Urban II didorong oleh
keinginannya untuk merintangi
pencalonan seorang pesaingnya
dalam kepausan. Sedangkan di balik sambutan penuh semangat dari para raja,
pangeran, dan bangsawan Eropa atas seruan Paus, tujuan mereka pada dasarnya
bersifat keduniaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Donald Queller dari Universitas
Illinois, “Ksatria-ksatria Prancis menginginkan lebih banyak tanah. Pedagang-
Akar Masonry dapat ditelusuri hingga
ke Perang Salib melawan Muslim yang
dimulai oleh Paus Urban II.
Pejuang-pejuang salib membawa
malapetaka ke Yerusalem. Lukisan abad
pertengahan di atas menggambarkan
beberapa adegan mengerikan yang terjadi.
pedagang Italia berharap untuk mengembangkan perdagangan di pelabuhanpelabuhan
Timur Tengah.... Sejumlah besar orang miskin bergabung dengan
ekspedisi sekadar untuk melarikan diri dari kerasnya kehidupan sehari-hari mereka.”
1 Sepanjang jalan, massa yang serakah ini membantai banyak orang Muslim, dan
bahkan Yahudi, dengan harapan untuk menemukan emas dan permata. Pejuangpejuang
salib bahkan membelah perut korban-korban mereka untuk menemukan
emas dan batu-batu berharga yang mungkin telah mereka telan sebelum mati.
Begitu besarnya keserakahan para pejuang salib akan harta, sehingga tanpa sesal
mereka merampok kota Kristen Konstantinopel (Istanbul) pada Perang Salib IV, dan
melucuti daun-daun emas dari lukisan-lukisan dinding Kristiani di Hagia Sophia.
Setelah perjalanan yang panjang
dan sulit, serta begitu banyak
perampasan dan pembantaian
orang-orang Muslim, gerombolan
campur aduk yang disebut Pejuang
Salib ini mencapai Yerusalem di
tahun 1099. Ketika akhirnya kota itu
jatuh, setelah pengepungan selama
hampir lima minggu, para Pejuang
Salib masuk. Mereka melakukan
kebuasan hingga tingkatan yang
jarang disaksikan dunia. Semua
orang Muslim dan Yahudi di kota itu
mati di ujung pedang. Dalam narasi
seorang ahli sejarah, “Mereka
membunuh semua orang Saraken
dan Turki yang mereka temukan… baik lelaki maupun wanita.”2 Salah seorang
Pejuang Salib, Raymond of Aguiles, menyombongkan kekejaman ini:
Tampaklah pemandangan yang menakjubkan. Sebagian orang-orang kami (dan ini
lebih murah hati) memenggal kepala-kepala musuh; yang lainnya memanah
mereka, sehingga berjatuhan dari menara-menara; yang lain lagi menyiksa lebih
lama dengan melemparkan mereka ke dalam api. Gundukan kepala, tangan, dan
kaki tampak di jalan-jalan kota. Orang harus mencari jalan di antara mayat-mayat
manusia dan kuda. Tetapi ini belum apa-apa dibandingkan dengan apa yang terjadi
di Kuil Sulaiman, tempat kebaktian keagamaan biasanya dinyanyikan… di dalam Kuil
dan serambi Sulaiman, orang-orang berkuda berkubang darah hingga ke lutut dan
tali kekang mereka. 3
Selama dua hari, pasukan Pejuang Salib membunuh sekitar 40.000 Muslim dengan
cara yang sangat biadab. 4 Pejuang salib kemudian menjadikan Yerusalem ibukota
mereka, dan membangun Kerajaan Latin yang membentang dari perbatasan
Palestina hingga ke Antioch (Antakia).
Selanjutnya, para pejuang salib mulai berupaya untuk memperjuangkan posisinya di
Timur Tengah. Untuk mempertahankan apa yang telah mereka bangun, mereka
perlu mengorganisirnya. Untuk itu mereka membentuk ordo-ordo militer, dalam
bentuk yang belum pernah ada sebelumnya. Anggota ordo-ordo ini datang dari
Eropa ke Palestina, dan tinggal di semacam biara, di mana mereka menerima latihan
militer untuk memerangi orang Muslim.
Pejuang-pejuang salib menebas semua
yang hidup di tanah yang mereka
taklukkan.
Secara khusus, salah satu dari ordo-ordo ini berbeda dengan yang lainnya. Ia
mengalami transformasi yang akan memengaruhi jalannya sejarah. Namanya: Ordo
Templar.
ORDO TEMPLAR
Para Templar, atau lengkapnya, Tentara
Miskin Pengikut Yesus Kristus dan Kuil
Sulaiman, dibentuk pada tahun 1118, dua
puluh tahun setelah tentara salib merebut
Yerusalem. Pendiri ordo ini adalah dua
ksatria Prancis, Hugh de Payens dan
Godfrey de St. Omer. Berawal dari
sembilan anggota, ordo ini terus
berkembang. Nama kuil Sulaiman dipakai
karena mereka membangun basis di
gunung kuil, yakni lokasi reruntuhan kuil
tersebut. Di sini pula berdiri Dome of the
Rock (Qubah As-Sakhrah) .
Para Templar menyebut dirinya “tentara
miskin”, tetapi dalam waktu singkat
mereka menjadi sangat makmur. Mereka
mengontrol penuh para peziarah Kristen
yang berdatangan dari Eropa ke Palestina,
dan menjadi sangat kaya dari uang para
peziarah tersebut. Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan
kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael
Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad
pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi
mereka yang berbasis bunga. 5
Para Templar inilah yang paling bertanggung jawab atas serangan-serangan pejuang
salib dan pembantaian bangsa Muslim. Karena itulah, komandan besar Islam Saladin
(Shalahuddin Al Ayyubi), yang mengalahkan pasukan salib pada tahun 1187 pada
Pertempuran Hattin, dan kemudian membebaskan Yerusalem, menghukum mati
para Templar karena pembunuhan yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ia
mengampuni banyak sekali orang Kristen. Namun, sekalipun kehilangan Yerusalem
dan mengalami kekalahan besar, para Templar terus bertahan. Dan walaupun
bangsa Kristen terus menyusut di Palestina, mereka meningkatkan kekuatan di
Eropa dan, pertama di Prancis, kemudian di negara-negara lain, menjadi negara
dalam negara.
Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan politik mereka menyusahkan raja-raja Eropa.
Tetapi ada segi lain dari para Templar yang segera mengganggu kalangan
kependetaan: ordo tersebut sedikit demi sedikit telah menyeleweng dari iman
Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah mengambil sejumlah doktrin mistik yang
asing. Berkembang juga desas-desus bahwa mereka menyelenggarakan ritus-ritus
aneh untuk memberi bentuk pada doktrin mereka.
Ksatria templar mengembangkan
kepercayaan pagan dengan kedok
Kristiani.
Akhirnya, pada tahun 1307, Raja Prancis
Philip le Bel memutuskan untuk menangkap
anggota-anggota ordo ini. Sebagiannya
berhasil melarikan diri tetapi kebanyakan
mereka tertangkap. Paus Clement V juga
bergabung dalam pembersihan ini. Setelah
periode panjang interogasi dan pengadilan,
banyak anggota Templar mengakui
keyakinan 'bidah' mereka, bahwa mereka
menolak iman Kristiani dan menghina Yesus
dalam misa mereka. Akhirnya, para
pemimpin Templar, yang dinamai “Imam
Besar (Grand Master)”, mulai dari yang
terpenting dari mereka, Jacques de Molay,
dihukum mati pada tahun 1314 atas
perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan
mereka dijebloskan ke dalam penjara, dan ordo tersebut tumpas dan secara resmi
menghilang.
Segolongan ahli sejarah cenderung melukiskan sidang pengadilan para Templar
sebagai konspirasi dari Raja Prancis, dan menggambarkan para ksatria itu tak
bersalah atas segala dakwaan. Tetapi, cara interpretasi ini keliru dalam beberapa
segi. Nesta H. Webster, ahli sejarah Inggris terkenal dengan begitu banyak
mengetahui sejarah okultisme, menganalisis berbagai aspek ini dalam bukunya,
Secret Societies And Subversive Movements. Menurut Webster, kecenderungan
untuk melepaskan para Templar dari bidah yang mereka akui dalam masa
pengadilan tidak tepat. Pertama, selama interogasi, walau secara umum terjadi,
tidak semua Templar disiksa:
Lagipula, apakah pengakuan mereka tampak seperti hasil imajinasi murni orangorang
yang disiksa? Tentunya sukar dipercaya bahwa cerita tentang upacara
pembaiatan — yang disampaikan dengan rinci oleh orang-orang di berbagai negara,
dituturkan dalam kalimat yang berbeda, namun semuanya saling menyerupai —
merupakan karangan semata-mata. Jika para korban dipaksa untuk mengarangngarang,
cerita mereka tentu akan saling bertentangan; segala macam ritus liar dan
fantastis diteriakkan dengan penuh kesakitan untuk memenuhi tuntutan interogator
mereka. Tetapi sebaliknya, masing-masing tampak seperti mendeskripsikan upacara
yang sama, baik lengkap maupun tidak, dengan sentuhan personal si pembicara,
dan pada dasarnya semua cerita tersebut cocok. 6
Bagaimanapun juga, sidang pengadilan para Templar berakhir dengan tumpasnya
ordo tersebut. Tetapi, walaupun sudah dibubarkan “secara resmi”, ia tidak benarbenar
musnah. Selama penangkapan tiba-tiba pada tahun 1307, beberapa Templar
lolos, dan berhasil menutupi jejak mereka. Menurut tesis yang berdasarkan pada
berbagai dokumen sejarah, sejumlah besar mereka berlindung di satu-satunya
kerajaan di Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat
belas, yaitu Skotlandia. Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah
perlindungan Raja Skotlandia, Robert the Bruce. Tak lama kemudian, mereka
menemukan penyamaran yang tepat untuk melanjutkan gerakan rahasia mereka:
mereka menyusup ke dalam gilda (serikat sekerja) terpenting di Kepulauan Inggris
abad pertengahan — loge (pemondokan) para tukang batu, dan segera, mereka
menguasai loge-loge ini sepenuhnya. 7
Ksatria templar yang melarikan diri
dari Gereja diberi perlindungan oleh
Raja Skot, Robert the Bruce.
Loge para tukang batu berganti nama pada awal era modern, dengan “Loge
masonik”. Ritus Skot merupakan cabang Masonry tertua, dan berasal mula di awal
abad keempat belas, dari para Templar yang berlindung di Skotlandia. Dan, namanama
yang diberikan kepada tingkat tertinggi dalam Ritus Skot adalah gelar-gelar
yang diberikan kepada para ksatria dalam ordo Templar berabad-abad sebelumnya.
Pendeknya, para Templar tidak tertumpas, sebaliknya filsafat serta berbagai
kepercayaan dan upacara mereka tetap berlangsung di balik samaran Freemasonry.
Tesis ini didukung oleh banyak bukti sejarah, dan diterima saat ini oleh banyak ahli
sejarah Barat, baik mereka anggota Freemasonry ataupun tidak. Dalam buku kami,
Ordo Masonik Baru, bukti ini dikaji secara terperinci.
Tesis yang mengusut akar Masonry ke Ordo Templar seringkali
dirujuk di dalam majalah-majalah yang diterbitkan oleh para
Mason untuk kalangannya sendiri. Para Mason sangat menerima
pendapat ini. Salah satu majalah ini bernama Mimar Sinan
(terbitan Freemason Turki), yang menggambarkan hubungan
antara Ordo Templar dengan Freemasonry dalam kata-kata
berikut ini:
Di tahun 1312, ketika Raja Prancis, di bawah tekanan Gereja,
membubarkan Ordo Templar dan memberikan hak-hak mereka
kepada para Ksatria St. John di Yerusalem, aktivitas para Templar
tidak berhenti. Sebagian besar Templar berlindung di berbagai
loge Freemason yang beroperasi di Eropa pada saat itu. Pemimpin
para Templar, Mabeignac, bersama beberapa anggota lainnya,
mendapatkan perlindungan di Skotlandia dengan menyamar
sebagai seorang tukang batu bernama Mac Benach. Raja Skot,
Robert the Bruce, menyambut mereka dan mengizinkan mereka
mengembangkan pengaruh besar terhadap loge-loge Mason di
Skotlandia. Sebagai hasilnya, loge-loge Skot meraih peran penting dari sisi keahlian
dan ide-ide mereka.
Freemason masa kini menggunakan nama Mac Benach dengan penuh hormat. Para
Mason Skot, yang mewarisi pusaka para Templar, mengembalikannya ke Prancis
bertahun-tahun kemudian dan membangun dasar bagi ritus yang dikenal sebagai
Ritus Skot di sana. 8
Para Pejuang
dan Para
Bankir:
sebuah buku
tentang
Ksatria
Templar.
Sekali lagi, Mimar Sinan memberikan banyak informasi
tentang hubungan antara Templar dan Freemasonry. Di
dalam sebuah artikel berjudul “Templar dan Freemason”
dinyatakan bahwa “ritual-ritual upacara pembaiatan Ordo
Templar menyerupai Freemasonry masa kini.” 9 Menurut
artikel yang sama, sebagaimana di dalam Masonry, para
anggota Ordo Templar saling memanggil “saudara”. 10
Pada bagian akhir artikel tersebut, tercantum:
Ordo Templar dan organisasi Mason saling memengaruhi
dengan sangat mencolok. Bahkan ritual-ritual dari berbagai
lembaga begitu mirip sehingga bagaikan disalin dari para
Templar. Dalam hal ini, para Mason telah mengidentifikasi
diri mereka kepada para Templar begitu jauh dan dapat
dikatakan bahwa apa yang dipandang sebagai esoterisme
(kerahasiaan) asli Masonik sampai tingkatan yang penting
merupakan warisan dari para Templar. Ringkasnya,
sebagaimana kami sebutkan pada judul esei ini, kita dapat
katakan bahwa titik berangkat dari seni megah
Freemansory dan garis esoteris—awalnya milik para
Templar dan ujung panahnya milik para Freemason.11
Akhirnya, kami katakan, jelas bahwa Freemasonry mengakar hingga ke Ordo
Templar, dan bahwa para Mason telah mengadopsi filsafat ordo ini. Para Mason
sendiri menerimanya. Tetapi sudah tentu, hal penting bagi pembahasan kita adalah
sifat dasar dari filsafat ini. Apa yang membawa mereka ke situ? Mengapa mereka
mengalami perubahan seperti itu di Yerusalem? Apa dampak dari filsafat yang
diadopsi para Templar ini, melalui perantaraan Masonry, kepada dunia?
PARA TEMPLAR DAN KABBALAH
Sebuah buku yang ditulis oleh dua orang Mason, Christopher Knight dan Robert
Lomas, yang berjudul the Hiram Key mengungkapkan beberapa fakta penting
tentang akar Freemasonry. Menurut para penulis ini, jelas sekali bahwa Masonry
adalah kesinambungan dari para Templar. Namun, selain itu para penulis juga
mengkaji asal usul para Templar.
Majalah Mimar Sinan,
publikasi Masonik
Turki yang ditujukan
untuk anggotanya
sendiri.
KAPEL ROSSLYN: SEBUAH
KUIL TEMPLAR-MASON
Gereja yang dikenal
sebagai "Kapel Rosslyn" di
dekat Edinburgh,
Skotlandia, diketahui
sebagai suatu simbol
kepercayaan bidah pagan
para Templar. Untuk
merekonstruksi bangunan
ini, dipekerjakan para
Mason dan Rosicrucian,
penerus para Templar, dan mereka mendekor seluruh kapel
dengan simbol-simbol yang merepresentasikan filsafat pagan
mereka.
Dalam terbitan Masonry Turki, majalah Mimar Sinan, asal usul
Masonik dan berbagai elemen pagan pada kapel itu
diungkapkan sebagai berikut:
Bukti paling meyakinkan tentang kesatuan Templar dan
Mason di Skotlandia adalah benteng dan kapel di desa
Rosslyn, 10 km di Selatan Edinburg dan 15 km dari pusat
Templar kuno di Balantrodoch. Para Templar hidup di daerah
ini dan khususnya di benteng ini setelah tahun 1312 di bawah
perlindungan para Baron St. Clair.
...Kapel tersebut dibangun antara tahun 1446-48 oleh Sir
William St. Clair yang merupakan salah satu bangsawan
utama di Skotlandia dan bahkan di Eropa saat itu. Para Mason
dan Rosicrucian melakukan pembangunan. Arsitek kepala dari
pembangunan ini adalah Imam Besar Templar, Sir William St.
Clair yang membawa para arsitek dan tukang batu mason
yang hidup berkelana dari setiap bagian Eropa. Rumah-rumah
baru dibangun di desa terdekat dari Rosslyn dan sebuah
perkampungan dibuka….
Kapel Rosslyn saat ini dan contoh simbol
pagannya.
Perencanaan dan dekorasi kapel ini sungguh unik. Tidak ada
contoh semacam itu di Skotlandia atau bahkan di Eropa.
Kapel ini dengan sangat tepat menangkap atmosfer kuil
Herod dan setiap bagiannya didekor dengan simbol-simbol
Masonik. Di antara simbol itu adalah relief di dinding-dinding
dan lengkungan-lengkungan yang menggambarkan kepala
Hiram dan pembunuhnya, sebuah relief dari suatu upacara
pembaiatan, dasar-dasar dari lengkungan, dan kompaskompas.
Selain dari fakta bahwa kapel ini dikonstruksi dalam
suatu gaya pagan yang nyata, dengan berbagai elemen
arsitektur Mesir, Yahudi, Gothik, Norman, Celtik, Skandinavia,
Templar, dan Masonik, serta bahwa ia mengandung contoh
kerajinan batu yang sangat kaya, salah satu aspek paling
menarik darinya adalah bahwa puncak-puncak tiang didekor
dengan motif kaktus dan jagung, di samping bermacammacam
bentuk tanaman lainnya….
Terdapat sangat banyak elemen dekoratif pagan di dalam
kapel ini sehingga seorang pendeta, yang menuliskan kisah
tentang pembabtisan yang dilakukan oleh Baron Rosslyn di
tahun 1589 mengeluhkan, “karena kapel dipenuhi oleh
patung-patung pagan, tidak ada tempat yang sesuai untuk
menyelenggarakan Sakramen”. Pada tanggal 31 Agustus
1592, berkat tekanan yang dilakukan terhadap Baron Oliver
St. Claire dari Rosslyn, altar kapel yang bergaya pagan
dihancurkan. (Tamer Ayan, "Ordo Royal Skot; Lembaga
Masonik Tertua yang Diketahui" Mimar Sinan, 1998, No. 110,
hlm. 18-19)
Menurut tesis mereka, para Templar mengalami perubahan besar ketika mereka
dalam kuil Sulaiman di Yerusalem, yang reruntuhannya mereka selidiki. Para penulis
menjelaskan bahwa para Templar berdalih dengan peranan mereka yang diakui
sebagai pelindung peziarah Kristen yang mengunjungi Palestina, tetapi tujuan
mereka yang sebenarnya sangat berbeda:
Tidak ada bukti bahwa para Templar pendiri ini pernah memberi perlindungan
kepada peziarah, tetapi sementara itu kita segera menemukan bahwa terdapat bukti
yang meyakinkan bahwa mereka memang melakukan penggalian yang intensif di
bawah reruntuhan Kuil Herod….12
Para penulis Kunci Hiram bukanlah satu-satunya yang menemukan bukti tentang ini.
Sejarawan Prancis, Gaetan Delaforge membuat pernyataan yang sama:
Tugas sebenarnya dari sembilan ksatria itu adalah melakukan penyelidikan di daerah
tersebut untuk mendapatkan berbagai barang peninggalan dan naskah yang berisi
intisari dari tradisi-tradisi rahasia Yahudi dan Mesir kuno.13
Pada akhir abad kesembilan belas, Charles Wilson dari Royal
Engineers mulai melakukan riset arkeologis di Yerusalem. Dia
sampai kepada pendapat bahwa para Templar telah
mendatangi Yerusalem untuk mempelajari reruntuhan kuil
tersebut. Wilson menemukan jejak-jejak penggalian dan
ekskavasi di bawah pondasi kuil tersebut, dan menyimpulkan
bahwa hal ini dilakukan dengan peralatan milik para Templar.
Barang-barang ini masih ada di dalam koleksi Robert Brydon,
yang memunyai arsip yang sangat luas tentang informasi
mengenai para Templar.14
Para penulis The Hiram Key berpendapat bahwa penggalianpenggalian
para Templar ini bukannya tanpa hasil; karena di
Yerusalem ordo tersebut menemukan berbagai peninggalan
tertentu yang mengubah cara mereka memandang dunia.
Selain itu, banyak peneliti berpendapat serupa. Mestilah ada
sesuatu yang menuntun para Templar, walau pada faktanya
mereka sebelumnya adalah pengikut Kristen dan datang dari
bagian dunia Kristen, untuk mengadopsi suatu sistem
keimanan dan filsafat yang sepenuhnya berbeda dari agama
Kristen, merayakan misa-misa bidah, dan melakukan berbagai upacara sihir.
Menurut pandangan umum dari banyak peneliti, “sesuatu” itu adalah Kabbalah
(Qabbala).
Arti kata Kaballah adalah “tradisi lisan”. Berbagai ensiklopedia dan kamus
mendefinisikannya sebagai suatu cabang mistik agama Yahudi dan hanya dipahami
sedikit orang. Menurut definisi ini, Kabbalah mempelajari arti tersembunyi dari
Taurat dan naskah agama Yahudi. Tetapi, ketika kita mengkaji masalah ini lebih
dekat, kita menemukan berbagai faktanya adalah sesuatu yang sama sekali
berbeda. Fakta-fakta ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa Kabbalah adalah
suatu sistem yang berakar kepada penyembahan dan pemujaan berhala; bahwa ia
ada sebelum Taurat, dan menjadi tersebar luas bersama agama Yahudi setelah
Taurat diturunkan.
Kunci Hiram:
Fir'aun,
Freemason, dan
Penemuan
Perkamen Rahasia
Yesus.
Fakta yang menarik tentang Kabbalah ini dijelaskan oleh sumber yang sama
menariknya. Murat Ozgen, seorang Freemason Turki, menulis sebagai berikut ini di
dalam bukunya, Masonluk Nedir ver Nasildir? (Apa dan Seperti Apa Freemasonry
Itu?):
Kita tidak mengetahui dengan jelas dari mana Kabbalah datang atau bagaimana ia
berkembang. Ia adalah nama umum untuk sebuah filsafat yang unik, berbentuk
metafisik, esoterik, dan mistik, yang terutama berhubungan dengan agama Yahudi.
Ia diterima sebagai ilmu kebatinan Yahudi, tetapi sebagian elemen yang
dikandungnya menunjukkan bahwa ia terbentuk jauh lebih dahulu dari Taurat.15
Ahli sejarah Prancis, Gougenot des Mousseaux, menjelaskan bahwa Kabbalah
memang jauh lebih tua daripada agama Yahudi.16
Walaupun berkembang dengan agama Yahudi, Kabbalah tergantung pada sumbersumber
dari luarnya. Kabbalah muncul dari kepercayaan pagan dari Mesir Kuno dan
Mesopotamia.
Ahli sejarah Yahudi, Theodore Reinach, mengatakan bahwa Kabbalah merupakan
“suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi.” 17
Solomon Reinach mendefinisikan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan
pikiran manusia yang terburuk”.18
Alasan Reinach menyatakan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran
manusia yang terburuk” adalah karena doktrinnya sebagian besar berhubungan
dengan ilmu sihir. Selama ribuan tahun, Kabbalah telah menjadi salah satu batu
pondasi bagi setiap jenis upacara sihir. Para rabbi yang mempelajari Kabbalah
dipercaya memiliki kekuatan gaib yang besar. Juga, banyak non-Yahudi yang telah
terpengaruh dengan Kabbalah, dan mencoba memraktikkan ilmu sihir dengan
menggunakan doktrin-doktrinnya. Kecenderungan esoterik yang terjadi di Eropa
selama akhir Abad Pertengahan, khususnya sebagaimana yang dipraktikkan oleh
para ahli alkimia, sangat banyak yang berakar dari Kabbalah.
Hal ini sungguh aneh, jika kita memandang Yahudi sebagai sebuah agama
Monoteistik, yang diawali dengan turunnya Taurat kepada Musa a.s. Kenyataannya,
di dalam agama ini ada sebentuk sistem yang disebut Kabbalah, yang mengadopsi
praktik-praktik dasar sihir yang dilarang oleh agama. Hal ini memperkuat apa yang
telah disebutkan sebelumnya, dan menunjukkan bahwa Kabbalah sebenarnya
merupakan elemen yang menyusup ke dalam agama Yahudi dari luar.
Tetapi, apa sumber dari elemen ini?
Ahli sejarah Yahudi Fabre d'Olivet menyebutkan bahwa Kabbalah berasal dari Mesir
Kuno. Menurut penulis ini, Kabbalah mengakar hingga ke Mesir Kuno. Kabbalah
merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir
Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke
generasi.19
Karena itulah, kita harus menengok ke Mesir Kuno untuk menemukan sumber utama
dari rantai Kabbalah-Templar- Freemasonry ini.
DUNIA GELAP KABBALAH
Ahli sejarah Yahudi, Theodore Reinach, menggambarkan Kabbalah sebagai "suatu
racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi."
Solomon Reinach mendefinisikan Kabbalah sebagai "salah satu penyimpangan
pikiran manusia yang terburuk". Gambar-gambar karya pengikut Kabbalah
modern ini merefleksikan dunia gelap Kabbalah.
AHLI-AHLI SIHIR MESIR KUNO
Mesir Kuno dengan para fir'aunnya adalah salah satu peradaban tertua di dunia;
juga yang paling penindas. Monumen-monumen megah yang masih tersisa dari
Mesir Kuno — berbagai piramid, sphinx, dan obelisk — dibangun oleh ratusan ribu
budak, yang bekerja hingga hampir mati, di bawah lecutan cambuk dan ancaman
kelaparan. Para Fir'aun, penguasa absolut di Mesir, ingin direpresentasikan sebagai
dewa dan disembah oleh manusia.
Salah satu sumber pengetahuan tentang Mesir Kuno adalah berbagai prasasti
mereka. Prasasti-prasasti ini ditemukan di abad kesembilan belas dan setelah kerja
keras, abjad Mesir dapat diuraikan, memperjelas begitu banyak informasi tentang
negeri ini. Namun, karena ditulis oleh ahli sejarah resmi negara, berbagai prasasti ini
penuh dengan cerita-cerita yang bias yang dimaksudkan untuk memuja-muja
negara.
Bagi kita, tentu saja, sumber pengetahuan terbaik tentang masalah ini adalah
Quran.
Di dalam Al Quran, di dalam kisah Musa, kita memperoleh informasi penting tentang
sistem di Mesir. Ayat-ayat tersebut mengungkapkan bahwa terdapat dua titik fokus
kekuatan di Mesir: Fir’aun dan dewan pembesarnya. Dewan ini memiliki pengaruh
penting terhadap Fir’aun. Fir’aun sering berkonsultasi dengan mereka dan senantiasa
mengikuti anjuran mereka. Ayat yang dikutip di bawah menunjukkan pengaruh
dewan ini terhadap Fir’aun:
“Dan Musa berkata: "Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari
Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali
yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata
dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".
Fir’aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah
bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar".
Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular
yang sebenarnya.
Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih
bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.
Pemuka-pemuka kaum Fir’aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir
yang pandai yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir’aun
berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?"
Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah
ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya
mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (QS. Al A'raaf, 7: 104-
112) !
Patut diperhatikan bahwa perkataan tersebut
diutarakan oleh suatu dewan yang
menasihati Fir’aun, yang menghasutnya
melawan Musa, dan merekomendasikan
kepadanya metode-metode tertentu. Jika
kita amati catatan sejarah Mesir, kita melihat
bahwa dua komponen utama dewan ini
adalah tentara dan pendeta.
Tidak perlu dijelaskan lagi pentingnya
tentara; ia merupakan kekuatan militer
utama dari rezim Fir'aun. Tetapi, kita mesti
mengamati lebih dekat lagi peranan para pendeta. Para pendeta Mesir Kuno
merupakan golongan yang disebutkan di dalam Al Quran sebagai ahli-ahli sihir.
Mereka merepresentasikan sekte yang mendukung rezim. Mereka dipercayai
memiliki kekuatan khusus dan menguasai pengetahuan rahasia. Dengan otoritas ini
mereka memengaruhi rakyat Mesir, dan mengukuhkan posisi mereka di dalam
pemerintahan Fir'aun. Golongan ini, yang diketahui dari catatan sejarah Mesir
sebagai “Para Pendeta Amon”, memusatkan perhatian mereka untuk memraktikkan
ilmu sihir dan memimpin sekte pagan mereka; selain itu, mereka juga mempelajari
beragam ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika, dan geometri.
Sebuah naskah tulisan Mesir Kuno
Golongan pendeta ini adalah sebuah
ordo tertutup yang memiliki (begitu
yang mereka anggap) pengetahuan
khusus. Ordo semacam ini biasanya
dikenal sebagai organisasi esoterik. Di
dalam majalah bernama Mason Dergisi
(Jurnal Masonik), terbitan yang
tersebar di antara pengikut, secara
khusus disebutkan tentang pendetapendeta
Mesir Kuno.
Bersamaan dengan berkembangnya
pemikiran pada manusia, ilmu
pengetahuan mengalami kemajuan
dan bersama itu, jumlah rahasia pun
meningkat di dalam pengetahuan pada
sistem esoterik. Dalam perkembangan
ini, kegiatan esoterik, yang pertama
muncul di Timur, di Cina dan Tibet, dan kemudian menyebar ke India, Mesopotamia,
dan Mesir, membentuk basis pengetahuan kependetaan yang telah dipraktikkan
selama ribuan tahun dan membentuk basis kekuatan pendeta di Mesir.20
Bagaimana terjadinya hubungan antara filsafat esoterik para pendeta Mesir Kuno
dan Freemason saat ini? Mesir Kuno suatu contoh klasik di dalam Al Quran tentang
sistem politik tanpa tuhan musnah ribuan tahun yang lalu. Mungkinkah ia memunyai
pengaruh sekarang ini?
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini, kita harus mencermati berbagai
kepercayaan para pendeta Mesir Kuno yang berhubungan dengan asal usul alam
semesta dan kehidupan.
KEPERCAYAAN MESIR KUNO DALAM EVOLUSI KAUM
MATERIALIS
Di dalam buku mereka, The Hiram Key, penulis Mason berkebangsaan Inggris,
Christopher Knight dan Robert Lomas, berpendapat bahwa Mesir Kuno memiliki
posisi penting dipandang dari segi asal usul Masonry. Menurut kedua penulis ini,
gagasan terpenting yang telah mencapai Masonry modern dari Mesir Kuno adalah
tentang alam semesta yang ada oleh dan dari dirinya sendiri, lalu berkembang
melalui kebetulan. Mereka menjelaskan gagasan yang menarik ini dengan kata-kata
berikut:
Orang Mesir percaya bahwa materi selalu ada; mereka menganggap tidak logis
pendapat tentang sebentuk tuhan yang membuat sesuatu dari ketiadaan mutlak.
Mereka berpandangan bahwa permulaan dunia adalah ketika keteraturan muncul
dari kekacauan, dan semenjak itu terjadi pertarungan antara kekuatan pengaturan
dan kekacauan… keadaan kacau ini dinamai Nun, dan seperti penggambaran orang
Sumeria…, yang ada hanyalah adalah sebuah jurang dalam, berair, gelap tanpa
cahaya matahari yang padanya terdapat suatu kekuatan, daya penciptaan yang
memerintahkan keteraturan bermula. Kekuatan laten di dalam zat kekacauan ini
Pendukung terpenting rezim Fir'aun di
Mesir Kuno adalah golongan pendeta
(tukang sihir). Kepercayaan mereka di
kemudian hari membentuk akar dari
Kabbalah dan dari situ berpindah ke
Masonry.
tidak mengetahui keberadaan dirinya; ia adalah suatu kemungkinan, sebuah potensi
yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. 21
Akan teramati bahwa kepercayaan yang dideskripsi di atas selaras dengan apa yang
menjadi pendirian materialis masa kini, yang didukung oleh agenda komunitas
ilmiah dengan berbagai istilah seperti “teori evolusi”, “teori chaos”, dan “pengaturan
esensial dari materi”. Knight dan Lomas meneruskan pembahasan terdahulu dengan
mengutarakan:
Yang menakjubkan, penggambaran tentang penciptaan ini dengan sempurna
mendeskripsikan pandangan yang dipegang oleh sains modern, terutama “teori
chaos” yang telah menunjukkan berbagai desain ruwet yang berkembang dan
berulang secara matematis di dalam peristiwa-peristiwa sama sekali tak terstruktur.
22
Knight dan Lomas mengklaim bahwa
terdapat keselarasan antara kepercayaan
Mesir Kuno dengan sains modern, tetapi
apa yang mereka maksudkan dengan
sains modern, sebagaimana telah kami
tekankan, adalah konsep-konsep
materialis seperti teori evolusi dan teori
chaos. Walau pada kenyataannya teoriteori
ini tidak memiliki dasar ilmiah,
mereka telah dipaksakan pada bidang
sains selama dua abad lalu, dan
ditampilkan seakan memiliki kelayakan
ilmiah. (Pada bagian berikut kita akan
mengkaji siapa yang telah memaksakan
teori-teori ini pada dunia ilmiah.)
Sekarang, kita sampai ke poin penting
dari tahapan buku ini. Mari kita
ringkaskan apa yang telah kita temukan sejauh ini.
1. Kita memulai pembahasan dengan membicarakan Ordo Templar yang dianggap
sebagai asal muasal Freemasonry. Kita telah melihat bahwa, walaupun didirikan
sebagai sebuah ordo Kristen, Templar dipengaruhi oleh doktrin-doktrin rahasia yang
mereka temukan di Yerusalem, lalu meninggalkan sepenuhnya agama Kristen dan
menjadi organisasi antiagama yang memraktikkan ritus-ritus bidah.
2. Ketika kita mempertanyakan doktrin apa ini yang memengaruhi Templar, kita
temukan bahwa ia pada dasarnya adalah Kabbalah.
3. Ketika kita mengkaji Kabbalah, kita menemukan bukti bahwa, betapapun
banyaknya ia mungkin menyerupai mistisisme Yahudi, ia adalah sebuah doktrin
pagan yang lebih tua dari agama Yahudi, yang kemudian menyusupinya, dan bahwa
akarnya yang sebenarnya ditemukan di Mesir Kuno.
4. Mesir Kuno diperintah oleh sistem pagan Fir'aun, dan di sana kita temukan sebuah
gagasan yang membentuk dasar dari filsafat ateistis modern: bahwa alam
"Pandangan-dunia" dari Mesir Kuno
tidak terkubur dengan patung-patung
ini, tetapi dibawa hingga ke masa kini
oleh masyarakat rahasia yang
menganggap diri mereka sebagai
pewaris Mesir Kuno…
semesta ada dengan sendirinya, dan berkembang oleh kebetulan.
Semua ini jelas melukis sebuah gambar yang menarik. Apakah dengan kebetulan
belaka filsafat para pendeta dari Mesir Kuno masih tumbuh pesat, dan bahwa
terdapat jejak rantai (Kabbalah-Templar-Masonry) yang bertanggung jawab
meneruskan supremasi filsafat ini ke masa kini?
Mungkinkah para Mason, yang telah membuat jejak mereka di sejarah dunia
semenjak abad kedelapan belas, dengan menimbulkan berbagai revolusi,
mengemukakan sistem-sistem filsafat dan politis, merupakan pewaris dari para ahli
sihir di Mesir Kuno?
Untuk memperjelas jawaban dari pertanyaan itu, pertama kali kita harus mengkaji
lebih dekat lagi berbagai peristiwa sejarah yang hingga sekarang hanya kita uraikan
dengan singkat.
1 World Book Encyclopedia, "Crusades," Contributor: Donald E. Queller, Ph.D., Prof. of History, Univ. of Illinois,
Urbana-Champaign, World Book Inc., 1998
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London,
1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)
3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921,
hal.261, (penekanan ditambahkan)
4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921,
hal.262
5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81
6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924,
Chapter 3
7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New
York, M. Evans & Company, 1989
8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of
Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)
9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106,
hal.11, (penekanan ditambahkan)
10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106,
hal.9, (penekanan ditambahkan)
11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106,
hal.19, (penekanan ditambahkan)
12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37
13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram
Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)
14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38
15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992,
hal.298-299, (penekanan ditambahkan)
16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886,
hal. 499
17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924;
hal.9
18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan
ditambahkan)
19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)
20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)
21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan
ditambahkan)
22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131
II. Kisah di Balik Kabbalah
“Keluaran” adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab
ini menceritakan bagaimana bani Israil, di bawah
pimpinan Musa, meninggalkan Mesir dan melarikan diri
dari kekejaman Fir’aun. Fir’aun memperbudak bani
Israil dan tidak mau membebaskan mereka. Tetapi,
ketika berhadapan dengan mukjizat yang ditunjukkan
Allah melalui Musa, dan berbagai bencana ditimpakan
kepada rakyatnya, Fir’aun melunak. Maka, suatu
malam bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi
mereka keluar dari Mesir. Kemudian, Fir’aun
menyerang bani Israil, tetapi Tuhan menyelamatkan
mereka dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa.
Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah
yang paling akurat tentang eksodus dari Mesir, karena
Taurat telah mengalami banyak perubahan teks dari
apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah
bukti penting tentang ini adalah bahwa isi kelima kitab
Taurat — Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan
Ulangan — banyak yang saling bertentangan. Fakta
bahwa kitab Ulangan ditutup dengan kisah kematian
dan penguburan Musa merupakan bukti yang tak dapat
disangkal bahwa bagian ini sudah pasti ditambahkan
setelah kematian Musa.
Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya
bani Israil dari Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang berhubungan
dengannya, tidak ada sedikit pun pertentangan; kisah tersebut diceritakan kembali
dengan jelas. Bahkan, seperti pada kisah-kisah lain, Allah mengungkapkan banyak
kebijaksanaan dan rahasia di dalamnya. Karena itulah, ketika kita mengkaji kisahkisah
ini dengan cermat, kita dapat menarik banyak pelajaran dari mereka.
ANAK SAPI EMAS
Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani Israil dari Mesir,
sebagaimana diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka mengingkari agama
yang diturunkan Allah kepada mereka walaupun Ia telah menyelamatkan mereka
dari kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil tidak mampu memahami ajaran
tauhid yang disampaikan Musa kepada mereka, dan terus cenderung kepada
penyembahan berhala.
Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada ayat berikut:
“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka
setelah mereka sampai pada suatu kaum yang tetap meyembah
berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami
sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa
tuhan (berhala)". Musa menjawab: " Sesungguhnya kamu ini adalah
kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Patung yang disembah
orang Yahudi ketika
mereka menyeleweng
dari agama sejati
mereka, menurut banyak
peneliti, merupakan
berhala bangsa Mesir
berbentuk anak sapi
yang terbuat dari emas.
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang
dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al
A'raaf, 7: 138-139) !
Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap dalam penentangan mereka,
dan ketika Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung Sinai seorang diri,
penentangan itu tampak sepenuhnya. Dengan memanfaatkan ketiadaan Musa,
tampillah seorang bernama Samiri. Dia meniup-niup kecenderungan bani Israil
terhadap keberhalaan, dan membujuk mereka untuk membuat patung seekor anak
sapi dan menyembahnya.
“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan
bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa
lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar
kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar
perjanjianmu dengan aku?".
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu
dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa bebanbeban
dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya,
dan demikian pula Samiri melemparkannya", kemudian Samiri
mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan
Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa." (QS. Thahaa, 20: 86-88)
Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani Israil untuk membangun
berhala dan menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini bersumber?
Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak pernah menyembah berhala
tidak akan secara tiba-tiba berkelakuan bodoh seperti membangun patung dan
menyembahnya. Hanya mereka yang memiliki kecenderungan alami terhadap
berhala yang akan memercayai omong kosong semacam itu.
Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum
yang mengimani satu Tuhan semenjak
masa leluhur mereka Ibrahim. Nama "bani
Israil" atau "Anak-Anak Israil" pertama kali
diberikan kepada putra-putra Ya'kub, cucu
Ibrahim, dan setelahnya semua bangsa
Yahudi merupakan keturunannya. Bani
Israil telah menjaga iman tauhid yang
mereka warisi dari leluhur mereka
Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub, 'alaihim
salam. Bersama Yusuf as., mereka pergi
ke Mesir dan memelihara monoteisme
mereka dalam jangka waktu yang
panjang, walaupun faktanya mereka hidup
di tengah keberhalaan Mesir. Jelaslah dari
kisah yang disebutkan di dalam Al Quran bahwa ketika Musa datang kepada mereka,
bani Israil adalah kaum yang mengimani satu Tuhan.
Berhala bangsa Mesir lainnya: Hathor,
anak sapi emas.
Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani Israil, betapapun banyaknya
mereka menganut kepercayaan Monoteistik, terpengaruh oleh kaum pagan yang
hidup bersama mereka, dan mulai meniru mereka, menggantikan agama yang
dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan penyembahan berhala dari negeri-negeri
asing.
Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan catatan sejarah, kita amati
bahwa sekte pagan yang memengaruhi bani Israil adalah yang terdapat di Mesir
Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak
sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya
adalah tiruan dari berhala Mesir, Hathor dan Aphis. Dalam bukunya, Too Long in the
Sun, penulis Kristen Richard Rives menulis:
Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir,
merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan
mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari
oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang
lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa pesta yang dilakukan
berhubungan dengan penyembahan matahari…. 23
Pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil
terjadi dalam banyak tahapan yang berbeda. Begitu mereka
bertemu dengan kaum pagan, kecenderungan ke arah
kepercayaan bidah ini muncul dan, sebagaimana disebutkan
dalam ayat, mereka berkata, “Hai Musa, buatlah untuk kami
sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai
beberapa tuhan (berhala).” (QS. Al A'raaf, 7: 138) Apa yang
mereka ucapkan kepada Nabi mereka, "Hai Musa, kami tidak
akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan
terang." (QS. Al Baqarah, 2: 55) menunjukkan bahwa mereka
memiliki kecenderungan untuk menyembah benda nyata
yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada
agama pagan bangsa Mesir.
Kecenderungan bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno,
yang telah kita gambarkan di sini, penting untuk dipahami
dan memberi kita wawasan tentang perubahan dari teks Taurat dan asal usul dari
Kabbalah. Jika kita pikirkan kedua topik ini dengan hati-hati, kita akan mencermati
bahwa, pada sumbernya, ditemukan paganisme Mesir Kuno dan filsafat materialis.
DARI MESIR KUNO KE KABBALAH
Semasa Musa masih hidup, bani Israil telah mulai membuat tiruan dari berhalaberhala
yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya. Setelah Musa wafat, makin
sedikit yang menghalangi mereka dari penyelewengan lebih jauh ke kedurhakaan.
Tentu saja, hal ini tidak terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebagian mereka
memang mengadopsi paganisme bangsa Mesir. Tentu saja, mereka meneruskan
doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang menjadi pondasi
bagi kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka sendiri dengan
Patung Mesir Kuno,
Hathor.
memasukkan doktrin-doktrin ini ke dalamnya.
Doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno adalah Kabbalah.
Seperti sistem dari para pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik, dan
berlandaskan pada praktik sihir. Yang menarik, Kabbalah memberikan penuturan
yang sangat berbeda tentang penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat,
yakni penceritaan materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno tentang
keberadaan kekal dari materi. Murat Ozgen, seorang Freemason berkebangsaan
Turki, membahas topik ini sebagai berikut:
Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan
Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori
tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan
kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan.
Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah benda-benda
yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”,
yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda
ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama merepresentasikan massa
bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan
bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis
kuno…. Jadi, Kabbalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat
dengan agama-agama kuno yang misterius dari
Timur. 24
Sefiroth adalah ekspresi
paling lugas dari ajaran
pagan Kabbalah.
Gambar yang terbentuk
dari lingkaran-lingkaran
pada lukisan Kabbalis di
kanan adalah Sefiroth.
Para Kabbalis berusaha
menjelaskan proses
penciptaan melalui
Sefiroth. Skenario yang
mereka ajukan
sebenarnya adalah
sebuah mitos pagan yang
Dengan mengadopsi doktrin-doktrin materialis dan
esoterik dari bangsa Mesir Kuno yang berlandaskan
ilmu sihir ini, bangsa Yahudi mengabaikan larangan
Taurat tentang hal itu. Mereka mengambil ritual sihir
dari bangsa pagan lain dan seterusnya, Kabbalah
menjadi doktrin mistis di dalam agama Yahudi, tetapi
bertentangan dengan Taurat. Di dalam buku berjudul
Secret Societies and Subversive Movements, penulis
Inggris Nesta H. Webster menyatakan:
Seperti kita ketahui, Ilmu sihir telah
dipraktikkan oleh bangsa Kanaan sebelum
pendudukan Palestina oleh bani Israel; Mesir,
India, dan Yunani juga memiliki tukang tenung
dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-
Hukum Musa terkandung pelarangan atas ilmu
sihir, bangsa Yahudi, dengan mengesampingkan
peringatan ini, tertular dan mencampurkan
tradisi suci yang mereka warisi dengan
pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan
sebagian karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi spekulatif
dari Kabbalah Yahudi meminjam dari filsafat Persia Magi, Neo-Platonis,
dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat
kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah
saat ini tidaklah murni asli dari Yahudi. 25
Ada ayat di dalam Al Quran yang merujuk kepada topik ini. Allah berfirman bahwa
bani Israil mempelajari ritual persihiran setan dari sumber-sumber di luar agama
mereka sendiri.
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman
itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan
apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu
Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu)
kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya
cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al
Baqarah, 2: 102) !
sepenuhnya
bertentangan dengan
fakta yang diungkapkan
di dalam kitab-kitab suci.
Ayat ini memperlihatkan bahwa kalangan tertentu bangsa Yahudi, walau mengetahui
bahwa akan celaka di hari akhirat, mempelajari dan mengambil praktik-praktik sihir.
Dengan demikian, mereka menyimpang dari hukum yang telah diturunkan Allah
kepada mereka. Karena telah menjual jiwa mereka sendiri, terperosoklah mereka ke
dalam paganisme (doktrin-doktrin sihir). “Mereka telah menjual diri” untuk sesuatu
yang jahat, dengan kata lain, meninggalkan keimanan mereka.
Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan sifat utama dari sebuah
konflik penting dalam sejarah Yahudi. Pertarungan ini, pada satu sisi, adalah antara
nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa Yahudi dan golongan Yahudi yang
beriman yang menaati mereka, dan pada sisi lain, golongan Yahudi yang durhaka
yang mengingkari perintah-perintah Allah, meniru-niru budaya pagan dari kaum di
sekitar mereka, dan mengikuti praktik-praktik budaya tersebut, bukannya hukum
Allah.
Sebagian orang Yahudi, terpengaruh oleh budaya pagan
dari peradaban Mesir Kuno dan Mesopotamia, berpaling
dari Taurat yang diturunkan Tuhan sebagai tuntunan, dan
mulai menyembah bermacam-macam objek jasmaniah.
Di atas digambarkan sebuah kuil matahari pagan.
DOKTRIN PAGAN YANG DISISIPKAN KE DALAM TAURAT
Penting untuk dicermati bahwa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang ingkar seringkali
diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian Lama. Di dalam kitab
Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui
dosa mereka dan menyesal:
“Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing, lalu
berdiri di tempatnya dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek
moyang mereka. Sementara mereka berdiri di tempat dibacakanlah
bagian-bagian daripada kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, selama
seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan
pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka. Di
atas tangga tempat orang-orang Lewi berdirilah Yesua, Bani dan
Kenani. Dengan suara yang nyaring mereka berseru kepada TUHAN,
Allah mereka.
… (Mereka berkata:) “…Mereka (nenek moyang kami) mendurhaka
dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi hukum-Mu
dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan
maksud membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista
yang besar . Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawanlawan
mereka, yang menyesakkan mereka. Dan pada waktu
kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau mendengar dari
langit dan karena kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada
mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan
mereka. Tetapi begitu mereka mendapatkan keamanan, kembali
mereka berbuat jahat di hadapan-Mu. Dan Engkau menyerahkan
mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai mereka.
Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari
langit, lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu
dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, yang justru
memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka
melintangkan bahu untuk melawan, mereka bersitegang leher dan
tidak mau dengar.
… Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak
membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka,
karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang.
Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Mahabesar, kuat, dan dahsyat, …
Tetapi Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami,
karena Engkau berlaku setia dan kamilah berbuat fasik. Juga raja-raja
kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek
moyang kami tidak melakukan hukum-Mu. Mereka tidak
memerhatikan perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu
yang Kauberikan kepada mereka. Dalam kedudukan sebagai raja
mereka tidak mau beribadah kepada-Mu, walaupun Engkau telah
mengaruniakan kepada mereka banyak kebaikan dan telah
menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak
berbalik dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Nehemiah, 9:
2-4, 26-29, 31-35)
Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki segolongan kaum Yahudi untuk
mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi dalam perjalanan sejarah
Yahudi, segolongan lain perlahan meraih kekuatan, mendominasi kaum Yahudi dan
kemudian sepenuhnya mengubah agama itu sendiri. Karena inilah, di dalam Taurat
dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama, terdapat elemen-elemen yang berasal
dari doktrin pagan yang bidah, di samping yang disebutkan di atas, yang mengajak
untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:
Pada kitab pertama dari Taurat, disebutkan bahwa Tuhan menciptakan
seluruh alam semesta dari ketiadaan dalam enam hari. Ini benar dan berasal
dari wahyu asli. Tetapi, kemudian disebutkan bahwa Tuhan beristirahat di
hari ketujuh, dan ini merupakan pernyataan yang benar-benar palsu. Ini
merupakan ide jahat yang berasal dari paganisme yang memberikan sifat
manusia kepada Tuhan. Pada sebuah ayat di dalam Al Quran, Allah
berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun
tidak ditimpa keletihan.” (QS. Qaaf, 50: 38) !
Pada bagian-bagian lain dari Taurat, terdapat gaya penulisan yang tidak
menghormati kemuliaan Tuhan, terutama pada bagian-bagian di mana
kelemahan manusia disifatkan kepada-Nya (Tuhan sudah pasti di atas itu
semua). Antropomorfisme ini dibuat untuk menyerupai kelemahankelemahan
manusia yang diberikan penganut pagan kepada tuhan-tuhan
buatan mereka sendiri.
Salah satu pernyataan yang menghina itu adalah klaim bahwa Ya'kub, nenek
moyang bani Israil, bergulat dengan Tuhan, dan menang. Ini jelas sebuah
cerita yang dibuat-buat untuk memberi bani Israil keunggulan rasial, untuk
menyamai perasaan rasial yang berkembang luas di antara masyarakat
pagan. (atau, di dalam kata-kata Al Quran: “kesombongan jahiliyah”).
Terdapat kecenderungan di dalam Perjanjian Lama untuk menampilkan Allah
sebagai tuhan kebangsaan bahwa Dia hanyalah tuhan bagi bani Israil.
Namun, Allah adalah Tuhan dan Penguasa semesta alam serta seluruh umat
manusia. Pemikiran tentang agama kebangsaan ini, di dalam Perjanjian
Lama, bersesuaian dengan kecenderungan paganisme, di mana setiap suku
menyembah tuhannya sendiri.
Pada sebagian kitab dari Perjanjian Lama (misalnya, Yosua) berbagai perintah
diberikan untuk melakukan kekejaman terhadap orang-orang non-Yahudi.
Pembunuhan massal diperintahkan, tanpa memandang wanita, anak-anak,
atau orang tua. Kekejaman tanpa belas kasihan ini sepenuhnya bertentangan
dengan keadilan Tuhan, dan mengingatkan kepada kebiadaban budaya
pagan, yang menyembah dewa-dewa perang yang mistis.
Berbagai pemikiran pagan yang disusupkan ke dalam Taurat ini tentu mempunyai
asal muasal. Pastilah ada orang Yahudi yang mengambil, menghormati, dan
menghargai suatu tradisi yang asing bagi Taurat, dan mengubah Taurat dengan
menambahkan ke dalamnya pemikiran-pemikiran yang berasal dari tradisi yang
mereka ikuti. Asal usul tradisi ini merentang jauh hingga ke para pendeta Mesir Kuno
(para ahli sihir rezim Fir'aun). Ialah, tak lain, Kabbalah yang dibawa dari sana oleh
sejumlah orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk yang memungkinkan Mesir
Kuno dan doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam agama Yahudi dan
berkembang di dalamnya. Para penganut Kabbalah, tentu saja, menyatakan bahwa
Kabbalah hanyalah memperjelas secara lebih rinci rahasia-rahasia yang tersembunyi
di dalam Taurat, tetapi, pada kenyataannya, sebagaimana dikatakan oleh ahli
sejarah Yahudi tentang Kabbalah, Theodore Reinach, Kabbalah adalah "suatu racun
teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." 26
Maka, sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah jejak-jejak nyata dari
ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno.
KABBALAH, DOKTRIN YANG BERTENTANGAN DENGAN
KREASIONISME
Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah sebuah kitab suci
yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah
diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al Maidah, 5: 44)
Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang berisi ilmu dan
perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti keberadaan Allah, keesaan-
Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan makhluk lainnya, tujuan penciptaan
manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi manusia. (Namun, sekarang Taurat
asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat yang telah
“diubah-ubah” oleh tangan manusia).
Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan Al Quran: Allah
merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah ada sejak waktu bermula.
Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan-Nya dari ketiadaan.
Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam semesta, benda-benda langit,
materi-materi tak hidup, manusia, dan semua makhluk hidup. Allah itu Maha Esa;
Dia ada dengan sendirinya.
Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat
penafsiran yang sangat berbeda di dalam
Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus
yang menyusupi dan memenuhi nadi agama
Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan
sepenuhnya bertentangan dengan “fakta
penciptaan”, yang terdapat di dalam Taurat
yang asli dan Al Quran. Dalam salah satu
karyanya tentang Kabbalah, peneliti
Amerika, Lance S. Owens, mengemukakan
pendapatnya tentang kemungkinan asal usul
doktrin ini:
Pengalaman kabbalistik menimbulkan
beberapa pemahaman tentang
Tuhan, yang kebanyakan
menyimpang dari pandangan
ortodoks. Prinsip paling inti dari
kepercayaan bani Israil adalah
persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan
bahwa sementara Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu
keesaan yang sepenuhnya tak terlukiskan — Kabbalah menamainya
Ein Sof, yang tak berhingga — singularitas yang tak terpahami ini
perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk ketuhanan: suatu
pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah
dinamai Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut
Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada misteri
bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak terpahami kepada
pluralitas. Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi
ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah serangan yang
dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak
pernah sepenuhnya berhasil.
Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak
pemunculan pertamanya yang halus dari keesaan yang tak terpahami,
Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan Perempuan;
sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan
bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut
Kabbalah menggunakan metafor seksual yang terang-terangan untuk
menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah
menghasilkan ciptaan yang lebih jauh…27
Ciri yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa menurutnya manusia tidaklah
diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos
ini:
Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki
sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi
Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk
pola dasar pertama manusia. Manusia berbagi dengan Tuhan, baik
kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk
yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai
Ajaran Kabbalah tentang asal usul
alam semesta dan makhluk hidup
adalah sebuah cerita yang penuh
dengan mitos yang sepenuhnya
bertentangan dengan fakta-fakta
penciptaan yang diungkapkan di
dalam kitab-kitab suci.
Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama
Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav
he) adalah sama-sama 45. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah
sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini
datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan
tertinggi menyerupai Tuhan. 28
Teologi ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis bagi kemerosotan
agama Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sehat
sedemikian jauh sampai-sampai mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan.
Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri dari
bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia. Akibatnya, di
dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian dan ketaatan
kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini berkembang, dengan maksud untuk
memuaskan arogansi bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya bertentangan dengan
Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada akhirnya, Kabbalah
mulai merusak Taurat itu sendiri.
Hal lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rusak adalah
kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Sebagaimana telah
didiskusikan pada halaman-halaman sebelumnya, bangsa Mesir Kuno meyakini
bahwa materi telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahwa
diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan
manusia; Kabbalah mengklaim bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka
bertanggung jawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri.
Untuk diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan
pada dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme sekuler.
Menarik untuk dicatat bahwa kedua konsep ini — materialisme dan humanisme
sekuler — menguraikan ideologi yang telah mendominasi dunia selama dua abad ke
belakang.
Sungguh menggoda untuk mempertanyakan apakah ada kekuatan yang telah
membawa doktrin Mesir Kuno dan Kabbalah dari tengah-tengah sejarah kuno ke
masa kini.
DARI PARA KSATRIA TEMPLAR KE KAUM MASON
Tatkala kita menyebutkan tentang para Ksatria Templar sebelumnya, kita mencatat
bahwa ordo pejuang salib yang aneh ini dipengaruhi oleh sebuah "rahasia" yang
ditemukan di Yerusalem, yang membuat mereka meninggalkan agama Kristen dan
mulai memraktikkan ritus-ritus sihir. Kita sebutkan bahwa banyak peneliti telah
mencapai pendapat bahwa rahasia ini berhubungan dengan Kabbalah. Misalnya,
dalam bukunya Histoire de la Magie (Sejarah Ilmu Sihir), penulis Prancis, Eliphas
Levi, memberikan bukti terperinci bahwa para Templar dibaiat ke dalam doktrindoktrin
misterius Kabbalah, yakni, mereka secara rahasia dilatih di dalam doktrin
ini.29 Begitulah, sebuah doktrin yang berakar di Mesir Kuno diteruskan kepada para
Templar melalui Kabbalah.
Dalam Foucault's Pendulum, novelis Umberto Eco*) menceritakan fakta-fakta ini di
dalam alur cerita. Sepanjang novel tersebut, dia mengisahkan, melalui pembicaraan
para tokoh protagonisnya, bahwa para Templar dipengaruhi oleh Kabbalah dan
bahwa para pengikut Kabbalah memiliki rahasia yang dapat dilacak hingga ke
fir’aun-fir’aun Mesir Kuno. Menurut Eco, sebagian bangsa Yahudi yang terkemuka
mempelajari rahasia-rahasia tertentu yang diambil dari bangsa Mesir Kuno, dan
kemudian menyisipkannya ke dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama
(Pantateuch). Tetapi rahasia yang diteruskan secara rahasia ini hanya dapat
dipahami oleh para pengikut Kabbalah. (Zohar, yang di kemudian hari ditulis
Spanyol, dan membentuk kitab fundamental Kabbalah, berhubungan dengan
rahasia-rahasia kelima kitab tersebut) Setelah menyatakan bahwa para penganut
Kabbalah juga membaca rahasia bangsa Mesir Kuno ini dalam pengukuran geometris
haikal Sulaiman, Eco menuliskan bahwa para Templar mempelajarinya dari para
rabbi pengikut Kabbalah di Yerusalem:
Rahasia itu yang semuanya telah disampaikan Haikal hanya diketahui
oleh sekelompok kecil rabbi yang tetap tinggal di Palestina…. Dan dari
mereka para Templar mempelajarinya. 30
Ketika para Templar mengadopsi doktrin Kabbalis-Mesir kuno ini, sudah tentu
mereka bertentangan dengan kekuasaan Kristen yang mendominasi Eropa.
Pertentangan serupa juga terjadi antara mereka dengan kekuatan bangsa Yahudi
lainnya. Setelah para Templar ditangkap oleh perintah bersama raja Prancis dan
Paus di tahun 1307, ordo ini bergerak di bawah tanah, namun pengaruhnya tetap
bertahan, dan dengan cara yang lebih radikal dan mantap.
Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah besar ksatria Templar melarikan diri dan
meminta perlindungan kepada raja Skotlandia, satu-satunya kerajaan Eropa pada
saat itu yang tidak mengakui otoritas Paus. Di Skotlandia, mereka menyusup ke
dalam gilda para tukang batu, dan perlahan mengambil alih. Gilda-gilda tersebut
mengadopsi tradisi-tradisi ksatria Templar, dan dengan demikian, benih Masonik
ditanam di Skotlandia. Sampai hari ini, garis utama Masonry masih merupakan
“Ritus Skot yang Kuno dan Diakui”.
Sebagaimana telah dibahas secara rinci
di dalam buku Ordo Masonik Baru, jejak
para Templar dapat dideteksi sejak awal
abad keempat belas dan sekelompok
bangsa Yahudi berhubungan dengan
mereka pada berbagai babak sejarah
Eropa. Tanpa membahas detailnya,
inilah sebagian heading yang mengkaji
topik ini:
Di Provence, Prancis, pernah
terdapat sebuah tempat
persembunyian penting para
Templar. Selama masa
penahanan, sangat banyak yang
bersembunyi di sini. Ciri-ciri
penting lain daerah ini adalah
sebagai pusat Kabbalisme paling
terkenal di Eropa. Di Provence
tradisi lisan Kabbalah dibukukan.
Pemberontakan Petani di Inggris
pada tahun 1381, menurut para
ahli sejarah, dikipas-kipasi oleh sebuah organisasi rahasia. Para pakar yang
mengkaji sejarah Masonry sepakat bahwa organisasi rahasia ini adalah para
Templar. Pemberontakan ini lebih dari sekadar pemberontakan sipil, tetapi
merupakan penyerangan terencana terhadap Gereja Katolik. 31
Setengah abad setelah pemberontakan ini, seorang pastor di Bohemia
bernama John Huss memulai pemberontakan melawan Gereja Katolik. Lagi,
di balik pemberontakan ini berdiri para Templar. Lebih-lebih lagi, Huss sangat
tertarik dengan Kabbalah. Avigdor Ben Isaac Kara adalah salah satu nama
terpenting yang berpengaruh dalam perkembangan doktrinnya. Kara adalah
seorang rabbi dari komunitas Yahudi di Praha dan seorang pengikut
Kabbalah. 32
Contoh-contoh seperti ini menunjukkan bahwa persekutuan antara para Templar dan
pengikut Kabbalah diarahkan kepada suatu perubahan tatanan sosial Eropa.
Perubahan ini melibatkan perubahan di dalam budaya Kristen yang mendasar di
Eropa, dan penggantiannya dengan sebuah budaya berdasarkan doktrin-doktrin
pagan, seperti Kabbalah. Dan, setelah perubahan budaya ini, berbagai perubahan
politik akan mengikuti. Revolusi Prancis dan Italia, misalnya….
Pada bagian berikutnya, kita akan mengamati beberapa titik balik penting di dalam
sejarah Eropa. Pada setiap tahap, kita akan dihadapkan kepada fakta bahwa
terdapat sebuah kekuatan yang hendak memisahkan Eropa dari warisan Kristennya,
menggantikannya dengan ideologi sekuler, dan dengan program pemikiran ini
menghancurkan lembaga-lembaga keagamaannya. Kekuatan ini berusaha memaksa
Eropa menerima doktrin yang telah diestafetkan sejak Mesir Kuno melalui Kabbalah.
Sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya, pada basis dari doktrin ini terdapat dua
Sebuah model Haikal Sulaiman. Para
Templar dan Mason, karena kepercayaan
takhyul mereka mengenai Sulaiman,
yakin bahwa terdapat sebuah "rahasia"
di dalam haikal ini yang diteruskan dari
peradaban pagan kuno. Karena itulah
literatur Masonik memberikan banyak
penekanan pada haikal Sulaiman
tersebut.
konsep penting: humanisme dan materialisme.
Pertama, mari kita meninjau humanisme.
23 Richard Rives, Too Long in the Sun, Partakers Pub., 1996, hal. 130-31
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924,
(penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924;
Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan
ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon
Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon
Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements,
Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff
Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M.
Evans & Company, 1989
32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.
III. Mengkaji Ulang Humanisme
”Humanisme" dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang.
Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri
kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari
humanisme jauh lebih signifikan: humanisme adalah cara berpikir bahwa
mengemukakan konsep peri kemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan.
Dengan kata lain, humanisme mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang
menciptakan mereka, dan hanya mementingkan keberadaan dan identitas mereka
sendiri. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran
yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang
dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana pun".33
Namun, definisi paling jelas tentang humanisme
dikemukakan oleh pendukungnya. Salah seorang juru
bicara humanisme paling terkemuka di masa kini
adalah Corliss Lamont. Dalam bukunya, Philosophy of
Humanism, ia menulis:
(Singkatnya) humanisme meyakini bahwa
alam… merupakan jumlah total dari realitas,
bahwa materi-energi dan bukan pikiran yang
merupakan bahan pembentuk alam semesta,
dan bahwa entitas supernatural sama sekali
tidak ada. Ketidaknyataan supernatural ini pada
tingkat manusia berarti bahwa manusia tidak
memiliki jiwa supernatural dan abadi; dan pada
tingkat alam semesta sebagai keseluruhan,
bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang
supernatural dan abadi. 34
Sebagaimana dapat kita lihat, humanisme nyaris
identik dengan ateisme, dan fakta ini dengan bebas
diakui oleh kaum humanis. Terdapat dua manifesto
penting yang diterbitkan oleh kaum humanis di abad
yang lalu. Yang pertama dipublikasikan tahun 1933, dan ditandatangani oleh
sebagian orang penting masa itu. Empat puluh tahun kemudian, di tahun 1973,
manifesto humanis kedua dipublikasikan, menegaskan yang pertama, tetapi berisi
Dewasa ini, humanisme telah
menjadi nama lain bagi ateisme.
Salah satu contohnya adalah
antusiasme terhadap Darwin yang
khas pada majalah Amerika, The
Humanist.
beberapa tambahan yang berhubungan dengan berbagai perkembangan yang terjadi
dalam pada itu. Ribuan pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media
menandatangani manifesto kedua, yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika
yang masih sangat aktif.
Jika kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita menemukan satu pondasi dasar pada
masing-masingnya: dogma ateis bahwa alam semesta dan manusia tidak diciptakan
tetapi ada secara bebas, bahwa manusia tidak bertanggung jawab kepada otoritas
lain apa pun selain dirinya, dan bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghambat
perkembangan pribadi dan masyarakat. Misalnya, enam pasal pertama dari
Manifesto Humanis adalah sebagai berikut:
Pertama: Humanis religius memandang alam semesta ada dengan
sendirinya dan tidak diciptakan.
Kedua: Humanisme percaya bahwa manusia adalah bagian dari alam
dan bahwa dia muncul sebagai hasil dari proses yang berkelanjutan.
Ketiga: Dengan memegang pandangan hidup organik, humanis
menemukan bahwa dualisme tradisional tentang pikiran dan jasad
harus ditolak.
Keempat: Humanisme mengakui bahwa budaya religius dan
peradaban manusia, sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh
antropologi dan sejarah, merupakan produk dari suatu perkembangan
bertahap karena interaksinya dengan lingkungan alam dan warisan
sosialnya. Individu yang lahir di dalam suatu budaya tertentu sebagian
besar dibentuk oleh budaya tersebut.
Kelima: Humanisme menyatakan bahwa sifat alam semesta
digambarkan oleh sains modern membuat jaminan supernatural atau
kosmik apa pun bagi nilai-nilai manusia tidak dapat diterima…
Keenam: Kita yakin bahwa waktu telah berlalu bagi teisme, deisme,
modernisme, dan beberapa macam “pemikiran baru”. 35
Pada pasal-pasal di atas, kita melihat ekspresi dari sebuah filsafat umum yang
mewujudkan dirinya di bawah nama materialisme, Darwinisme, ateisme, dan
agnotisisme. Pada pasal pertama, dogma materialis tentang keberadaan abadi alam
semesta dikemukakan. Pasal kedua menyatakan, sebagaimana dinyatakan teori
evolusi, bahwa manusia tidak diciptakan. Pasal ketiga menyangkal keberadaan jiwa
manusia dengan mengklaim bahwa manusia terbentuk dari materi. Pasal keempat
mengajukan sebuah “evolusi budaya” dan menyangkal keberadaan sifat manusia
yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan (sifat istimewa manusia yang diberikan pada
penciptaan). Pasal kelima menolak kekuasaan Tuhan atas alam semesta dan
manusia, dan yang keenam menyatakan bahwa telah tiba waktunya untuk menolak
"teisme", yakni kepercayaan pada Tuhan.
Akan teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan
yang memusuhi agama sejati. Alasannya adalah bahwa humanisme adalah pondasi
utama dari perasaan antiagama. Ini karena humanisme adalah ekspresi dari
“manusia merasa bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)”, yang merupakan dasar utama bagi pengingkaran terhadap
Tuhan, sepanjang sejarah. Dalam salah satu ayat Al Quran, Allah berfirman:
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya,
lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.
Bukankah (Allah) yang berbuat demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati?
(QS. Al Qiyaamah, 75: 36-40)
Allah berfirman bahwa manusia tidak akan “dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggungjawaban)”, dan segera mengingatkan bahwa
mereka adalah ciptaan-Nya. Sebab, begitu menyadari bahwa dirinya
adalah ciptaan Allah, seseorang akan memahami bahwa dia bukannya
“tanpa pertanggungjawaban”, tetapi bertanggung jawab kepada Allah.
Karena inilah, klaim bahwa manusia tidak diciptakan telah menjadi
doktrin dasar filsafat humanis. Dua pasal pertama dari Manifesto
Humanis pertama mengungkapkan doktrin ini. Lebih jauh lagi, kaum
humanis berpendapat bahwa sains mendukung klaim ini.
Namun, mereka keliru. Sejak Manifesto Humanis pertama
dipublikasikan, kedua premis yang dikemukakan kaum humanis
sebagai fakta ilmiah tentang gagasan bahwa alam semesta abadi dan
teori evolusi, telah runtuh:
1. Gagasan bahwa alam semesta adalah abadi digugurkan oleh
serangkaian penemuan astronomis yang dilakukan ketika Manifesto
Humanis pertama tengah ditulis. Penemuan seperti fakta bahwa alam
semesta tengah berkembang, dari radiasi latar kosmis dan kalkulasi
rasio hidrogen atas helium, telah menunjukkan bahwa alam semesta
memiliki permulaan, dan muncul dari ketiadaan sekitar 15-17 miliar
tahun yang lalu dalam sebuah ledakan yang dinamai "Dentuman
Besar". Walaupun mereka yang mendukung filsafat humanis dan
materialis tidak rela menerima teori Dentuman Besar, mereka
akhirnya dikalahkan. Sebagai hasil dari bukti ilmiah yang telah
diketahui, komunitas ilmiah akhirnya menerima teori Dentuman Besar,
yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan karenanya kaum
humanisme tidak dapat membantah lagi. Demikianlah pemikir ateis
Anthony Flew terpaksa mengakui:
… karenanya saya mulai mengakui bahwa ateis
Stratonisian telah dipermalukan oleh konsensus
kosmologis kontemporer. Karena tampaknya para ahli
kosmologi memberikan bukti ilmiah tentang apa yang
oleh menurut St. Thomas tak dapat dibuktikan secara
filosofis; yakni bahwa alam semesta memiliki
permulaan….36
2. Teori evolusi, pembenaran ilmiah terpenting di balik Manifesto
Humanis pertama, mulai kehilangan pijakan satu dekade setelah
Manifesto itu ditulis. Saat ini diketahui bahwa skenario yang
dikemukakan sebagai asal usul kehidupan oleh kaum evolusionis ateis
(dan tak diragukan, humanis), seperti oleh A.I. Oparin dan J.B.S.
Haldane pada tahun 1930, tidak memiliki keabsahan ilmiah; makhluk
hidup tidak dapat diturunkan secara spontan dari materi tak-hidup
sebagaimana diajukan oleh skenario ini. Catatan fosil menunjukkan
bahwa makhluk hidup tidak berkembang melalui sebuah proses
perubahan kecil yang kumulatif, tetapi muncul secara tiba-tiba dengan
berbagai karakteristik yang berbeda, dan fakta ini telah diterima oleh
para ahli paleontologi evolusionis sendiri sejak 1970-an. Biologi
modern telah menunjukkan bahwa makhluk hidup bukanlah hasil dari
kebetulan dan hukum alam, tetapi bahwa pada setiap sistem kompleks
dari organisme yang menunjukkan sebuah perancangan cerdas
terdapat bukti bagi penciptaan. (Untuk lebih detail baca Harun Yahya,
Darwinisme Terbantahkan: Bagaimana Teori Evolusi Runtuh di
Hadapan Ilmu Pengetahuan Modern)
Lebih-lebih lagi, klaim keliru bahwa keyakinan religius merupakan
faktor yang menghambat manusia dari perkembangan dan
membawanya kepada konflik telah digugurkan oleh pengalaman
sejarah. Kaum humanis telah mengklaim bahwa penyingkiran
kepercayaan religius akan membuat manusia bahagia dan tenteram,
namun, yang terbukti justru sebaliknya. Enam tahun setelah Manifesto
Humanis dipublikasikan, Perang Dunia II meletus, sebuah catatan
malapetaka yang dibawa ke dunia oleh ideologi fasis yang sekuler.
Ideologi humanis lainnya, komunisme, mendatangkan kekejaman
yang tak terperi, pertama terhadap bangsa Uni Soviet, kemudian Cina,
Kamboja, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan berbagai negara Afrika
dan Amerika Latin. Sebanyak 120 juta manusia
terbunuh oleh rezim atau organisasi komunis.
Juga telah jelas bahwa merek humanisme Barat
(sistem kapitalis) tidak berhasil membawa
kedamaian dan kebahagiaan kepada masyarakat
mereka sendiri ataupun kepada wilayah-wilayah
lain di dunia.
Keruntuhan argumen humanisme tentang agama
juga telah tampak pada lapangan psikologi. Mitos
Freudian, sebuah batu pijakan dari dogma ateis
semenjak awal abad kedua puluh, telah
digugurkan oleh data empiris. Patrick Glynn, dari
Universitas George Washington, menerangkan
fakta ini di dalam bukunya yang berjudul God: The Evidence, The
Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World:
Seperempat abad terakhir dari abad kedua puluh
tidaklah ramah terhadap pandangan psikoanalitik. Yang
paling signifikan adalah ditemukannya bahwa
pandangan Freud tentang agama (belum lagi
sekumpulan besar masalah lain) adalah benar-benar
keliru. Yang cukup ironis, riset ilmiah dalam psikologi
selama dua puluh lima tahun terakhir telah
menunjukkan bahwa, jauh dari sebagai penyakit saraf
atau sumber dari neuroses sebagaimana dinyatakan
Freud dan murid-muridnya, keyakinan agama adalah
salah satu kolerasi yang paling konsisten dari kesehatan
mental dan kebahagiaan yang menyeluruh. Kajian demi
kajian telah menunjukkan hubungan kuat antara
keyakinan dan praktik agama di satu sisi, dan tingkah
laku yang sehat sehubungan dengan masalah-masalah
seperti bunuh diri, penyalahgunaan alkohol dan obat
terlarang, perceraian, depresi, bahkan mungkin
mengejutkan, tingkat kepuasan seksual di dalam
perkawinan, di sisi lain. 37
Singkatnya, apa yang dianggap sebagai pembenaran ilmiah di balik
humanisme telah terbukti tidak sahih dan janji-janjinya gagal. Namun
demikian, kaum humanis tidak meninggalkan filsafat mereka, tetapi
malahan mencoba untuk menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia
melalui metode propaganda massa. Khususnya pada periode
pascaperang terjadilah propaganda humanis yang intens di lapangan
sains, filsafat, musik, kesusasteraan, seni, dan film. Pesan menarik
namun kosong yang diciptakan oleh para ideolog humanis telah
disampaikan kepada massa secara bertubi-tubi. Lagu "Imagine" karya
John Lennon, penyanyi solo dari grup musik paling terkenal sepanjang
masa, the Beatles, adalah contohnya:
John Lennon, dengan liriknya, "Bayangkan tiada
agama," merupakan salah satu propagandis
terdepan dari filsafat humanis di abad ke dua puluh.
Bayangkan tiada surga
Mudah jika kau coba
Tiada neraka di bawah kita
Di atas kita hanya angkasa
Bayangkan semua manusia
Hidup untuk hari ini saja...
Bayangkan tiada negara
Tak sukar untuk dilakukan
Tak perlu membunuh atau
terbunuh
Dan juga tiada agama…
Mungkin kau sebut aku pemimpi
Tetapi aku bukan satu-satunya
Kuharap suatu hari kau
bergabung dengan kami
Dan dunia akan menjadi satu
Lagu ini terpilih sebagai "lagu abad ini" dalam beberapa jajak
pendapat yang diselenggarakan di tahun 1999. Ini merupakan indikasi
paling tepat tentang perasaan sentimental yang digunakan untuk
menyampaikan humanisme kepada massa, karena kurangnya
landasan ilmiah atau rasional humanisme. Humanisme tidak dapat
menghasilkan keberatan rasional terhadap agama ataupun kebenaran
yang diajarkannya, tetapi berusaha menggunakan metode sugestif
semacam ini.
Ketika janji-janji Manifesto Humanis I di tahun 1933 terbukti gagal,
empat puluh tahun kemudian para humanis mengajukan konsep
kedua. Pada awal teks ini ada upaya untuk menjelaskan mengapa
janji-janji pertama tidak membuahkan hasil. Walaupun ada fakta
bahwa penjelasan ini sangat lemah, ini menunjukkan keterikatan
abadi humanisme terhadap filsafat ateis mereka.
Karakteristik paling jelas dari manifesto tersebut adalah
mempertahankan garis antiagama pada manifesto tahun 1933:
Sebagaimana di tahun 1933, kaum humanis tetap
memercayai bahwa teisme tradisional adalah keimanan
yang tak terbukti dan sudah ketinggalan zaman,
khususnya keimanan akan Tuhan yang mendengarkan
doa, yang dianggap hidup dan memerhatikan manusia,
mendengar dan memahami, serta sanggup
mengabulkan doa-doa mereka…. Kami percaya… bahwa
agama-agama otoriter atau dogmatik yang tradisional,
yang menempatkan wahyu, Tuhan, ritus, atau kredo di
atas kebutuhan dan pengalaman manusia merugikan
spesies manusia…. Sebagai orang yang tidak bertuhan,
kami mengawali dengan manusia bukannya Tuhan, alam
bukannya ketuhanan. 38
Ini adalah penjelasan yang sangat dangkal. Untuk memahami agama,
pertama seseorang membutuhkan kecerdasan dan pemahaman agar
mampu menangkap gagasan-gagasan yang dalam. Ia mesti didekati
dengan tulus dan tanpa prasangka. Alih-alih, humanisme tidak lebih
dari upaya dari sekumpulan orang, yang sejak awal adalah ateis dan
antiagama yang bernafsu, untuk menggambarkan prasangka ini
masuk akal.
Bertolak belakang dari janji-janji filsafat humanis, ateisme hanya membawa
perang, konflik, kekejaman, dan penderitaan bagi dunia.
Namun, upaya kaum humanis untuk menggambarkan keimanan
kepada Tuhan dan agama-agama Monoteistik sebagai kredo yang
tidak berdasar dan ketinggalan zaman sebenarnya bukan hal baru;
hanya memperbarui sebuah klaim berusia ribuan tahun dari mereka
yang mengingkari Tuhan. Di dalam Al Quran, Allah menjelaskan
argumen seumur dunia yang dikemukakan oleh orang-orang kafir:
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orangorang
yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka
mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri
adalah orang-orang yang sombong.
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang
mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Apakah yang
telah diturunkan Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Dongeng-dongengan orang-orang dahulu. (QS. An-
Nahl, 16: 22-24)
Ayat ini mengungkapkan bahwa penyebab sebenarnya dari penolakan
orang-orang kafir terhadap agama adalah kesombongan yang
tersembunyi di dalam hati mereka. Filsafat yang disebut humanisme
adalah tampak lahiriah belaka dari pengingkaran akan Tuhan di zaman
ini. Dengan kata lain, humanisme bukanlah cara berpikir yang baru,
sebagaimana mereka yang mendukung klaimnya; ia sudah seumur
dunia ini, pandangan dunia yang kuno yang umum pada mereka yang
mengingkari Tuhan karena kesombongan.
Jika kita mencermati perkembangan humanisme di dalam sejarah
Eropa, kita akan menemukan banyak bukti nyata bagi pernyataan ini.
AKAR HUMANISME DI DALAM KABBALAH
Kita telah memahami Kabbalah sebagai sebuah doktrin yang berasal
dari Mesir Kuno, lalu memasuki dan mencemari agama yang
diturunkan Allah kepada bani Israil. Kita juga telah memahami bahwa
ia berlandaskan pada cara berpikir yang sesat, yang menganggap
manusia sebagai makhluk agung yang tidak diciptakan sebelumnya
dan telah ada tanpa permulaan.
Humanisme memasuki Eropa dari sumber ini. Keyakinan kristiani
berdasarkan kepada keberadaan Tuhan, dan bahwa manusia adalah
hamba-hamba ciptaan-Nya yang tergantung kepada-Nya. Namun,
dengan penyebaran tradisi Templar di seluruh Eropa, Kabbalah mulai
menarik banyak filsuf. Maka, di abad ke-15, arus humanisme bermula
dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di dalam kancah
pemikiran Eropa.
Hubungan antara humanisme dan Kabbalah ini telah ditegaskan dalam
sejumlah sumber. Salah satunya adalah buku dari pengarang terkenal
Malachi Martin yang berjudul The Keys of This Blood. Martin adalah
seorang profesor sejarah pada Lembaga Injil Kepausan Vatikan. Ia
mengungkapkan bahwa pengaruh Kabbalah dapat dengan jelas
teramati di antara para kaum humanis:
Di dalam iklim ketidakpastian dan
tantangan tidak biasa yang menandai
zaman Italia Renaisans-awal ini,
bangkitlah sebuah jaringan persekutuan
kaum Humanis yang bercita-cita
melepaskan diri dari kendali menyeluruh
dari tatanan mapan itu. Dengan cita-cita
seperti ini, persekutuan-persekutuan ini
harus berada di dalam lindungan
kerahasiaan, paling tidak pada awalnya.
Namun di samping kerahasiaan,
kelompok-kelompok humanis ini ditandai
oleh dua ciri utama lainnya.
Pertama, mereka memberontak terhadap
penafsiran tradisional tentang Injil
sebagaimana dipertahankan oleh otoritas
gerejawi dan sipil, serta menentang pilarpilar
filosofis dan teologis yang dikeluarkan
oleh gereja bagi kehidupan sipil dan
politis…
Dengan sikap permusuhan seperti itu, tidak
mengagetkan jika kelompok-kelompok ini memunyai
konsepsi sendiri tentang pesan orisinil dari Injil dan
wahyu Tuhan. Mereka mengunci diri di dalam apa yang
mereka sebut sebagai bentuk pengetahuan yang sangat
rahasia, sebuah gnosis, yang sebagiannya mereka
landaskan pada rantai kepemujaan dan klenik yang
berasal dari Afrika Utara khususnya Mesir dan,
sebagiannya, Kabbalah Yahudi yang klasik itu….
Kaum humanis Italia membuang bagian dari gagasan
Kabbalah nyaris tanpa dikenali. Mereka merekonstruksi
konsep gnosis, dan memindahkannya ke latar duniawi
yang sepenuhnya ini. Gnosis khusus yang mereka cari
adalah suatu pengetahuan rahasia tentang bagaimana
menguasai kekuatan alam yang buta untuk tujuan
sosio-politis. 39
Pendeknya, masyarakat humanis yang terbentuk pada masa itu ingin
menggantikan budaya Katolik Eropa dengan sebuah budaya baru yang
berakar pada Kabbalah. Mereka bermaksud menciptakan perubahan
sosiopolitis untuk mewujudkannya. Menarik bahwa di samping
Kabbalah, pada sumber budaya baru ini terdapat doktrin-doktrin Mesir
Kuno. Prof. Martin menulis:
Para calon anggota persekutuan humanis awal ini
adalah pengikut Kuasa Agung Arsitek Kosmos yang
Agung yang mereka representasikan dalam bentuk
Tetragrammaton Sakral, YHWH…. (kaum humanis)
meminjam lambang-lambang lain Piramid dan Mata
Sebagaimana ditunjukkan oleh
sejarawan Universitas Vatikan
Malachi Martin, ada hubungan
erat antara kebangkitan
humanisme di Eropa dengan
Kabbalah....
Yang Melihat Segalanya terutama dari sumber-sumber
Mesir. 40
Menarik sekali bahwa kaum humanis menggunakan konsep “Arsitek
Agung Alam Semesta”, sebuah istilah yang masih digunakan oleh
kaum Mason saat ini. Ini menunjukkan bahwa pastilah terdapat
hubungan antara kaum humanis dan Mason. Prof. Martin menulis:
Sementara, di daerah utara lainnya, berlangsung
sebuah persatuan yang jauh lebih penting dengan para
humanis. Sebuah persatuan yang tak diduga siapa pun.
Di tahun 1300-an, selama masa persekutuan pengikut
kaballah dan humanis mulai menemukan bentuk-nya,
telah ada terlebih dahulu terutama di Inggris,
Skotlandia, dan Prancis berbagai gilda manusia abad
pertengahan….
Tidak seorang pun yang hidup di tahun 1300-an dapat
memperkirakan penggabungan pemikiran antara gildagilda
freemasonry dan kaum humanis Italia….
Freemasonry baru bergeser dari semua kesetiaan
kepada agama Kristen gerejawi Romawi. Dan sekali lagi,
sebagaimana pada para humanis klenik Italia,
kerahasiaan yang dijamin oleh tradisi Loge sangat
penting dalam keadaan tersebut. Namun selain
kerahasiaan, kedua kelompok memiliki kesamaan yang
lebih banyak lagi. Dari berbagai tulisan dan catatan
Masonry yang spekulatif, jelaslah bahwa ajaran
keagamaan pusat menjadi kepercayaan kepada Arsitek
Agung Alam Semesta suatu sosok yang sekarang akrab
dari pengaruh para humanis Italia…. Arsitek Agung ada
dan menjadi bagian penting dari materi kosmos, sebuah
hasil dari pemikiran yang “tercerahkan.”
Tidak ada dasar konseptual yang dapat menghubungkan
keyakinan seperti ini dengan agama Kristen. Belum lagi
semua gagasan seperti dosa, Neraka sebagai hukuman
dan Surga sebagai ganjaran, dan Pengorbanan abadi
dari Misa, santo dan malaikat, pendeta dan paus. 41
Singkatnya, di Eropa abad keempat belas, sebuah organisasi humanis
dan Masonik lahir dengan mengakar kepada Kabbalah. Dan bagi
organisasi ini, Tuhan tidaklah sebagaimana pandangan Yahudi,
Kristen, dan Muslim: yakni sebagai Pencipta dan Pengatur segenap
alam semesta dan satu-satunya Penguasa, serta Tuhan dari umat
manusia. Alih-alih, mereka memunyai konsep sendiri, seperti “Arsitek
Agung Alam Semesta”, yang mereka pandang sebagai “bagian dari
alam materi”.
Dengan kata lain, organisasi rahasia ini menolak Tuhan, sebaliknya,
melalui konsep “Arsitektur Agung Alam Semesta” menerima alam
materi sebagai suatu bentuk ketuhanan.
Agar mendapatkan definisi yang lebih jelas dari kepercayaan yang
rusak ini, kita dapat meloncat ke abad kedua puluh dan mengamati
literatur Masonik. Misalnya, salah satu pengikut Mason Turki yang
paling senior, Selami Isindag, mengarang buku berjudul Masonluktan
Esinlenmeler (Inspirasi dari Freemasonry). Tujuan dari buku ini adalah
untuk mendidik pengikut Mason muda. Mengenai kepercayaan Mason
terhadap “Arsitek Agung Alam Semesta”, ia mengungkapkan:
Masonry bukannya tanpa Tuhan. Namun konsep Tuhan
mereka berbeda dari yang ada pada agama. Tuhan
Masonry adalah sebuah prinsip agung. Ia berada pada
puncak evolusi. Dengan mengkritisi keberadaan di
dalam diri kita, mengenal diri kita, dan secara sengaja
menempuh jalan sains, kecerdasan, dan kebajikan, kita
dapat mengurangi sudut antara ia dan diri kita.
Kemudian, tuhan ini memiliki ciri-ciri baik dan buruk
dari manusia. Ia tidak mewujud sebagai pribadi. Ia tidak
dipandang sebagai tuntunan alam atau umat manusia.
Ia adalah arsitek dari karya agung alam semesta,
kesatuan dan keselarasannya. Ia adalah totalitas dari
semua makhluk di alam semesta, sebuah kekuatan total
yang mencakup segala sesuatu, dan energi. Walau
begitu, tidak dapat dianggap bahwa ia adalah suatu
permulaan… ini sebuah misteri besar. 42
Di buku yang sama, jelas jika kaum Freemason menyebut tentang
“Arsitek Agung Alam Semesta”, yang dimaksudkan adalah alam, atau,
artinya mereka menyembah alam:
Selain alam, tidak mungkin ada kekuatan yang
bertanggung jawab atas pikiran atau tindakan kita….
Prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin Masonry adalah
fakta-fakta ilmiah yang berdasarkan kepada sains dan
kecerdasan. Tuhan adalah evolusi. Unsurnya adalah
kekuatan alam. Jadi realitas absolut adalah evolusi itu
sendiri dan energi yang mencakupnya. 43
Majalah Mimar Sinan, sebuah organisasi penerbitan khusus bagi kaum
Freemason Turki juga memberikan pernyataan tentang filsafat
Masonik yang sama:
Arsitek Agung Alam Semesta adalah kecenderungan
menuju keabadian. Ia adalah jalan masuk ke keabadian.
Bagi kami, ia adalah suatu pendekatan. Ia menuntut
pencarian tanpa henti terhadap kesempur-naan mutlak
di keabadian. Ia membuat jarak antara saat sekarang
dan Freemason yang berpikir, atau, kesadaran. 44
Beberapa simbol Masonik.
Inilah kepercayaan yang dimaksudkan para Mason ketika berujar,
"kami memercayai Tuhan, kami sama sekali tidak menerima ateis di
sekitar kami." Bukannya Tuhan yang disembah para Mason, namun
konsep-konsep naturalis dan humanis semacam alam, evolusi, dan
kemanusiaan yang dituhankan oleh filosofi mereka.
Jika kita sekilas mengamati literatur Masonik, kita dapat mulai melihat
bahwa organisasi ini tidak lebih dari humanisme yang terorganisasi,
juga memahami bahwa sasarannya adalah untuk menciptakan sebuah
tatanan humanis sekuler di seluruh penjuru dunia. Berbagai gagasan
ini lahir di antara kalangan humanis dari Eropa abad keempat belas;
sementara para Mason saat ini masih mengajukan dan membelanya.
HUMANISME MASONIK: PENYEMBAHAN
MANUSIA
Berbagai terbitan internal Mason secara rinci menjelaskan filosofi
humanis organisasi ini dan permusuhan mereka terhadap
monoteisme. Tak terhitung banyaknya penjelasan, penafsiran,
kutipan, dan alegori yang diajukan tentang topik ini di dalam terbitan
Masonik.
Pico Della Mirandola,
seorang humanis Kabbalis
Sebagaimana diungkapkan di awal, humanisme
telah memalingkan wajahnya dari Pencipta umat
manusia dan menerima manusia sebagai “bentuk tertinggi dari
keberadaan di alam semesta”. Nyatanya, ini bermakna penyembahan
terhadap manusia. Keyakinan tidak rasionil ini, yang diawali dengan
kaum humanis pengikut Kabbalah di abad keempat belas dan kelima
belas, berlanjut hari ini dengan Masonry modern.
Salah satu humanis paling terkenal dari abad keempat belas adalah
Pico Della Mirandola. Karyanya yang berjudul Conclusiones
philosophicae, cablisticae, et theologicae dihujat oleh Paus Innocent
VIII pada tahun 1489 sebagai mengandung pemikiran-pemikiran
bidah. Mirandola menulis bahwa tidak ada yang lebih tinggi di dunia
selain kegemilangan manusia. Gereja memandang ini sebagai gagasan
bidah dan tidak pelak lagi adalah penyembahan terhadap manusia.
Memang, ini merupakan gagasan bidah karena tidak ada sesuatu pun
yang patut dimuliakan selain Allah. Manusia hanyalah ciptaan-Nya.
Dewasa ini, kaum Mason memroklamirkan pemikiran bidah Mirandola
tentang penyembahan manusia secara jauh lebih terbuka. Misalnya,
pada sebuah buku kecil Masonik dikatakan:
Masyarakat-masyarakat primitif dahulu lemah,
dan karena kelemahan ini, mereka menuhankan
kekuatan dan fenomena di sekitar mereka. Namun
Masonry menuhankan manusia saja 45
Di dalam The Lost Key of Freemasonry, Manly P. Hall menjelaskan
bahwa doktrin humanis Masonik ini berakar dari Mesir Kuno:
Manusia adalah tuhan dalam proses penciptaan, dan
sebagaimana di dalam mitos-mitos mistik Mesir, di atas
jentera pembuat tembikar, dia dibentuk. Ketika
cahayanya bersinar untuk mengangkat dan melindungi
segala sesuatu, dia menerima mahkota rangkap tiga
ketuhanan, dan bergabung dengan rombongan
Pemimpin Mason, yang dengan jubah Biru dan Emas
mereka, berupaya untuk menghalau kegelapan malam
dengan cahaya rangkap tiga dari Loge Masonik. 46
Artinya, menurut kepercayaan palsu Masonry, manusia adalah tuhan,
namun hanya pemimpin agung yang mencapai kesempurnaan
ketuhanan. Agar menjadi seorang pemimpin agung adalah dengan
menolak sepenuhnya keimanan pada Tuhan dan fakta bahwa manusia
adalah abdi-Nya. Fakta ini secara ringkas disebutkan oleh penulis lain,
J.D. Buck, dalam bukunya Mystic Masonry:
Satu-satunya diri Tuhan yang diterima Freemasonry
adalah kemanusiaan sempurna…. Karenanya
kemanusiaan adalah satu-satunya tuhan. 47
yang terkemuka.
Jelaslah bahwa Masonry adalah suatu bentuk agama. Namun, agama
di sini tidaklah Monoteistik; melainkan suatu agama humanis, dan
karenanya merupakan agama yang keliru. Ia mencakup penyembahan
atas manusia, bukan Tuhan. Tulisan-tulisan Masonik menekankan poin
ini. Pada sebuah artikel di majalah Turk Mason (Mason Turki),
disebutkan, “Kita selalu menyatakan bahwa cita-cita tinggi Masonry
terletak pada doktrin 'Humanisme'.” 48
Terbitan Turki lainnya menerangkan bahwa humanisme adalah sebuah
agama:
Sama sekali bukan upacara kering dari dogma-dogma
keagamaan, melainkan sebuah agama yang murni. Dan
humanisme kita, ke mana arti hidup mengakar, akan
memenuhi kerinduan yang tidak disadari kaum muda.
49
Bagaimana kaum Mason melayani agama palsu yang mereka percayai
ini? Untuk memahaminya, kita harus mengamati sedikit lebih dekat
pada pesan-pesan yang mereka sebarkan kepada masyarakat.
TEORI MORAL HUMANIS
Dewasa ini, kaum Masonry di banyak negara sibuk memperkenalkan
diri kepada anggota masyarakat lainnya. Melalui berbagai konferensi
pers, situs internet, iklan koran dan pernyataan, mereka menunjukkan
diri sebagai sebuah organisasi yang semata mengabdikan diri untuk
kebaikan masyarakat. Dalam beberapa negara bahkan terdapat
organisasi-organisasi amal yang didukung oleh kaum Mason.
Hal serupa diutarakan oleh organisasi Rotary dan Lion's Club, yang
merupakan versi “ringan” dari Masonry. Semua organisasi ini
bersikeras bahwa mereka bekerja untuk kebaikan masyarakat.
Tentu saja, bekerja untuk kebaikan masyarakat tidak untuk
diremehkan, dan kami tidak berkeberatan dengannya. Namun, di balik
klaim mereka terdapat sebuah pesan yang memerdaya. Kaum Mason
mengklaim bahwa moralitas dapat terwujud tanpa agama, dan bahwa
sebuah dunia yang bermoral dapat dibina tanpa agama. Pada situs
internet milik Mason, kemungkinan “moralitas tanpa agama”
dijelaskan sebagai berikut:
Apakah manusia itu? Dari mana ia datang dan ke mana
ia menuju?... Bagaimana seseorang hidup? Bagaimana
ia seharusnya hidup? Agama-agama mencoba
menjawab aneka pertanyaan ini dengan bantuan
prinsip-prinsip moral yang mereka pegang. Namun
mereka menghubungkan prinsip-prinsipnya dengan
konsep metafisis seperti Tuhan, surga, neraka, ibadah.
Dan manusia harus menemukan prinsip-prinsip
hidupnya tanpa melibatkan masalah-masalah metafisis,
yang harus mereka percayai tanpa pemahaman.
Freemasonry telah menyatakan prinsip-prinsip ini
selama berabad-abad sebagai kemerdekaan,
kesetaraan, persaudaraan, kecintaan terhadap kerja dan
perdamaian, demokrasi, dan seterusnya. Semua ini
membebaskan manusia sepenuhnya dari berbagai kredo
agama namun tetap memberikan sebuah prinsip hidup.
Mereka mencari landasan-landasan mereka tidak pada
konsep-konsep metafisis tetapi di dalam diri seorang
manusia dewasa yang hidup di bumi ini. 50
Kaum Mason yang berpikir seperti
ini sepenuhnya bertolak belakang
dari manusia yang beriman
kepada Tuhan dan beramal saleh
untuk menggapai ridha-Nya. Bagi
mereka, segala sesuatu harus
dilakukan semata-mata demi
kemanusiaan. Kita dapat
mengamati cara berpikir ini pada
sebuah buku terbitan komunitas
Turki:
Moralitas Masonik
didasarkan atas cinta
terhadap kemanusiaan. Ia
sepenuhnya menolak
kebajikan karena harapan
di masa depan, suatu
ganjaran, suatu pahala,
dan surga, karena
ketakutan terhadap orang
lain, suatu lembaga agama
atau politik, kekuatan
supranatural yang tidak
diketahui… Ia hanya
mendukung dan
memuliakan kebaikan yang
berhubungan dengan cinta terhadap keluarga, negara,
umat manusia, dan kemanusiaan. Inilah salah satu
sasaran terpenting dari evolusi Masonik. Mencintai
manusia dan berbuat baik tanpa mengharapkan balasan
dan mencapai tingkat ini adalah evolusi besar. 51
Klaim-klaim pada kutipan di atas sangat menyesatkan. Tanpa disiplin
moral agama tidak akan ada rasa pengorbanan pada masyarakat.
Dan, di mana hal ini tampaknya terwujud, hubungan lebih bersifat
permukaan. Mereka yang tidak memiliki rasa moralitas agama tidak
takut ataupun menghormati Tuhan, dan di mana tidak hadir rasa takut
akan Tuhan, manusia hanya memedulikan tujuan-tujuan mereka
Teori Masonik "moralitas humanis" sangat
menyesatkan. Sejarah menunjukkan bahwa, di
dalam masyarakat di mana agama telah
dihancurkan, tidak ada moralitas dan hanya ada
perselisihan dan kekacauan. Gambar di kanan
menunjukkan kebiadaban Revolusi Prancis dan
menggambarkan hasil nyata dari humanisme.
sendiri. Tatkala manusia merasa kepentingan pribadinya terancam,
mereka tidak dapat menunjukkan cinta sejati, kesetiaan, ataupun
kasih sayang. Mereka menunjukkan cinta dan rasa hormat hanya
terhadap siapa yang membawa keuntungan bagi diri mereka. Hal ini
karena, menurut pemahaman mereka yang keliru, mereka hanya ada
di dunia satu kali, dan karenanya, akan mengambil sebanyakbanyaknya.
Lagi pula, menurut keyakinan keliru ini, tidak ada balasan
bagi kecurangan maupun kejahatan yang mereka lakukan di dunia.
Literatur Masonik penuh dengan upacara moral yang berupaya
menutupi fakta ini. Namun sebenarnya, moralitas ini tanpa agama
tidak lebih dari retorika pura-pura. Sejarah penuh dengan contoh
untuk menunjukkan bahwa, tanpa disiplin diri yang diberikan agama
atas jiwa manusia, dan tanpa hukum tuhan, moralitas sejati tidak
dapat dibangun dengan cara apa pun juga.
Sebuah contoh yang mengguncangkan tentang hal ini adalah revolusi
besar Prancis pada tahun 1789. Kaum Mason, yang menggerakkan
revolusi tersebut, maju dengan slogan-slogan yang meneriakkan citacita
moral berupa “kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan”.
Namun, ratusan ribu orang yang tak bersalah dikirim ke guillotine, dan
negeri berkubang darah. Bahkan para pemimpin revolusi sendiri tidak
dapat melarikan diri dari kekejaman ini, dan dikirim ke guillotine, satu
per satu.
Pada abad kesembilan belas, sosialisme
lahir dari gagasan tentang kemungkinan
moralitas tanpa agama, dan membawa
malapetaka yang jauh lebih dahsyat.
Sosialisme menurut dugaan menuntut
sebuah masyarakat yang sama rata,
adil, tanpa eksploitasi dan, pada
akhirnya, mengajukan penghapusan
agama. Namun, pada abad kedua puluh,
ia membawa manusia kepada
kesengsaraan yang mengerikan di
tempat-tempat seperti Uni Soviet, Blok
Timur, China, Indochina, beberapa
negara di Afrika dan Amerika Tengah.
Rezim-rezim komunis membunuh tak
terhitung banyaknya manusia; jumlah
totalnya mendekati 120 juta jiwa. 52
Apalagi, berlawanan dengan apa yang
diklaimkan, keadilan dan kesetaraan
tidak pernah terwujud di rezim komunis
mana pun; para pemimpin komunis
yang bertanggung jawab atas negara
terdiri dari segolongan kaum elit.
(Dalam buku klasiknya, The New Class,
pemikir Yugoslavia Milovan Djilas,
menjelaskan bahwa para pemimpin komunis, yang dikenal sebagai
“nomenklatur” membentuk sebuah “golongan dengan hak-hak
Adegan kekerasan lainnya dari Revolusi
Prancis.
istimewa” yang bertentangan dengan klaim-klaim sosialisme.)
Begitu pula di masa kini, ketika kita mengamati Masonry itu sendiri,
yang terus-menerus menegaskan cita-citanya tentang “pelayanan
masyarakat” dan “pengorbanan untuk kemanusiaan”, kita tidak
menemukan catatan yang terlalu bersih. Di banyak negara, Masonry
telah menjadi fokus bagi hubungan demi perolehan kebendaan secara
buruk. Pada skandal Loge Masonik P2 di Italia pada tahun 1980,
jelaslah bahwa Masonry menjalin hubungan erat dengan mafia, dan
bahwa para direktur “loge” terlibat dalam aktivitas seperti
penyelundupan senjata, perdagangan obat terlarang, atau pencucian
uang. Juga terungkap bahwa mereka merancang penyerangan
terhadap saingan-saingan mereka dan orang-orang yang
mengkhianati mereka. Pada “Skandal Loge Timur Raya” di Prancis
pada tahun 1992, dan pada operasi “Tangan Bersih” di Inggris, yang
dilaporkan oleh pers Inggris pada tahun 1995, aktivitas-aktivitas loge
Masonik demi kepentingan keuntungan ilegal menjadi jelas. Gagasan
kaum Mason tentang “moralitas humanis” hanyalah kepura-puraan.
Terjadinya hal semacam itu tak terhindarkan, karena, sebagaimana
disebutkan di awal, moralitas hanya terbina di masyarakat berdisiplin
agama. Pada landasan moralitas tiada arogansi dan egoisme, dan
satu-satunya yang dapat mewujudkan keadaan ini adalah mereka
yang menyadari tanggung jawab mereka terhadap Tuhan. Di dalam Al
Quran, setelah Allah menceritakan tentang pengorbanan diri orang
beriman, Dia memerintahkan, “...Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Al
Hasyr, 59: 9). Inilah landasan sejati bagi moralitas.
Di dalam Al Quran surat Al Furqan, ciri
moralitas orang mukmin sejati digambarkan
sebagai berikut:
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah
hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik.
Dan orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka.
Dan orang-orang yang berkata: "Ya
Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam
dari kami, sesungguhnya azabnya itu
adalah kebinasaan yang kekal."
Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat
menetap dan tempat kediaman.
Guillotine, sarana kebrutalan
Revolusi Prancis.
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir,
dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara
yang demikian.
Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang
lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa
yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan
azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal
dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orangorang
yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh,
maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya.
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian
palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orangorang)
yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang
tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan
ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah
menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.
(QS. Al Furqan, 25: 63-73)
Jadi, tugas utama orang-orang mukmin adalah beribadah kepada Allah
dengan merendah, “untuk tidak berpaling, seakan mereka tuli dan
buta tatkala diingatkan akan tanda-tanda-Nya”. Oleh karena tugas ini,
seseorang selamat dari egoisme, nafsu keduniaan, ambisi, dan
keinginan untuk menjadikan dirinya seperti orang lain. Jenis moralitas
yang disebutkan pada ayat-ayat di atas hanya dapat dicapai dengan
cara ini. Karena itulah, di dalam masyarakat tanpa rasa cinta dan
takut akan Tuhan dan keimanan kepada-Nya, tidak ada moralitas.
Karena tidak ada sesuatu pun yang dapat ditentukan secara mutlak,
masing-masing orang menentukan apa yang benar atau salah sesuai
dengan nafsunya sendiri.
Sebenarnya, tujuan utama dari filosofi moral humanis-sekuler Masonry
adalah, bukannya untuk membangun sebuah dunia yang bermoral,
tetapi membangun sebuah dunia sekuler. Dengan kata lain, kaum
Mason tidak mendukung filosofi humanisme karena mereka mengakui
amat pentingnya moralitas, namun hanya untuk menyampaikan
kepada masyarakat gagasan bahwa agama tidak penting.
SASARAN MASONIK: MEMBANGUN SEBUAH
DUNIA HUMANIS
Filosofi humanis, yang dipandang tinggi oleh kaum Mason
berlandaskan pada penolakan keimanan kepada Tuhan, dan
penyembahan manusia, atau pemujaan ”kemanusiaan” sebagai
pengganti-Nya. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan penting:
apakah kaum Mason memakai keyakinan ini untuk diri mereka saja,
atau mereka ingin untuk diambil oleh orang lain juga?
Jika kita mengamati tulisan-tulisan Masonik, tampak jelas
jawabannya: tujuan organisasi ini adalah untuk menyebarkan filosofi
humanis ke seluruh penjuru dunia, dan menyingkirkan agama-agama
Monoteistik (Islam, Kristen, dan Yahudi).
Misalnya, dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam majalah
Masonik Mimar Sinan, disebutkan, “Kaum Mason tidak mencari asal
usul pemikiran tentang kejahatan, keadilan, dan kejujuran di luar
dunia fisik, mereka meyakini bahwa hal-hal ini timbul dari berbagai
kondisi dan hubungan sosial seseorang, serta apa yang ia perjuangkan
di dalam hidupnya.” dan ditambahkan, “Masonry berusaha
menyebarluaskan gagasan ini ke seluruh penjuru dunia.” "53
Selami Isindag, seorang Mason Turki senior, menulis:
Menurut Masonry, untuk menyelamatkan kemanusiaan
dari moralitas supranatural yang berdasarkan sumbersumber
agamis, perlu dikembangkan moralitas yang
berdasarkan cinta kepada kemanusiaan yang tidak
relatif. Di dalam prinsip-prinsip moral tradisionalnya,
Masonry telah memperhitungkan berbagai
kecenderungan organisme manusia, kebutuhan, hati
nurani, kebebasannya untuk berpikir dan berbicara,
serta pada akhirnya, semua hal yang terlibat dalam
pembentukan hidup secara alamiah. Oleh karena itu,
tujuannya adalah untuk membentuk dan mendorong
berkembangnya moralitas manusia di dalam semua
masyarakat.54
Selami Isindag, seorang Mason Turki senior, menulis:
Yang dimaksudkan oleh Pemimpin Mason Isindag dengan
“menyelamatkan umat manusia dari sebuah moralitas yang
berdasarkan pada sumber-sumber agamis” adalah pengasingan semua
orang dari agama. Di buku itu juga, Isindag menjelaskan tujuan ini
dan “prinsip-prinsipnya untuk pembentukan sebuah peradaban yang
maju”:
Prinsip-prinsip positif Masonry penting dan cukup untuk
pembentukan sebuah peradaban maju. Prinsip-prinsip
itu adalah:
- Pengakuan bahwa Tuhan yang impersonal (Arsitek
Agung Alam Semesta) adalah evolusi itu sendiri.
- Penolakan terhadap kepercayaan akan wahyu,
kebatinan, dan keyakinan-keyakinan kosong.
- Superioritas humanisme rasional dan tenaga kerja.
Pasal pertama dari ketiga pasal di atas mensyaratkan penolakan
terhadap keberadaan Tuhan. (Kaum Mason tidak beriman kepada
Tuhan, melainkan kepada Arsitek Agung Alam Semesta, dan kutipan di
atas menunjukkan bahwa yang mereka maksudkan dengan istilah ini
adalah evolusi.) Pasal kedua menolak wahyu dari Tuhan dan
pengetahuan agama yang dilandaskan kepadanya. (Isindag sendiri
menyebutkannya sebagai “keyakinan-keyakinan kosong”) Sedangkan
pasal ketiga memuliakan humanisme dan konsep humanis tentang
“tenaga kerja” (sebagaimana di dalam Komunisme).
Jika kita ingat betapa telah mengakarnya gagasan-gagasan ini di
dunia saat ini, kita dapat memahami pengaruh Masonry atasnya.
Ada hal penting lainnya untuk dicatat: bagaimana Masonry
menggerakkan misinya melawan agama? Jika kita mencermati tulisantulisan
Masonik, kita melihat bahwa mereka ingin menghancurkan
agama, khususnya pada tingkat kemasyarakatan, melalui
“propaganda” massa. Pemimpin Mason Selami Isindag memperjelas
perihal ini di dalam bagian bukunya ini:
…Bahkan rezim-rezim yang sangat represif belum
berhasil dalam upaya mereka menghancurkan lembaga
agama. Memang, kekasaran metoda politis yang
berlebihan, dalam usaha mereka untuk mencerahkan
masyarakat dengan menyelamatkan manusia dari iman
dan dogma-dogma agama, malahan menghasilkan
reaksi yang berlawanan: hari ini, tempat-tempat ibadah
yang ingin mereka tutup lebih penuh dari sebelumnya,
sementara iman dan dogma-dogma yang mereka larang
malahan semakin banyak pengikutnya. Dalam kuliah
lainnya kita menunjukkan bahwa dalam hal yang
menyentuh hati dan emosi seperti ini, larangan dan
paksaan tidak berpengaruh. Satu-satunya cara untuk
membawa manusia dari kegelapan menuju pencerahan
adalah sains positif serta prinsip-prinsip logika dan
kebijaksanaan. Jika dididik dengan cara ini, seseorang
akan menghormati sisi humanis dan positif dari agama
tetapi menyelamatkan diri mereka dari kegagalan
berbagai kepercayaan dan dogmanya.55
Untuk memahami apa yang dimaksudkan di sini, kita harus
menganalisisnya dengan hati-hati. Isindag menyebutkan bahwa
represi atas agama akan membuat orang-orang religius jauh lebih
termotivasi dan akan memperkuat agama. Oleh karena itu, untuk
mencegah agama menguat, Isindag berpendapat seharusnya kaum
Mason menghancurkan agama pada tingkat intelektual. Yang ia
maksudkan dengan “sains positif dan prinsip-prinsip logika dan
kebijaksanaan” bukanlah benar-benar sains, logika, atau
kebijaksanaan. Yang ia maksudkan adalah filosofi materialis humanis
semata, yang menggunakan berbagai ungkapan menarik sebagai
kamuflase, seperti halnya dengan Darwinisme. Isindag menegaskan
bahwa, tatkala berbagai pemikiran ini tersebar di tengah masyarakat,
“hanya unsur-unsur humanis di dalam agama yang akan dihormati”,
artinya, yang akan tersisa dari agama hanyalah unsur-unsur yang
disetujui oleh filosofi humanis. Dengan kata lain, mereka hendak
menolak kebenaran-kebenaran dasar yang terkandung pada pondasi
agama Monoteistik (Isindag menyebutnya keyakinan-keyakinan dan
dogma-dogma yang gagal). Kebenaran-kebenaran ini adalah berbagai
realitas pokok seperti bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dan
bertanggung jawab kepada-Nya.
Singkatnya, kaum Mason bermaksud menghancurkan unsur-unsur
keimanan yang merupakan esensi agama. Mereka ingin mereduksi
peranan agama sekadar sebagai unsur kultural yang menyampaikan
gagasannya melalui sejumlah pertanyaan moral yang bersifat umum.
Caranya, menurut kaum Mason, adalah dengan memaksakan ateisme
kepada masyarakat di balik kedok sains dan logika. Namun pada
akhirnya, tujuan mereka adalah menyingkirkan agama dari posisinya
walau sebagai unsur kultural belaka, dan membangun sebuah dunia
yang sepenuhnya ateis.
Di dalam artikelnya yang berjudul “Sains Positif - Hambatan Pemikiran
dan Masonry” pada majalah Mason, Isindag berkata:
Sebagai hasil dari semua ini, saya ingin katakan bahwa
tugas humanistik dan Masonik kita semua adalah untuk
tidak berpaling dari sains dan logika, untuk mengakui
bahwa inilah cara terbaik dan satu-satunya menurut
evolusi, untuk menyebarkan keimanan kita ini di tengah
masyarakat, dan untuk mendidik manusia di dalam
sains positif. Kata-kata dari Ernest Renan sangat
penting: “Jika manusia dididik dan dicerahkan dengan
sains positif dan logika, kepercayaan-kepercayaan yang
gagal dari agama akan runtuh dengan sendirinya.”
Kata-kata Lessing mendukung pandangan ini, “Jika
manusia dididik dan dicerahkan dengan sains positif dan
logika, suatu hari agama tidak akan dibutuhkan lagi.” 56
G.E. Lessing dan E. Renan. Kaum Mason ingin mewujudkan impian kedua
penulis ateis ini dengan menghapuskan agama dari muka bumi.
Inilah sasaran utama Masonry. Mereka ingin menghancurkan agama
seluruhnya, dan membangun sebuah dunia humanis yang berdasarkan
pada “kesakralan” manusia. Tepatnya, mereka ingin mengembangkan
sebuah tatanan baru kejahilan, di mana manusia mengingkari Tuhan
yang menciptakannya, dan mempertuhankan dirinya.… Inilah maksud
keberadaan Masonry. Di dalam majalah Masonry bernama Ayna
(Cermin), hal ini disebut “Kuil Pemikiran”:
Kaum Mason modern telah mengubah tujuan Masonry
kuno untuk membangun sebuah kuil secara fisik
menjadi gagasan untuk membangun “Kuil Pemikiran”.
Pembangunan sebuah Kuil Pemikiran mungkin terjadi
jika prinsip-prinsip dan kebajikan-kebajikan Masonik
terbina dan orang-orang bijak bertambah di dunia.57
Untuk mencapai tujuan ini, kaum Mason bekerja tanpa lelah di
berbagai negara di dunia. Organisasi Masonik berpengaruh di banyak
universitas, lembaga-lembaga pendidikan lainnya, media, dunia seni
dan pemikiran. Ia tidak pernah berhenti berupaya menyebarkan
filosofi humanisnya dalam masyarakat dan mendiskreditkan
kebenaran tentang iman yang menjadi basis agama. Kita akan cermati
selanjutnya bahwa teori evolusi adalah salah satu sarana propaganda
utama Mason. Lebih-lebih lagi, mereka bermaksud membangun
sebuah masyarakat yang tidak memedulikan sama sekali Tuhan atau
agama, tetapi hanya memenuhi kesenangan, nafsu, dan ambisi
duniawi. Jadilah masyarakat ini terbentuk dari orang-orang yang telah
"menjadikan (Tuhan) sebagai olok-olokan di balik punggung mereka"
(QS. Hud, 11: 92), serupa dengan penduduk kota Madyan yang
disebutkan di dalam Al Quran. Dalam budaya jahiliyah ini tidak ada
tempat bagi rasa takut atau cinta terhadap Tuhan, melakukan
perintah-Nya, menyembah-Nya, ataupun pemikiran tentang Hari
Akhirat. Nyatanya, gagasan-gagasan ini dianggap ketinggalan zaman
dan merupakan ciri-ciri orang yang tidak terdidik. Pesan ini diulangulang
terus di dalam berbagai film, komik, dan novel.
Dalam upaya penipuan yang besar ini, kaum Mason terus berperan
sebagai pemimpin. Namun, banyak pula kelompok dan perseorangan
lain yang terlibat di dalam kerja serupa. Kaum Mason menerima
mereka sebagai “kaum Mason kehormatan”, dan menganggap mereka
sebagai sekutu karena mereka semua adalah satu di dalam filosofi
humanis. Selami Isindag menulis:
Masonry juga menerima fakta ini: Di dunia luar terdapat
orang-orang bijak yang, walaupun mereka bukan kaum
Mason, mendukung ideologi Masonik. Sebabnya adalah
karena ideologi ini secara keseluruhan adalah milik umat
manusia dan kemanusiaan. 58
Pertarungan terus-menerus melawan agama ini berlandaskan pada
dua argumen atau pembenaran yang mendasar: filosofi materialis dan
teori evolusi Darwin. Maka, kita akan dapat memahami dengan lebih
jelas hal di balik layar dari pemikiran-pemikiran ini, yang telah
memengaruhi dunia semenjak abad kesembilan belas.
33 Encarta® World English Dictionary © 1999 Microsoft Corporation. Developed for Microsoft by Bloomsbury
Publishing Plc.
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116
35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)
36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos. La Salle IL, Open Court Publishing, 1992, hal.
241
37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, Prima
Publishing, California, 1997, hal. 61
38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)
39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail
Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan
ditambahkan)
40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520
41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522
42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),
Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)
43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),
Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)
44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)
45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)
46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55
47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan
ditambahkan)
48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is
Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954,
(penekanan ditambahkan)
49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi,
24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference),
Istanbul, 1973, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)
51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual),
Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)
52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25
53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan
ditambahkan)
54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),
Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)
55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 145-146,
(penekanan ditambahkan)
56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and
Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)
57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)
58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from
Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)
IV. Mengkaji Ulang Materialisme
Pada bab pertama kita telah mengamati rezim Fir'aun di Mesir Kuno dan mendapati
berbagai kesimpulan penting tentang pilar-pilar filosofis penyokongnya. Ciri-ciri
paling menarik dari pemikiran Mesir Kuno, sebagaimana telah disebutkan, adalah
bersifat materialis, yakni, memegang kepercayaan bahwa materi bersifat kekal dan
tidak diciptakan. Dalam buku mereka, The Hiram Key, Christopher Knight dan Robert
Lomas menyebutkan beberapa hal menarik, yang layak diulangi, tentang masalah
ini:
Bangsa Mesir meyakini bahwa materi selalu ada; bagi mereka tak masuk akal ada
suatu tuhan yang mencipta dari ketiadaan sama sekali. Mereka menganggap dunia
bermula ketika keteraturan muncul dari kekacauan, dan semenjak dulu telah ada
pertarungan antara daya pengaturan dan kekacauan…. Keadaan kacau disebut Nun,
dan seperti deskripsi…. bangsa Sumeria…, semuanya gelap, jurang dalam penuh air
dan tanpa matahari dengan sebuah kekuatan, sebuah daya penciptaan di dalamnya
yang memerintahkan keteraturan bermula. Kekuatan laten ini, yang berada di dalam
zat kekacauan tidak mengetahui bahwa ia ada; ia adalah sebuah probabilitas,
sebuah potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. 59
Terdapat kemiripan yang luar biasa antara mitos Mesir Kuno dan pemikiran kaum
materialis modern. Sebuah alasan tersembunyi bagi fakta yang menarik ini adalah
bahwa, ada sebuah organisasi modern yang telah mengambil kepercayaan Mesir
Kuno ini, dan bermaksud untuk menegakkannya di seluruh penjuru dunia. Organisasi
itu adalah Masonry....
KAUM MASON DAN MESIR KUNO
Filosofi materialis Mesir Kuno terus bertahan setelah peradaban ini lenyap. Filosofi
tersebut diambil oleh kaum Yahudi tertentu dan terus dipelihara di dalam doktrin
Kabbalah. Di lain pihak, sejumlah pemikir Yunani mengambil filosofi yang sama, dan
menafsirkan ulang serta melanggengkannya sebagai aliran pemikiran yang dikenal
sebagai “Hermetisisme”.
Kata Hermetisisme berasal dari nama Hermes, padanan bangsa Yunani bagi dewa
Mesir Kuno “Thoth”. Dengan kata lain, Hermetisme di dalam Yunani Kuno adalah
versi lain dari filosofi Mesir Kuno.
Imam Mason Selami Isindag menjelaskan asal usul filosofi ini dan tempatnya di
dalam Masonry modern:
Di Mesir Kuno ada suatu masyarakat keagamaan yang mewariskan
sebuah sistem pemikiran dan kepercayaan terhadap Hermetisisme.
Masonry meyakini sesuatu yang serupa dengan ini. Misalnya, mereka
yang telah mencapai tingkat tertentu akan menghadiri upacaraupacara
masyarakat itu, mengungkapkan berbagai pemikiran dan
perasaan spiritual mereka, serta melatih mereka yang ada di tingkat
yang lebih rendah. Pythagoras adalah seorang pengikut Hermetis yang
dilatih di antara mereka. Lagi-lagi, organisasi dan sistem filosofis dari
aliran Alexandrian dan Neoplatonisme berasal usul dari Mesir Kuno
serta terdapat sejumlah kemiripan yang signifikan dengan berbagai
ritus Masonik. .60
Isindag jauh lebih jelas menggambarkan pengaruh Mesir Kuno atas asal usul
Masonry dengan menyatakan, “Freemasonry adalah organisasi sosial dan ritual yang
bermula dari Mesir Kuno”. ."61
Banyak lagi sumber-sumber
Masonik lain yang berpendapat
bahwa asal usul Masonry
bermula dari masyarakat rahasia
dari budaya-budaya pagan kuno,
semacam pada Mesir dan Yunani
Kuno. Seorang Mason Turki
senior, Celil Layiktez,
menyatakan dalam sebuah
artikel pada majalah Mimar
Sinan, di bawah judul “Rahasia
Masonik: Apa yang Bersifat
Rahasia dan Apa yang Tidak?”:
Di dalam peradaban Yunani,
Mesir, dan Romawi Kuno
terdapat aliran misteri (école de
mysterés) yang bertemu pada konteks suatu ilmu tertentu, gnosis,
atau pengetahuan rahasia. Anggota dari aliran misteri ini diterima
hanya setelah suatu periode kajian yang panjang dan berbagai
upacara inisiasi. Di antara aneka aliran ini, yang dianggap paling awal
adalah aliran “Osiris” yang didasarkan pada peristiwa seperti
kelahiran, masa muda, pertarungan melawan kegelapan, kematian
dan kebangkitan dari dewa ini. Tema-tema ini didramatisasi secara
ritual di dalam berbagai upacara yang diselenggarakan oleh pendeta.
Dengan cara ini berbagai ritual dan simbol yang ditampilkan jauh lebih
efektif karena partisipasi aktual….
Bertahun-tahun kemudian, ritus-ritus ini membentuk perkumpulan
pertama dari suatu rangkaian persaudaraan yang diprakarsai dan
berkelanjutan di bawah nama Masonry. Persaudaraan semacam ini
selalu menegakkan cita-cita yang sama dan, ketika berada di bawah
tindasan, dapat terus hidup secara rahasia. Mereka mampu bertahan
hingga hari ini karena terus-menerus mengubah nama dan bentuk
mereka. Namun mereka tetap setia kepada simbolisme kuno dan
karakter khusus mereka, serta mewariskan cita-cita mereka. Untuk
mengantisipasi kemungkinan bahwa pemikiran mereka yang akan
membahayakan kemapanan, mereka membuat hukum rahasia di
antara mereka sendiri. Untuk melindungi diri dari kemarahan
masyarakat, mereka berlindung di dalam Masonry Operatif yang berisi
peraturan-peraturan yang hati-hati. Mereka menanamkan ini dengan
berbagai pemikiran mereka yang selanjutnya memengaruhi
pembentukan Masonry Spekulatif modern yang kita kenal hari ini. 62
Dalam kutipan di atas, Layiktez memuji masyarakat yang menjadi asal usul
Masonry, dan mengklaim bahwa mereka menyembunyikan diri untuk melindungi diri
dari “orang-orang yang jahil”. Jika kita dapat mengesampingkan klaim subjektif ini
sejenak, kita dapat memahami dari kutipan di atas bahwa Masonry adalah
Bangsa Mesir Kuno meyakini mitos bahwa materi
adalah abadi, dan bahwa keteraturan alam semesta
muncul karena kekuatan "menata diri" materi yang
mistis.
representasi masa kini dari masyarakat yang dibentuk di dalam peradaban pagan
kuno di Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Romawi. Dari ketiga peradaban ini, yang
tertua adalah Mesir; karenanya dapat dikatakan bahwa sumber utama Masonry
adalah Mesir Kuno. (Kita telah pahami sebelumnya bahwa hubungan dasar di antara
tradisi pagan ini dengan kaum Mason modern adalah para Templar.)
Penting untuk diingat pada titik ini bahwa Mesir Kuno adalah salah satu contoh
sistem tanpa tuhan yang paling sering disebut, sebagaimana diungkapkan Allah di
dalam Al Quran. Mesir kuno adalah pola dasar sejati dari sistem yang jahat. Banyak
ayat yang menceritakan kepada kita tentang para fir'aun yang memerintah Mesir
beserta para pembesarnya, tentang kekejaman, kesewenang-wenangan, kejahatan,
dan perbuatan mereka yang melebihi batas. Lebih jauh lagi, bangsa Mesir adalah
orang-orang ingkar, yang menyetujui sistem para fir'aun mereka, dan mempercayai
dewa-dewa palsu mereka.
Walaupun begitu, kaum Mason bersikeras bahwa mereka berasal usul dari Mesir
Kuno, dan menganggap peradaban tersebut patut dipuji. Sebuah artikel yang
diterbitkan pada Mimar Sinan menyanjung kuil-kuil Mesir Kuno sebagai "sumber
keahlian Masonik":
…Bangsa Mesir membangun Heliopolis (Kota Matahari) dan Memphis.
Menurut legenda Masonik, kedua kota ini merupakan sumber
pengetahuan dan sains, yakni yang disebut kaum Mason sebagai
"Cahaya Agung." Pythagoras, yang mengunjungi Heliopolis, banyak
menyebut-nyebut tentang kuil ini. Kuil Memphis tempat dia pernah
menjalani latihan, memunyai sejarah penting. Di kota Thebes terdapat
sekolah-sekolah yang maju. Pythagoras, Plato, dan Cicero diinisiasi ke
dalam Masonry di kota-kota ini.63
Tulisan-tulisan Masonik tidak memuji Mesir kuno secara umum saja. Mereka
mengungkapkan pujian dan simpati terhadap para fir'aun yang memerintah sistem
yang kejam tersebut. Di dalam artikel lain dari majalah Mimar Sinan dinyatakan:
Tugas utama fir'aun adalah untuk menemukan Cahaya. Untuk
memuliakan Cahaya Tersembunyi secara jauh lebih hidup dan kuat….
Sebagaimana kami, kaum Mason, berusaha membangun Kuil
Sulaiman, begitu pula bangsa Mesir Kuno berusaha membangun
Ehram, atau Rumah Cahaya. Upacara yang dilakukan di kuil-kuil Mesir
Kuno dibagi atas beberapa tingkat. Tingkatan-tingkatan ini memunyai
dua bagian, kecil dan besar. Tingkat kecil dibagi menjadi satu, dua,
dan tiga; setelah itu tingkat besar dimulai. 64
Dari sini terlihat bahwa “cahaya” yang dicari oleh para fir’aun Mesir kuno dan kaum
Masonry adalah sama. Ini juga dapat ditafsirkan sebagai mengesankan bahwa
Masonry merupakan perwakilan dari filsafat para fir’aun bangsa Mesir. Karakteristik
dari filsafat ini diungkapkan oleh Allah di dalam Al Quran mengenai penilaiannya
terhadap Fir’aun dan pengikutnya: "Mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS.
An-Nahl, 27:12)
Pada ayat lain, sistem tak bertuhan bangsa Mesir dijelaskan sebagai berikut:
Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku,
bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungaisungai
ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak
melihat(nya)?
Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir
tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat
datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya."
Maka Fir'aun memengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu
mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum
yang fasik. (QS. Az-Zukhruf, 43: 51-54)
SIMBOL-SIMBOL MESIR KUNO DI LOGE MASON
Salah satu hal paling penting yang menghubungkan Mesir Kuno dengan kaum Mason
adalah simbol-simbol mereka.
FIR’AUN DI DALAM LOGE
Pada gerbang masuk Loge Masonik Agung di Washington D.C. terdapat
dua sphinx bangsa Mesir Kuno.
Masonry Modern memelihara filosofi bangsa
Mesir Kuno dan menggunakan simbol-simbol
untuk mengungkapkannya. Pada gambar loge di
atas, gambar Fir'aun di depan altar adalah Di atas, kiri-kanan, dan bawah: Gambaran kuil-kuil Masonik.
Simbol sangat penting dalam Masonry. Kaum Mason mengungkapkan makna sejati
filsafat mereka kepada anggota melalui alegori. Seorang Mason, yang mendaki tahap
demi tahap melalui 33 tingkat hirarki Masonik, mempelajari makna-makna baru
untuk masing-masing simbol pada tiap tingkatnya. Dengan begini, anggota
menuruni anak tangga demi anak tangga menuju kedalaman filsafat Masonik.
Sebuah artikel dalam majalah Mimar Sinan menjelaskan
fungsi dari simbol-simbol ini:
Kita semua mengetahui bahwa Masonry
mengungkapkan gagasan dan cita-citanya melalui
berbagai simbol dan kisah, yakni alegori. Kisahkisah
ini bermula dari abad-abad awal sejarah. Kita
bahkan dapat katakan bahwa kisah-kisah ini
merentang jauh ke legenda-legenda masa
prasejarah. Dengan begitu, Masonry menunjukkan
panjangnya usia cita-citanya dan memperoleh
sumber simbol-simbol yang kaya. 65
Konsepsi bangsa Mesir Kuno paling menonjol dari berbagai
simbol dan legenda ini, yang merentang jauh ke abadabad
awal sejarah. Di mana-mana di dalam loge Masonik,
dan seringkali di dalam terbitan-terbitan Masonik, gambar
piramid dan sphinx serta tulisan hiroglif dapat ditemukan.
Mengenai sumber-sumber kuno Masonry, di dalam artikel
pada majalah Mimar Sinan, dinyatakan:
Jika kita memilih Mesir Kuno sebagai “yang tertua”, saya kira tidak
salah. Lagipula, fakta bahwa berbagai upacara, tingkatan, dan filosofi
yang ditemukan di Mesir Kuno paling menyerupai yang terdapat pada
Masonry pertama kali menarik perhatian kita. 66
Sekali lagi, sebuah artikel di dalam Mimar Sinan bertajuk "Asal Usul dan Sasaran
Sosial Freemasonry" menyebutkan:
Pada masa Mesir kuno, berbagai upacara inisiasi di kuil Memphis
berlangsung lama, diselenggarakan dengan penuh perhatian dan
kemegahan, dan memperlihatkan banyak kesamaan dengan upacaraupacara
Masonik. 67
Mari kita kaji beberapa contoh hubungan antara Mesir Kuno dan Masonry.
PIRAMID DI BAWAH MATA
Simbol Masonik yang paling terkenal ditemukan pada cap Amerika Serikat, juga
pada uang kertas satu dolar. Pada cap ini terdapat setengah piramid dengan mata
pada segitiga di atasnya. Mata di dalam segitiga ini adalah simbol yang senantiasa
ditemukan di loge-loge dan semua terbitan Masonik. Sejumlah besar tulisan yang
membahas Masonry menekankan fakta ini.
Piramid di bawah mata di dalam segitiga relatif sedikit menarik perhatian. Namun,
piramid ini sangat berarti dan mencerahkan untuk memahami filsafat Masonry.
Seorang penulis Amerika, Rober Hieronimus, menulis tesis doktoral tentang cap AS
di mana ia memberikan sejumlah informasi yang sangat penting. Judul tesis
Hieronimus adalah “Analisis Historis tentang Pemeliharaan Cap Agung Amerika dan
Hubungannya dengan Ideologi Psikologi Humanis”. Tesisnya menunjukkan bahwa
Penggambaran kota Memphis
dari Mesir Kuno. Kaum Mason
menganggap kota ini, dengan
banyak kuil pagannya,
sebagai "sumber cahaya."
para pendiri Amerika, yang semula mengadopsi cap tersebut, adalah kaum Mason,
dan karenanya mendukung filosofi humanis. Hubungan filosofi ini dengan Mesir Kuno
disimbolkan dengan piramid yang ditempatkan di pusat cap tersebut. Piramid ini
adalah representasi Piramid Cheops, kuburan Fir’aun yang terbesar.68
MATA DAN PIRAMIDA
Di antara simbol-simbol Masonik yang paling penting yang diambil dari Mesir Kuno adalah piramid
dengan sebuah mata di dalam segitiga. Piramid pada cap Amerika Serikat (kiri) adalah piramid besar
Cheops. Mata adalah simbol yang sering muncul pada pahatan Mesir Kuno. (bawah)
MAKNA MASONIK DARI BINTANG SEGIENAM
Simbol Masonry yang terkenal lainnya adalah
bintang segienam, yang terbentuk dengan
meletakkan satu segitiga terbalik di atas
segitiga lainnya. Ini juga simbol tradisional
Yahudi, dan sekarang ini muncul pada bendera
Israel. Diketahui bahwa Nabi Sulaiman pertama
kali menggunakannya sebagai cap. Oleh karena
itu, bintang segienam adalah cap seorang nabi,
sebuah simbol suci.
Namun, kaum Mason memunyai konsepsi yang
berbeda. Mereka tidak menganggap bintang
segienam ini sebagai simbol Nabi Sulaiman,
namun sebagai simbol paganisme bangsa Mesir
Kuno. Sebuah artikel pada Mimar Sinan yang
bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol di Dalam
Ritual Kita” menceritakan sejumlah fakta
menarik tentang hal ini:
Sebuah segitiga sama sisi dengan tiga ujung yang sama jaraknya satu
sama lain menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sama. Simbol yang
diadopsi oleh kaum Mason ini dikenal sebagai Bintang David; simbol
ini merupakan sebuah segi enam yang terbentuk dari peletakan
sebuah segitiga sama sisi terbalik di atas segitiga sama sisi lain. Saat
ini simbol ini dikenal sebagai simbol Yahudi dan muncul pada bendera
Israel. Namun sebenarnya, asal usul simbol ini adalah dari Mesir
Kuno…. Emblem ini pertama kali diciptakan oleh para Ksatria Templar
yang mulai mereka gunakan sebagai simbolisme pada dekorasi
dinding di gereja-gereja mereka. Ini karena merekalah yang pertama
kali menemukan di Yerusalem beberapa fakta penting tentang agama
Kristen. Setelah para Templar disingkirkan, emblem ini mulai
digunakan di sinagog-sinagog. Namun di dalam Masonry, kita tak
diragukan lagi menggunakan simbol ini dengan pengertian universal
sebagaimana pada masa Mesir Kuno. Dengan pengertian ini, kita telah
menggabungkan dua kekuatan penting. Jika Anda hapus dasar dari
kedua segitiga sama sisi, Anda akan menemukan simbol aneh yang
sangat Anda kenal. 69
Salah satu simbol Masonry yang
terpenting adalah bintang
segienam.
Sebenarnya, kita harus menafsirkan semua simbol Masonik
yang berhubungan dengan Kuil Sulaiman dengan cara ini.
Sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran, Sulaiman
adalah seorang nabi yang hendak difitnah oleh sebagian
orang dan ditampakkan seakan-akan tidak bertuhan. Di
dalam ayat Al Quran, Allah berfirman:
Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah
yang kafir (mengerjakan sihir).... (QS. Al Baqarah, 2:102)
Kaum Mason mengambil gagasan yang secara keliru
dinisbahkan kepada Nabi Sulaiman ini, dengan
menganggapnya sebagai wakil dari kepercayaan pagan
Mesir Kuno. Oleh karena itu, mereka memberinya tempat
penting di dalam doktrin mereka. Di dalam buku The Occult
Conspiracy, sejarawan Amerika Michael Howard
menyebutkan bahwa, semenjak Abad Pertengahan, Sulaiman telah dianggap sebagai
ahli sihir dan seorang yang memperkenalkan sejumlah gagasan pagan ke dalam
Yahudi.70 Howard menjelaskan bahwa kaum Mason menganggap Kuil Sulaiman
sebagai “kuil pagan”, dan karenanya menjadi penting. 71
Gambaran palsu yang dibuat-buat atas Nabi Sulaiman, seorang abdi Allah yang saleh
dan taat, menunjukkan asal usul sejati Masonry.
TIANG GANDA
Bagian dekor loge Masonik yang sangat diperlukan
adalah tiang ganda di pintu masuk. Kata “Jachin” dan
“Boaz” dipahatkan di atasnya, sebagai tiruan dari dua
tiang pada pintu masuk Kuil Sulaiman. Namun
sebenarnya, kaum Mason tidak memperuntukkan
tiang-tiang ini sebagai tanda peringatan atas
Sulaiman; melainkan sebagai ungkapan tuduhan jahat
mereka terhadapnya. Asal usul tiang-tiang ini lagi-lagi
berasal dari Mesir Kuno. Di dalam sebuah artikel
bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol dalam Ritual
Kita”, majalah Mimar Sinan menyebutkan:
Misalnya, di Mesir, Horus dan Set merupakan
arsitek kembar dan penopang langit. Bahkan
begitu juga Bacchus di Thebes. Kedua tiang di
dalam loge kita berasal usul dari Mesir Kuno.
Salah satu tiang ini berada di selatan Mesir, di
kota Thebes; yang lainnya berada di utara
Heliopolis. Di pintu masuk kuil Amenta yang
dipersembahkan untuk Ptah, dewa kepala Mesir, disebutkan dua tiang,
dinamai kecerdasan dan kekuatan, yang didirikan di depan gerbang
Bintang segienam adalah
cap seorang nabi dan
sebuah simbol suci.
Namun, kaum Mason
menafsirkannya sesuai
dengan kepercayaan pagan
dari Mesir Kuno.
Beragam simbol Masonik. Tiang
ganda, mata, serta jangka dan
siku-siku.
masuk keabadian. 72
TERMINOLOGI MESIR DI LOGE
Pada buku mereka, The Hiram Key, kedua penulis Masonik Inggris, Christopher
Knight dan Robert Lomas, menujukan perhatian kepada akar Masonry di Mesir Kuno.
Salah satu poin penting yang mereka ungkapkan adalah bahwa kata-kata yang
digunakan di dalam upacara kenaikan tingkat seorang Mason menjadi Imam Mason
adalah:
Ma'at-neb-men-aa, Ma'at-ba-aa'. 73
Knight dan Lomas menjelaskan bahwa kata-kata ini seringkali digunakan tanpa
memikirkan artinya. Namun, ini adalah kata-kata Mesir Kuno dan memunyai arti,
Agunglah Imam Freemansory yang tak dapat dipungkiri, Agunglah
jiwa Freemasonry. 74
Kedua penulis tersebut menyatakan bahwa kata "Ma'at" berarti keahlian
membangun tembok, dan bahwa terjemahan terdekatnya adalah "Masonry". Ini
berarti bahwa kaum Mason modern, ribuan tahun setelahnya, masih melestarikan
bahasa Mesir Kuno di loge-loge mereka.
SULING AJAIB MOZART
Salah satu produk Masonry yang lebih menarik adalah Suling
Ajaib (Magic Flute), sebuah opera karya komposer terkenal,
Mozart. Mozart adalah seorang Mason, dan merupakan sebuah
fakta yang diakui bahwa banyak bagian dari operanya
mengandung pesan-pesan Masonik. Yang menarik, pesanpesan
Masonik ini sangat erat berhubungan dengan paganisme
Mesir Kuno. Mimar Sinan menjelaskan hal ini:
Telah diketahui bahwa ada hubungan yang sangat jelas
antara Mesir Kuno dengan upacara-upacara ritual
Masonik. Meskipun begitu banyak orang yang mencoba
menginterpretasikan Suling Ajaib sebagai "cerita tentang
Timur Jauh", pada pondasinya terdapat ritual-ritual Mesir. Para dewa
dan dewi dari kuil-kuil Mesirlah yang memengaruhi penciptaan
karakter pada Suling Ajaib. 75
OBELISK
Wolfgang Amadeus
Mozart
Simbol penting Masonry lainnya adalah wujud yang pernah
menjadi unsur penting dalam arsitektur Mesir — obelisk.
Obelisk adalah sebuah menara tinggi, tegak lurus dengan
piramid sebagai puncaknya. Obelisk dipahat dengan hiroglif
Mesir Kuno, dan terkubur selama berabad-abad di bawah
tanah sampai ditemukan di abad kesembilan belas, dan
dipindahkan ke kota-kota di Barat seperti New York,
London, dan Paris. Obelisk terbesar dikirimkan ke AS.
Pengiriman ini diatur oleh kaum Mason. Ini karena obelisk,
sebagaimana huruf-huruf Mesir Kuno yang terpahat
padanya, diklaim oleh kaum Mason benar-benar sebagai
simbol-simbol mereka sendiri. Mimar Sinan menegaskan
tentang obelisk setinggi 21 meter di New York sebagai
berikut :
Contoh yang paling mengejutkan tentang
penggunaan simbolik arsitektur adalah monumen
yang disebut Jarum Cleopatra, diberikan kepada AS
sebagai hadiah di tahun 1878 oleh Gubernur Mesir,
Ismail. Monumen ini sekarang berada di Central Park. Permukaannya
penuh dengan lambang-lambang Masonik. Monumen ini aslinya
didirikan pada abad ke-16 SM di pintu masuk ke kuil dewa Matahari,
sebuah pusat inisiasi di Heliopolis. 76
LEGENDA TENTANG ISIS — SANG JANDA
Ide simbolis penting di dalam Masonry adalah ide
tentang sang janda. Kaum Mason menyebut diri mereka
anak-anak sang janda, dan gambar-gambar janda
muncul di berbagai publikasi mereka. Apakah asal usul
gagasan ini? Siapakah janda ini?
Jika kita mengkaji sumber-sumber Masonik, kita
menemukan bahwa simbol sang janda asalnya
diturunkan dari legenda Mesir. Legenda ini adalah salah
satu mitos Mesir Kuno yang paling penting — kisah
Osiris dan Isis. Osiris adalah dewa kesuburan dan Isis
adalah istrinya. Menurut legenda tersebut, Osiris adalah
korban kejahatan nafsu yang menyebabkan Isis menjadi
janda. Maka, janda Masonik adalah Isis. Sebuah artikel
pada Mimar Sinan menjelaskan masalah tersebut
sebagai berikut:
Sebuah obelisk yang penuh
simbol Masonik di Central
Park, New York.
Sisa-sisa dari Mesir Kuno:
Monumen para fir'aun dengan
sebuah obelisk yang muncul di
depannya, di Lembah Para Raja.
Legenda Osiris-Isis adalah topik dari banyak artikel
dan ceramah serta merupakan mitos Mesir Kuno
yang terdekat dengan Masonry. Ujian untuk
menjadi pendeta kuil Isis adalah inisiasi Masonik itu
sendiri. Akan membosankan jika harus
mengulanginya. Di sana, cahaya adalah salah satu
unsur terpenting; agar terkubur di dalam kegelapan
Timur, matahari pagi mulai turun di sore hari dan
menggantikan tugas Osiris setiap hari,
sebagaimana Horus yang dengan lebih cemerlang
menggantikan tempat ayahnya yang terbunuh.
Maka, “janda” yang anak-anaknya adalah kita tak
lain dari janda Osiris, Isis.77
Tampaklah bahwa Masonry, yang menggambarkan
dirinya sebagai berdiri di atas logika dan sains,
sebenarnya adalah sebuah doktrin mitologis yang
penuh dengan kepercayaan takhyul.
JANGKA DAN SIKU-SIKU
Di antara simbol Masonry yang paling dikenal adalah sebuah jangka yang
menangkupi siku-siku. Jika kaum Mason ditanya, mereka menjelaskan bahwa simbol
ini mewakili konsep sains, keteraturan geometrik dan pemikiran rasional. Namun,
jangka dan siku-siku tersebut sebenarnya
memunyai makna yang sangat berbeda.
Kita dapat memahami dari sebuah buku yang
ditulis oleh salah seorang Mason terbesar
sepanjang masa. Di dalam bukunya Morals and
Dogmas, Albert Pike menulis sebagai berikut
tentang jangka dan siku-siku:
Siku-siku… adalah suatu simbol yang
alamiah dan tepat dari bumi ini…. Figur
hemaproditik adalah simbol dari alam ganda
yang sejak dahulu diberikan kepada Dewa,
sebagaimana Pembangkit dan Penghasil,
sebagaimana Brahma dan Maya bagi
bangsa Arya, Osiris dan Isis bagi bangsa Mesir. Sebagaimana Matahari
adalah pria, maka Bulan adalah wanita. 78
Ini berarti bahwa jangka dan siku-siku, simbol Masonry yang paling terkenal, adalah
sebuah simbol dari paganisme Arya dan berawal sejak zaman Mesir Kuno atau
sebelum kedatangan agama Kristen. Bulan dan matahari pada bagian yang dikutip
dari Pike, merupakan simbol-simbol penting pada loge Masonik, dan tak lain
daripada sebuah refleksi keyakinan keliru masyarakat pagan kuno yang menyembah
bulan dan matahari itu.
Penggambaran Isis oleh bangsa Mesir
Kuno.
FILOSOFI PAGAN MASONRY
Sejauh ini, kita telah memahami bahwa asal usul Masonry terletak pada suatu
doktrin pagan yang merentang hingga ke Mesir Kuno, dan bahwa di sanalah makna
sejati dari konsep-konsep dan simbol-simbolnya tersembunyi. Oleh sebab inilah,
Masonry bertentangan dengan agama-agama Monoteistik. Masonry adalah humanis,
materialis, dan evolusionis. Sejarawan Amerika Michael Howard menguraikan rahasia
ini yang hanya diungkapkan sepenuhnya kepada kaum Mason dari tingkat tertinggi.
Mengapa orang Kristen seharusnya sangat kritis terhadap
Freemasonry…? … Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada “rahasiarahasia”
Freemasonry. Kalaupun rahasia-rahasia ini terbuka bagi
masyarakat umum, diragukan apakah makna-maknanya akan
dimengerti oleh mereka yang tidak benar-benar mengetahui berbagai
doktrin klenik dan agama kuno. Nyatanya, diragukan jika banyak dari
anggota loge biasa memahami apa yang diwakili rahasiara-hasianya.
Di kalangan dalam Masonry, di antara mereka yang telah mencapai
tingkat inisiasi yang lebih tinggi, terdapat para Mason yang memahami
bahwa mereka adalah pewaris dari suatu tradisi kuno dan pra-Kristen
yang diteruskan dari masa pagan. 79
Albert Albert Pike dan medali Masonik yang dibuat untuk mengenangnya.
Jika kita mengamati tulisan-tulisan dari Masonry Turki,
kita memahami bahwa tingkat tertinggi memiliki
pengetahuan yang mereka jaga tetap tersembunyi dari
saudara-saudara lain. Imam Mason Necdet Egeran
menjelaskan apa pendapat para Mason tingkat tinggi
tentang hal ini:
Sebagian Mason bahkan memahami bahwa
Masonry hanya sebagai sebentuk setengah
agama, setengah lembaga persaudaraan amal
di mana mereka dapat membina hubungan
sosial yang menyenangkan dan
memperlakukannya sesuai dengan itu. Yang
lainnya menganggap bahwa tujuan Masonry
hanyalah untuk membuat orang baik menjadi
lebih baik. Masih ada lainnya yang menganggap
bahwa Masonry adalah tempat untuk
membangun karakter. Pendeknya, mereka yang
tidak mengetahui bagaimana membaca atau menulis bahasa keramat
Masonry memahami bahwa makna dari berbagai simbol dan
alegorinya seperti itu atau yang serupa. Tetapi bagi sebagian kecil
kaum Mason yang mampu masuk lebih dalam, Masonry dan sasaransasarannya
sangat berbeda. Masonry berarti sebuah pengetahuan
yang ditampakkan, suatu inisiasi dan sebuah awal. Ini berarti
meninggalkan cara hidup lama dan memasuki yang baru dan lebihlebih
lagi, lebih mulia…. Di balik simbolisme dasar dan utama dari
Masonry terdapat serangkaian pengungkapan rahasia yang membantu
kita memasuki kehidupan dalam yang lebih tinggi dan mempelajari
rahasia-rahasia keberadaan kita. Maka, pada kehidupan bagian dalam
dan pintu masuknya inilah dimungkinkan untuk mencapai Pencerahan
Masonry. Setelah itulah menjadi mungkin untuk mempelajari karakter
dan kondisi dari kemajuan dan evolusi. 80
Kutipan ini menggarisbawahi bahwa walaupun sebagian kecil kaum Mason tingkat
rendah menganggap Masonry sebagai suatu organisasi amal dan sosial, namun
Masonry sebenarnya menyangkut rahasia keberadaan manusia. Artinya, tampilan
luar Masonry sebagai organisasi amal atau sosial sebenarnya adalah penyamaran
untuk menyembunyikan filosofi organisasi tersebut. Dalam kenyataannya, Masonry
adalah sebuah organisasi yang bertujuan menanamkan filosofi tertentu secara
sistematik kepada anggota-anggotanya, juga kepada masyarakat lainnya.
Sebagaimana telah dikemukakan di awal, unsur fundamental filosofi ini, yang telah
berkembang menjadi Masonry dari budaya pagan, khususnya dari Mesir Kuno,
adalah materialisme.
MATERIALISME DI DALAM SUMBER-SUMBER MASONIK
I. KEYAKINAN AKAN MATERI ABSOLUT
Kaum Mason masa kini, sebagaimana para fir’aun, pendeta, dan kelas-kelas lain dari
Mesir Kuno, memercayai bahwa materi kekal dan tidak diciptakan, dan bahwa dari
Jangka dan Siku-siku yang
digambarkan dengan elang, salah
satu simbol Mesir Kuno yang
terpenting.
materi tak berjiwa ini makhluk hidup dapat muncul secara kebetulan. Di dalam
tulisan-tulisan Masonik kita dapat membaca penjelasan terperinci dari unsur-unsur
dasar filosofi materialis.
Di dalam bukunya, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirasi dari Freemasonry), Imam
Mason Selami Isindag menulis tentang filosofi materialis Masonry yang sebenarnya:
Seluruh angkasa, atmosfer, bintang-bintang, alam, seluruh makhluk
hidup dan tak hidup tersusun dari atom-atom. Manusia tidak lebih dari
kumpulan atom-atom yang terbentuk secara spontan. Keseimbangan
pada arus listrik di antara atom-atom memastikan kelangsungan hidup
makhluk hidup. Ketika keseimbangan ini rusak (bukan listrik di dalam
atom itu), kita mati, kembali ke bumi dan mengurai menjadi atomatom.
Artinya, kita berasal dari materi dan energi, dan kita akan
kembali menjadi materi dan energi. Tumbuhan memanfaatkan atomatom
kita, dan semua makhluk hidup termasuk kita memanfaatkan
tumbuhan. Segala sesuatu terbuat dari zat yang sama. Namun karena
otak kita mengalami evolusi tertinggi dibandingkan semua hewan,
muncullah kesadaran. Jika kita amati hasil-hasil psikologi
eksperimental, kita melihat bahwa pengalaman psikis tiga sisi dari
emosi-pikiran-kemauan adalah hasil dari sel-sel lapisan luar otak dan
hormon-hormon yang berfungsi seimbang…. Sains positif memercayai
bahwa tidak ada yang menjadi ada dari ketiadaan, dan tidak ada yang
akan musnah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa manusia tidak perlu
bersyukur atau menurut kepada kekuatan apa pun. Alam semesta
adalah sebuah totalitas energi tanpa awal dan akhir. Segala sesuatu
lahir dari totalitas energi ini, berevolusi dan mati, tetapi tidak pernah
benar-benar sirna. Benda-benda berubah dan bertransformasi. Sama
sekali tidak ada hal-hal semacam kematian atau kehilangan, yang ada
ialah perubahan yang terus-menerus, transformasi dan formasi.
Namun mustahil menjelaskan pertanyaan besar dan rahasia universal
ini dengan hukum-hukum ilmiah. Walau demikian penjelasan ekstrailmiah
adalah deskripsi khayalan, dogma dan kepercayaan yang siasia.
Menurut sains dan logika positivis, tidak ada jiwa di luar tubuh.81
Anda akan menemukan pandanganpandangan
yang identik dengan kutipan di
atas pada buku-buku pemikir materialis
seperti K. Marx, F. Engels, V.I. Lenin, G.
Politzer, C. Sagan, dan J. Monod. Mereka
semua memercayai mitos utama
materialis bahwa alam semesta selalu
ada, materi adalah satu entitas
keberadaan yang mutlak, materi
berevolusi di dalam dan di luar dirinya,
dan kehidupan muncul sebagai hasil dari
perubahan. Tepat sekali penggunaan
istilah mitos di sini karena, berlawanan
dengan klaim Isindag bahwa “prosesproses
ini adalah hasil dari sains dan
logika positif”, semua pandangan ini telah
digugurkan oleh penemuan-penemuan
Teori-teori materialis di dalam literatur Masonik
tidak berbeda dengan yang ditemukan pada
tulisan-tulisan ideolog materialis seperti Marx,
Engels, dan Lenin.
ilmiah di paro kedua abad kedua puluh. Misalnya, teori Big Bang yang telah diterima
di kalangan ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan
jutaan tahun yang lalu. Hukum Termodinamika menunjukkan bahwa materi tidak
memunyai kemampuan untuk mengorganisasi dirinya sendiri, sehingga
keseimbangan dan keteraturan di alam semesta adalah hasil dari suatu penciptaan
sadar. Dengan menunjukkan desain luar biasa pada makhluk hidup, biologi
membuktikan keberadaan sang Pencipta yang menciptakan kesemuanya. (Untuk
perincian, lihat karya Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, Darwinisme yang
Terbantahkan, Keruntuhan Teori Evolusi)
Di dalam artikel ini, Isindag selanjutnya menjelaskan bahwa pada kenyataannya
kaum Mason adalah materialis dan karenanya, ateis; juga bahwa mereka
menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta” dengan merujuk kepada
evolusi materi:
Saya ingin menyinggung secara amat singkat beberapa prinsip,
pemikiran yang diadopsi oleh kaum Mason: Menurut Masonry,
kehidupan bermula dari sebuah sel tunggal, berubah, bertransformasi
dan berevolusi menjadi manusia. Sifat, penyebab, tujuan, atau kondisi
dari permulaan ini tidak diketahui. Kehidupan datang dari kombinasi
materi dan energi dan kembali kepadanya. Jika kita menerima sang
Arsitek Agung Alam Semesta sebagai suatu prinsip yang luhur, suatu
horison kebaikan dan keindahan, puncak dari evolusi, tahapan
tertinggi dan idealnya yang dituju oleh kerja keras manusia, dan jika
kita tidak membuatnya sesuai ukuran tertentu, kita mungkin
terselamatkan dari dogmatisme. 82
Sebagaimana kita pahami, filosofi Masonik memunyai salah satu prinsip paling dasar
bahwa segala sesuatu berasal dari materi dan kembali kepada materi. Segi menarik
dari pandangan ini adalah bahwa kaum Mason tidak menganggap filosofi ini khusus
bagi diri mereka saja, mereka ingin menyebarkan pemikiran ini kepada keseluruhan
masyarakat. Isindag melanjutkan:
Seorang Mason yang terlatih dengan prinsip-prinsip dan doktrindoktrin
ini menerima tugas untuk mendidik masyarakat… dan untuk
memajukan mereka dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan
sains positif kepada mereka. Dengan begitu, Masonry disampaikan
kepada masyarakat. Ia bekerja atas nama masyarakat tanpa
menghiraukan masyarakat. 83
Kata-kata ini menunjukkan dua aspek peran Masonry yang dirasakan di masyarakat;
1. Di balik samaran sains positif dan logika, Masonry berusaha memaksakan filosofi
materialis yang dipercayainya (yakni, mitos Mesir Kuno) kepada masyarakat.
2. Mereka bermaksud melakukan ini tanpa menghiraukan masyarakat. Artinya,
walaupun suatu masyarakat memercayai Tuhan dan tidak berminat menerima filosofi
materialis, Masonry akan berkeras dengan upaya mengubah pandangan masyarakat
tanpa persetujuan mereka.
Ada hal penting lainnya yang harus diperhatikan di sini: terminologi yang digunakan
kaum Mason kerap memerdaya. Di dalam tulisan-tulisan mereka, terutama yang
ditujukan kepada masyarakat selebihnya, bahasa yang mereka gunakan dirancang
untuk menunjukkan bahwa filosofi mereka tidak berbahaya, cerdas, dan toleran.
Contohnya dapat dilihat pada kutipan di atas, di dalam gagasan “memajukan
masyarakat dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains positif”. Nyatanya,
filosofi Masonik tidak ada hubungannya dengan “sains dan logika”; ia adalah sebuah
mitos kuno yang terbang di depan wajah sains. Tujuan Masonry bukanlah untuk
memajukan masyarakat; namun untuk memaksakan filosofi mereka kepada
masyarakat. Ketika mereka menyatakan bahwa mereka bertekad untuk melakukan
ini tanpa menghiraukan masyarakat, kita saksikan bahwa mereka tidaklah toleran,
namun berpandangan totaliter.
II. PENOLAKAN AKAN KEBERADAAN RUH DAN AKHIRAT
Sebagai bagian dari keyakinan materialis mereka, kaum Mason tidak menerima
keberadaan roh manusia dan menolak sepenuhnya gagasan tentang hari akhirat.
Walau demikian, tulisan-tulisan Masonik terkadang menyebut tentang mereka yang
meninggal “telah melangkah ke keabadian” atau ungkapan spiritual sejenisnya.
Mungkin tampaknya bertolak belakang, tetapi sebenarnya tidak, karena semua
rujukan Masonry kepada keabadian ruh adalah simbolik. Mimar Sinan menyinggung
topik ini di dalam sebuah artikel bertajuk, “Setelah Kematian menurut Masonry”:
Di dalam mitos Master Hiram, kaum Mason meyakini kebangkitan
setelah mati secara simbolik. Kebangkitan ini menunjukkan bahwa
kebenaran selalu menang atas kematian dan kegelapan. Masonry tidak
menganggap penting keberadaan roh yang berada di luar jasad. Di
dalam Masonry, kebangkitan setelah kematian adalah dengan
meninggalkan karya spiritual dan material sebagai warisan kepada
umat manusia. Inilah yang mengekalkan manusia. Barang siapa yang
tidak mampu mengabadikan nama di kehidupan manusia yang jelasjelas
singkat ini adalah orang yang gagal. Kita menganggap barang
siapa yang telah mengabadikan nama sebagai mereka yang telah
mengerahkan segenap daya upayanya, baik bagi orang-orang
sezamannya maupun generasi setelah mereka, untuk memberi
kebahagiaan dan memastikan sebuah dunia yang lebih ramah bagi
manusia. Tujuan mereka adalah untuk memuliakan gerak hati yang
ramah yang memengaruhi kehidupan manusia.… Manusia yang telah
berupaya selama berabad-abad untuk memperoleh kekekalan dapat
mencapainya dengan karya yang ia lakukan, pelayanan yang ia
berikan, serta pemikiran yang ia hasilkan; dan ini akan memberi arti
pada kehidupannya. Seperti dijelaskan oleh Tolstoy, “Surga akan
tercipta di dunia ini dan manusia akan mencapai kebajikan tertinggi
yang dapat diraih” 84
Tentang topik serupa, Imam Mason Isindag menulis:
HAKIKAT SEGALA SESUATU: Masonry memahami ini sebagai energi
dan materi. Mereka berkata bahwa segala sesuatu berubah tahap
demi tahap dan akan kembali kepada materi: Secara ilmiah, ini
didefinisikan sebagai kematian. Mistisisme tentang hal ini, yaitu
kepercayaan tentang kedua daya yang membentuk manusia — roh
dan jasad — bahwa tubuh akan mati dan roh tetap hidup; bahwa roh
itu berpindah ke alam roh, meneruskan keberadaan mereka di situ
dan kembali ke tubuh lainnya jika Tuhan berkehendak, tidak sesuai
dengan gagasan perubahan-transformasi yang diyakini oleh Masonry.
Gagasan Masonry tentang hal tersebut dapat diungkapkan seperti ini:
“Setelah kematian, satu-satunya hal yang tersisa dari Anda, dan tidak
mati, adalah kenangan tentang kedewasaan Anda dan apa yang telah
Anda capai.” Gagasan ini adalah semacam cara berpikir filosofis yang
didasarkan atas prinsip-prinsip sains positif dan logika. Keyakinan
religius tentang keabadian roh dan kebangkitan kembali setelah mati
tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip positif. Masonry telah
mengambil prinsip-prinsip pemikiran dari sistem filosofis rasional dan
positif. Maka, dalam pertanyaan filosofis ini, Masonry memunyai cara
berpikir dan penjelasan yang berbeda dari agama. 85
Mengingkari kebangkitan setelah mati dan mencari
kekekalan dengan warisan duniawi…. Bahkan jika
kaum Mason menampilkan gagasan ini seakan
bersesuaian dengan sains modern, nyatanya ia tak
lain dari mitos yang dipercayai oleh orang-orang tak
bertuhan sejak abad-abad awal sejarah. Al Quran
menyebutkan tentang orang-orang yang tak
bertuhan sebagai “mendirikan bangunan-bangunan
indah dengan maksud supaya kekal.” Hud (’alaihi
salam), salah seorang nabi di masa silam,
memperingatkan kaum ‘Ad akan bentuk kejahilan
ini, sebagaimana ayat-ayat berikut:
Ketika saudara mereka Hud berkata kepada
mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?
Sesungguhnya aku adalah seorang rasul
kepercayaan kepadamu,
Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku.
Dan sekali-kali aku tidak minta upah
kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk
bermain-main,
dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu
kekal?
Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orangorang
kejam dan bengis.
Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. Asy-
Kaum Mason memercayai
materialisme dan menolak pemikiran
tentang hidup setelah mati. Kadangkadang
konsep hidup setelah mati
muncul di dalam teks Masonik,
namun sebagaimana digambarkan di
dalam mitos Hiram di sini (kiri),
maknanya adalah kesinambungan
memori dari nama seseorang di
dunia ini.
Syu'araa, 26: 124-131)
Kesalahan yang dilakukan kaum tak bertuhan ini bukanlah mendirikan gedunggedung
indah. Umat muslim juga memandang seni sebagai sesuatu yang penting;
dengan membuatnya, mereka mencoba memperindah dunia. Perbedaannya terletak
pada niat. Seorang muslim yang tertarik akan seni sejauh itu mengekspresikan
keindahan dan gagasan estetik yang telah diberikan Allah kepada manusia. Orangorang
yang tak bertuhan keliru dengan menganggap seni sebagai sebuah jalan
menuju kekekalan.
KEGANJILAN ILMIAH DARI PENGINGKARAN JIWA
Penolakan kaum Mason atas keberadaan roh, dan klaim mereka bahwa kesadaran
manusia tersusun dari materi, tidak bersesuaian dengan sains. Sebaliknya,
penemuan-penemuan ilmiah modern menunjukkan bahwa kesadaran manusia tidak
dapat direduksi menjadi materi, dan bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan dengan
syarat-syarat fungsi otak.
Pengamatan atas literatur yang relevan menunjukkan bahwa para ilmuwan tidak
mencapai kesimpulan apa pun sebagai hasil upaya mereka, yang didorong oleh
keyakinan materialis, untuk mereduksi kesadaran menjadi otak, dan banyak yang
akhirnya menyerah. Saat ini, banyak peneliti yang berpendapat bahwa kesadaran
manusia datang dari sebuah sumber yang tak diketahui di luar neuron-neuron di
dalam otak dan molekul-molekul serta atom-atom yang membentuk mereka.
Setelah kajian bertahun-tahun, salah seorang peneliti, Wilder Penfield, mencapai
kesimpulan bahwa keberadaan ruh adalah fakta yang tak terbantahkan:
Setelah bertahun-tahun berupaya keras untuk menjelaskan pikiran
berbasiskan kegiatan otak saja, saya mencapai kesimpulan bahwa
lebih sederhana (dan jauh lebih mudah menjadi logis) jika kita
mengambil hipotesis bahwa keberadaan kita memang meliputi dua
unsur fundamental (otak dan pikiran [atau jiwa]).… Karena tampaknya
pasti bahwa untuk menjelaskan pikiran dengan basis kegiatan neuron
di dalam otak akan selalu sangat mustahil…. Saya terpaksa memilih
dalil bahwa keberadaan kita akan terjelaskan atas landasan dua unsur
fundamental. [otak dan pikiran, atau tubuh dan jiwa] 86
Yang membawa para ilmuwan kepada kesimpulan ini adalah fakta bahwa kesadaran
tidak akan pernah dapat dijelaskan dengan ketentuan-ketentuan berbagai faktor
materi belaka. Otak manusia bagaikan sebuah komputer yang luar biasa, tempat
informasi dari pancaindera kita dikumpulkan dan diproses. Namun, komputer ini
tidak memunyai perasaan “diri”; ia tidak dapat memahami, merasa, atau berpikir
tentang sensasi yang diterimanya. Ahli fisika Inggris terkemuka, Roger Penrose, di
dalam bukunya The Emperor's New Mind, menuliskan:
Apa yang memberikan seseorang identitas pribadinya? Apakah, hingga
batas tertentu, atom-atom yang menyusun tubuhnya? Apakah
identitasnya tergantung pada pilihan tertentu elektron, proton, dan
partikel lainnya yang menyusun atom itu? Setidaknya ada dua alasan
mengapa hal ini tidak mungkin. Pertama, terjadi pergantian yang
terus-menerus pada material tubuh setiap manusia yang hidup. Ini
terjadi terutama pada sel-sel pada otak seseorang, walaupun faktanya
tidak ada sel-sel otak yang benar-benar baru yang diproduksi setelah
lahir. Kebanyakan atom di dalam masing-masing sel hidup (termasuk
setiap sel otak) dan tentu saja sebenarnya, keseluruhan material
tubuh kita telah berganti berulang kali sejak lahir. Alasan kedua
datang dari fisika kuantum…. Jika elektron dari otak seseorang
dipertukarkan dengan elektron dari batu bata, maka keadaan sistem
akan tepat sama keadaannya dengan sebelumnya, tidak sekadar tak
dapat dibedakan! Hal serupa berlaku bagi proton dan jenis partikel
apa saja, dan untuk keseluruhan atom, molekul, dan seterusnya. Jika
keseluruhan kandungan material seseorang dipertukarkan dengan
partikel yang sepadan pada batu bata rumahnya, maka dalam
pengertian yang kuat, tidak ada sesuatu pun yang akan terjadi. 87
Penrose jelas-jelas mengatakan bahwa jika semua atom manusia dipertukarkan
dengan atom batu bata, kualitas yang membuat seseorang manusia berkesadaran
akan tetap sama. Atau kita dapat balikkan. Jika kita pertukarkan partikel-partikel
atom di otak dengan atom di batu bata, tidaklah batu bata itu akan memiliki
kesadaran.
Singkatnya, yang membuat seseorang menjadi manusia
bukanlah sifat material; namun sifat spiritual, dan jelaslah
bahwa sumbernya adalah suatu entitas yang berada di luar
materi. Pada kesimpulan bukunya, Penrose berkomentar:
Kesadaran bagi saya merupakan suatu fenomena penting
yang tak dapat saya percayai begitu saja sebagai sesuatu
yang “secara kebetulan” muncul dengan perhitungan
yang rumit. Ini adalah fenomena untuk mengetahui
keberadaan alam semesta itu sendiri. 88
Lalu apa pendirian materialisme di bawah sorotan berbagai
temuan ini? Bagaimana mungkin kaum materialis mengklaim
bahwa manusia tersusun semata dari materi, dan bahwa
seorang manusia dengan kecerdasan, perasaan, pemikiran, ingatan, dan indera,
dapat muncul melalui komposisi kebetulan dari atom-atom yang tidak hidup dan
tanpa kesadaran? Bagaimana mereka dapat berpikir bahwa proses sedemikian itu
mungkin terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan ini penting bagi semua materialis. Namun, berbagai tulisan
Masonik dengan topik-topik ini berisi gagasan-gagasan yang jauh lebih aneh dari apa
yang ditemukan pada tulisan kaum materialis. Jika kita amati berbagai tulisan ini,
kita melihat dengan jelas bahwa di balik filosofi materialis terdapat “penyembahan
materi”.
MATERIALISME MASONIK: PENUHANAN MATERI
Perlu dipahami dengan jelas apa itu filosofi materialis: Pendukung filosofi ini
Prof. Penrose
berpendapat bahwa
materialisme tidak
akan pernah berarti
bagi pikiran manusia.
memercayai bahwa adanya keteraturan dan keseimbangan luar biasa di alam
semesta, serta jutaan spesies makhluk hidup di dunia, termasuk manusia, sematamata
disebabkan oleh aktivitas atom-atom pembentuk materi. Dengan kata lain,
mereka memercayai atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran sebagai
pencipta.
Betapa modern pun tampaknya, pada kenyataannya gagasan ini adalah
pembangkitan kembali kepercayaan yang telah ada sejak abad-abad awal sejarah:
Keberhalaan. Orang-orang yang menyembah berhala percaya bahwa patung-patung
dan totem-totem yang mereka sembah memunyai roh dan kekuatan. Dengan kata
lain, mereka menyifatkan kesadaran dan kekuatan yang besar kepada materi yang
tidak hidup dan tanpa kesadaran. Tentu saja, ini benar-benar tidak masuk akal. Di
dalam Al Quran, Allah menyebutkan irasionalitas paganisme ini. Di dalam kisah para
Nabi, lancungnya kepercayaan pagan ditekankan secara khusus. Misalnya, Ibrahim
bertanya kepada ayahnya, “Ayah, mengapa engkau menyembah apa yang tidak
dapat mendengar atau melihat dan tidak memberi manfaat apa-apa bagimu?” (QS.
Maryam, 19: 42) Jelaslah bahwa memberikan sifat ketuhanan kepada materi yang
tidak bernyawa, yang tidak dapat mendengar ataupun melihat, “tidak memberi
manfaat apa-apa bagi siapa pun”, dan tidak punya kekuatan, nyata-nyata sangat
bodoh.
Kaum materialis adalah contoh modern dari penyembah berhala. Mereka tidak
menyembah patung dan totem yang terbuat dari kayu dan batu, namun memercayai
gagasan bahwa materi membentuk, tidak hanya ini, tetapi semua benda, dan
menganggap bahwa materi ini memunyai kekuatan, kecerdasan, dan pengetahuan
yang tidak terbatas. Tulisan-tulisan Masonik menyebutkan beberapa hal menarik
tentang ini, yang merupakan esensi materialisme. Sebuah artikel di majalah Mimar
Sinan menyatakan:
Agar objek material mewujud, atom-atom berkumpul dalam susunan
tertentu. Kekuatan yang menyebabkan organisasi ini adalah roh yang
dimiliki setiap atom. Karena setiap roh memiliki kesadaran, setiap
benda yang tercipta memiliki kesadaran yang cerdas. Dan setiap
benda yang tercipta memiliki kecerdasan pada tingkat yang sama.
Manusia, hewan, bakteri, dan molekul semuanya memiliki kecerdasan
pada tingkat yang sama. 89
Kita memperhatikan di sini adanya klaim bahwa setiap atom memiliki kecerdasan
dan kesadaran. Para penulis Masonik yang membuat klaim ini mengajukan bahwa
segala sesuatu memiliki kesadaran karena atom-atom memilikinya dan karena ia
menolak keberadaan roh manusia, dia menganggap manusia sebagai massa atomatom,
sama seperti hewan atau molekul-molekul yang tidak hidup.
Namun, inilah faktanya: materi tidak hidup (atom-atom) tidak memunyai roh,
kesadaran, ataupun kecerdasan. Inilah fakta yang dibuktikan kepada kita oleh
pengamatan dan percobaan. Hanya makhluk hidup yang memiliki kesadaran, yang
merupakan hasil dari “jiwa” yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Dari semua
makhluk hidup, manusia dianugerahi tingkat kesadaran tertinggi karena mereka
memiliki roh yang unik yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Dengan kata lain, kesadaran tidak ditemukan pada materi tidak hidup, sebagaimana
dipercayai kaum Mason, namun pada makhluk yang berjiwa. Namun, untuk menolak
keberadaan Tuhan, kaum Mason mengambil kepercayaan bodoh yang menyifatkan
“roh” kepada atom-atom.
Kepercayaan materialis yang didukung oleh kaum Mason ini
adalah tampilan baru dari kepercayaan pagan bernama
“animisme”, yang menganggap setiap material di alam
(batu, gunung, angin, air, dan sebagainya) memiliki jiwa
dan kesadarannya sendiri. Filosof Yunani Aristoteles
menggabungkan kepercayaan ini dengan materialisme
(kepercayaan bahwa materi tidak diciptakan dan merupakan
satu-satunya bentuk absolut). Bahkan saat ini, penyifatan
kesadaran kepada benda tak bernyawa — karena
merupakan esensi dari materialisme — telah menjadi
sebentuk paganisme kontemporer.
Tulisan-tulisan Masonik penuh dengan penuturan menarik
tentang kepercayaan ini. Sebuah artikel pada Mimar Sinan
bertajuk “Jalan Kebenaran” menyatakan:
Jika kita menerima hirarki animis bahwa roh ada di
dalam atom, bahwa molekul mengarahkan roh di
dalam atom, bahwa sel mengarahkan roh di dalam
molekul, bahwa organ mengarahkan roh di dalam sel,
bukankah roh utama yang mengarahkan keseluruhan
tubuh merupakan tuhan dari roh-roh yang lebih kecil ini? 90
Doktrin palsu dan primitif ini membuat kaum Mason percaya bahwa keseimbangan
dan keteraturan di alam semesta dipengaruhi oleh materi tak bernyawa. Lagi, di
Mimar Sinan, sebuah artikel muncul tentang perkembangan geologis dunia.
Dinyatakan:
Kehancuran permukaan ini terjadi begitu halusnya sehingga kita dapat
katakan bahwa keadaan kehidupan sekarang ini tercapai sebagai hasil
dari kecerdasan tersembunyi pada magma. Jika tidak demikian, air
tidak akan berkumpul di cekungan dan bumi akan sepenuhnya ditutupi
air. 91
Artikel lain di majalah Mimar Sinan mengklaim bahwa sel-sel hidup pertama, dan
sel-sel yang kemudian berkembang dari mereka memiliki kesadaran, membuat
perencanaan, dan melaksanakannya:
Awal kehidupan di bumi terjadi ketika sebuah sel tunggal muncul. Sel
tunggal ini segera mulai bergerak dan di bawah impuls yang vital dan
sangat pemberontak, membelah dua dan meneruskan pembelahan tak
berhingga ini sepanjang jalannya. Namun sel-sel terpisah ini tidak
merasakan tujuan apa-apa dari pergerakannya dan di bawah
dorongan naluriah yang kuat untuk mempertahankan diri, sel-sel
terpisah ini bekerja sama, berkumpul, dan bekerja di dalam
keselarasan yang sangat demokratis dan pengorbanan diri dalam
pembentukan organ-organ yang penting bagi kehidupan itu. 92
Materialisme menerima
kemampuan kreatif dari
materi yang tidak hidup
dan tidak berkesadaran.
Dengan kata lain,
materialisme menjadikan
materi sebagai berhala.
Kaum Mason meyakini
bahwa atom-atom
mempunyai jiwa dan
secara terbuka mengakui
kepercayaan mereka
terhadap takhyul
semacam itu.
Namun, berlawanan dengan apa yang ditegaskan
oleh kutipan ini, tidak ada kesadaran pada sel hidup.
Kepercayaan ini tak lain dari takhyul. Lagi,
sebagaimana tampak pada kutipan di atas, untuk
menyangkal keberadaan Tuhan dan tindakan
penciptaan-Nya, mereka memberikan sifat yang
menggelikan kepada atom, molekul, dan sel, seperti
kecerdasan, kemampuan berencana, pengorbanan
diri, dan bahkan “keselarasan demokratik”. Sama
tak masuk akalnya dengan mengatakan bahwa
terciptanya sebuah lukisan cat minyak karena “catcat
bersama-sama menyusun diri menurut sebuah
rencana, dan melakukannya secara demokratis dan
penuh harmoni,” begitu pula klaim kaum Mason
tentang asal usul kehidupan adalah nonsens.
Ungkapan umum lainnya tentang ajaran takhyul
Masonry dan materialismenya adalah gagasan “Ibu Alam” (Mother Nature). Kita
menemukan ungkapan ini dalam berbagai film dokumenter, buku, majalah, bahkan
iklan; digunakan untuk mengekspresikan kepercayaan bahwa materi tak bernyawa
yang menyusun alam (nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon, dan lain-lain) memiliki
kekuatan sadar, dan bahwa dengan sendirinya menciptakan manusia dan semua
makhluk hidup. Mitos ini tidak didasarkan pada observasi ataupun pemikiran logis,
tetapi dimaksudkan untuk memengaruhi orang-orang melalui indoktrinasi massal.
Tujuannya adalah agar manusia melupakan Tuhan, Pencipta sebenarnya, berpaling
kepada paganisme, di mana “alam” dianggap sebagai pencipta.
Masonry berupaya keras membentuk kredo ini,
memperkuat, dan menyebarkannya, serta menyokong
semua kekuatan sosial yang dianggapnya sebagai sekutu.
Sebuah artikel di Mimar Sinan, bertajuk “Pemikiran
tentang Konsep dan Evolusi Solidaritas dari Sudut Pandang
Ilmiah”, berbicara tentang “keselarasan misterius yang
ditata oleh ibu alam” dan menyatakan bahwa ini adalah
basis dari filosofi humanis Masonry. Lebih jauh dikatakan
bahwa Masonry akan menyokong gerakan-gerakan yang
mendukung filosofi ini:
Jika dipandang dari sudut pemberian dan
pengambilan material dalam dunia makhluk hidup,
bahwa mikroba-mikroba yang bermanfaat yang
hidup di bumi dan di dalam tubuh kita, semua
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia ada dalam
sebuah keselarasan misterius yang diatur oleh ibu
alam, dan bahwa semuanya terus-menerus sibuk
dengan solidaritas organik, saya ingin meyakinkan
sekali lagi bahwa Masonry akan memandang setiap jenis gerakan
psikososial yang didedikasikan untuk kesejahteraan, kedamaian,
ketenteraman, dan kebahagiaan, singkatnya setiap gerakan yang
berada di jalan menuju humanisme dan kesatuan universal umat
manusia, sebagai sarana dan aksi yang memajukan cita-citanya juga.
93
Penganut pagan dari zaman dahulu
menyembah berhala yang terbuat
dari batu. Penganut pagan zaman kini
memberhalakan materi.
Sebuah relief dari peradaban
pagan di Mesopotamia.
Yang terpenting di antara “sarana dan aksi” yang “memajukan cita-cita Masonry” itu
adalah teori evolusi yang diaku-aku berlandasan ilmiah, sebuah dukungan modern
bagi materialisme dan humanisme.
Pada bab selanjutnya kita akan melihat lebih dekat lagi teori evolusi dari zaman
Darwin hingga propaganda evolusionis modern, dan kita akan menemukan
hubungan rahasia Masonry dengan kesalahan ilmiah terbesar sepanjang masa ini.
59 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan
ditambahkan)
60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment
Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275,
(penekanan ditambahkan)
61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No
Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),
Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)
62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan,
1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)
63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No.
84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)
64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63,
(penekanan ditambahkan)
65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No.
84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)
66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan
ditambahkan)
67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry),
Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26
68 Robert Hieronimus, America's Secret Destiny: Spiritual Vision and the Founding of a Nation, Vermont, Destiny
Books, 1989, hal. 84, (penekanan ditambahkan)
69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan,
1997, No. 106, hal. 34
70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult
Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 8
71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult
Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 9
72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan,
1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)
73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan,
1987, No. 63, hal. 46
76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan,
1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)
77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan,
1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)
78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839
79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult
Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 2-3, (penekanan ditambahkan)
80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur
Press, Ankara, 1972, hal. 8-9, (penekanan ditambahkan)
81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189,
(penekanan ditambahkan)
82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 190,
(penekanan ditambahkan)
83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189-190,
(penekanan ditambahkan)
84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal.
57
85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have
an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal.
97, (penekanan ditambahkan)
86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton,
New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)
87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)
88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448
89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)
90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan
ditambahkan)
91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan
ditambahkan)
92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan,
1974, No. 15, hal. 23
93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoughts About
The Concept and the Evolution of Solidarity from the
V. Mengkaji Ulang Teori Evolusi
TAHUN 1832
HMS Beagle melintasi Lautan Atlantik yang luas. Kapal
itu tampak seperti kapal barang atau penumpang biasa
saja, namun perjalanannya adalah perjalanan untuk
melakukan penemuan, yang akan berlangsung
bertahun-tahun. Dari Inggris, ia akan menyeberangi
lautan dan mencapai pantai Amerika Selatan.
Beagle, sebuah kapal dengan kepentingan yang sedikit
diketahui hingga saat itu, berangkat untuk perjalanan
lima tahun lamanya.
Yang pada akhirnya akan membuat kapal itu terkenal
adalah penumpangnya, Charles Robert Darwin, seorang
penyelidik alam berusia 22 tahun. Dia tidak benar-benar
mempelajari biologi namun menjadi mahasiswa teologi
di Universitas Cambridge.
Walaupun anak muda ini mendalami teologi secara luas, zamannya kuat dipengaruhi
oleh pemikiran materialis. Memang, setahun sebelum memulai perjalanannya
dengan Beagle, ia telah menolak sejumlah ajaran dasar agama Kristen.
Darwin muda menafsirkan semua penemuan yang diperoleh selama perjalanannya
dalam kerangka pemikiran materialis, dan berusaha menjelaskan makhluk hidup
yang diselidikinya tanpa merujuk kepada penciptaan oleh Tuhan. Selama tahuntahun
selanjutnya, ia mengembangkan, memperhalus, dan akhirnya menerbitkan
gagasan-gagasan ini. Teorinya diajukan tahun 1859, di dalam sebuah buku berjudul
Origin of Species (Asal Usul Spesies), yang tidak diterima secara baik di dunia
intelektual abad kesembilan belas, walaupun akhirnya akan menyediakan basis yang
seolah ilmiah yang telah dicari-cari ateisme selama berabad-abad.
Apakah teori evolusi penemuan asli Darwin? Apakah ia sendiri mengembangkan
sebuah teori yang membuka jalan kepada salah satu penipuan terbesar dalam
sejarah dunia?
Sebenarnya, Darwin tidak melakukan apa-apa selain mengubah gagasan yang
landasannya telah dibangun sebelumnya.
MITOS EVOLUSI, DARI YUNANI KUNO KE EROPA
MODERN
Teori evolusi bukanlah
penemuan asli Darwin. Dia tidak
lebih dari memakai ulang
sebuah
filosofi lama.
Intisari dari teori evolusi Darwin adalah
klaim bahwa di bawah kondisi alamiah
murni, materi tak hidup secara spontan
memunculkan makhluk hidup pertama,
dan bahwa dari mereka, lagi-lagi di
bawah kondisi serupa, semua spesies
lain berkembang oleh kebetulan belaka.
Dengan kata lain, teori evolusi
mengajukan keberadaan sebentuk
sistem yang swakelola, yang telah
mengorganisasi dirinya sendiri tanpa
pencipta, dan secara spontan
menciptakan makhluk hidup. Gagasan
bahwa alam mengorganisasi dirinya
sendiri tanpa pencipta ini disebut
“naturalisme”.
Teori naturalisme sama absurdnya
dengan gagasan bahwa sebuah
perpustakaan dapat menciptakan dirinya
sendiri tanpa para pengarang. Namun,
semenjak abad-abad awal sejarah,
gagasan ini telah dipertahankan oleh banyak pemikir dengan dilandaskan semata
pada dorongan filosofis dan ideologis mereka, dan telah diadopsi oleh sejumlah
peradaban.
Naturalisme lahir dan tumbuh subur di dalam masyarakat pagan seperti Mesir Kuno
dan Yunani Kuno. Namun, dengan tersebarnya agama Kristen, filosofi pagan ini
banyak ditinggalkan, dan gagasan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam dan
semesta mulai mendominasi. Begitu pula, begitu Islam tersebar di Timur, gagasan
naturalis dan berbagai kepercayaan pagan, seperti Zoroasterianisme dan persihiran
tersingkir, dan fakta penciptaan diterima.
Walaupun demikian, filosofi naturalis tetap bertahan di bawah tanah. Filosofi ini
dipelihara oleh masyarakat-masyarakat rahasia dan bangkit kembali di bawah
keadaan yang lebih sesuai. Pada dunia Kristen, sebagaimana disebutkan di awal
buku ini, naturalisme dipelihara oleh kaum Mason, dan masyarakat-masyarakat
rahasia lainnya yang mengikuti mereka. Sebuah majalah Turki bernama Mason,
yang diterbitkan untuk anggota ordo, memberikan informasi menarik berikut ini:
Mereka yang sampai pada berbagai penemuan baru di dunia peristiwa
dan fenomena alam tanpa memperhitungkan Tuhan terpaksa
menyimpan penemuan mereka untuk diri sendiri. Riset yang dilakukan
secara rahasia dan bahkan mereka yang terlibat di riset serupa harus
menyembunyikan hubungan mereka. Kerahasiaan ini membutuhkan
pemakaian beberapa tanda dan simbol sepanjang proyek yang
dilaksanakan. 94
Teori evolusi materialis dikembangkan oleh para filsuf
pagan di Yunani Kuno.
Apa yang dimaksud dengan “penemuan baru” di
sini adalah pemahaman sains yang bersekutu
dengan naturalisme, sebuah teori yang tidak
menerima keberadaan Tuhan. Pendekatan kajian
sains yang menyimpang ini dikembangkan secara
rahasia di dalam masyarakat bawah tanah yang
perlu menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol
untuk tujuan ini dan begitulah akar Masonry
dibentuk.
Salah satu dari yang disebut masyarakat rahasia
ini, yang bertanggung jawab atas penanaman akar
Masonry adalah ordo Mawar-Salib (Rosicrucian),
sebentuk titik temu antara Templar dan Mason.
Ordo ini, pertama kali terdengar di abad kelima
belas, menciptakan gelombang minat akan alkimia,
khususnya di Eropa, yang para anggotanya
dikatakan memiliki pengetahuan rahasia. Namun
warisan terpenting dari ordo Mawar Salib adalah
filosofi naturalis, dan gagasan tentang evolusi,
yang menjadi bagiannya. Majalah Mason
menyatakan bahwa akar Masonry merentang
kepada para Templar dan Rosicrucian, yang
menekankan filosofi evolusionis:
Masonry Spekulatif atau organisasi Masonry kontemporer didirikan di
serikat-serikat pekerja bangunan Abad Pertengahan yang kita sebut
sebagai Masonry Operatif. Namun, mereka yang membawa unsurunsur
spekulatif utama ke pondasi ini adalah anggota dari organisasiorganisasi
tertentu yang mempelajari sistem-sistem bawah tanah
masa prasejarah dan pengetahuan mereka. Di antara organisasi ini
yang terpenting adalah Templar dan Rosicrucian….
Tidak diketahui di mana dan bagaimana ordo Rosicrucian didirikan.
Jejak pertamanya terdapat di Eropa abad kelima belas, tapi jelas
bahwa ordo itu lebih tua lagi. Jauh dari para Templar, minat utama
Rosicrucian bersifat ilmiah. Anggotanya secara luas melibatkan diri
dalam alkimia…. Karakteristik terpenting anggota-anggotanya adalah
fakta bahwa mereka memercayai bahwa setiap tahap perkembangan
adalah tahapan dalam proses evolusi. Oleh karena itu, mereka
menempatkan naturalisme sebagai dasar filosofi mereka sehingga
dikenal sebagai “kaum naturalis.” 95
Organisasi Masonik lainnya yang mengembangkan gagasan evolusi tidak berada di
Barat tetapi dibangun di Timur. Imam Besar Selami Isindag menyebutkan informasi
berikut ini di dalam sebuah artikel berjudul “Masonry dan Kita: Dari
Pembentukannya hingga Hari Ini”:
Di dalam dunia Islam terdapat padanan Masonry yang disebut Ikhwan
as-Safa' (Persaudaraan Suci). Perkumpulan ini didirikan di Basrah
pada zaman Abbasiyah dan menerbitkan sebuah ensiklopedia yang
terdiri dari 54 jilid besar. Tujuh belas di antaranya berhubungan
Yang pertama kali memajukan teori
evolusi di Eropa modern adalah para
anggota masyarakat Masonik yang
dikenal sebagai Mawar Salib
(Rosicrucian). Atas: Simbol dari
Rosicrucian.
dengan ilmu pengetahuan alam dan berisi penjelasan ilmiah yang
sangat mirip dengan penjelasan Darwin. Pemikiran ini bahkan
berkembang hingga ke Spanyol dan
memengaruhi pemikiran Barat.96
Walaupun berkembang di dunia Islam,
perkumpulan ini menjauhkan diri dari ajaranajaran
Islam yang utama. Ia dipengaruhi oleh
filosofi Yunani Kuno, yang diungkapkannya
melalui simbolisme rahasia. Selami Isindag
melanjutkan:
Perkumpulan ini berasal dari sekte
Ismailiyah dan tujuan utamanya adalah
membuat dogma-dogma agama dapat
diterima dengan berbagai penjelasan
alegoris dan simbolik. Filosofinya
dipengaruhi oleh Pythagoras dan Plato.
Untuk memasuki perkumpulan ini, pertama
seseorang dipikat dengan petunjuk mistik
dan kemudian dibersihkan dari berbagai
kepercayaan dan dogma agama yang siasia.
Selanjutnya ia dibiasakan dengan
metoda-metoda filosofis dan simbolik.
Calon anggota yang melewati masa
penerimaan ini kadang-kadang diajarkan
tentang pemikiran neo-Platonik, dan
kemudian kimia, astrologi, dan
numerology, ilmu tentang makna angka-angka. Tetapi semua
pengetahuan ini dirahasiakan dan diberikan hanya kepada mereka
dianggap layak menerimanya. Sebagian dari arti simbolik dari unsurunsur
ini tidak berlawanan dengan ilmu pengetahuan dan logika
sehingga dapat bertahan pada berbagai ritual kita saat ini. 97
Kata-kata yang dikutip di atas, “dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma
agama yang sia-sia” berarti bahwa calon anggota dibuat menolak agama sama
sekali. Begitulah Isindag sang Mason mendefinisikan agama. Namun, sebagaimana
dikaji pada bagian sebelumnya, “kepercayaan dan dogma yang sia-sia” adalah
eufemisme khusus dari filosofi Masonik. Harus dipahami bahwa Masonry, atau
kelompok materialis lainnya, mengungkapkan gagasan antiagama semacam itu
tanpa pembenaran logis; mereka hanya bersandar pada propaganda dan sugesti.
Karena mereka tidak dapat mencela agama secara rasional, mereka menggunakan
cara sugesti dan kata-kata pilihan ini untuk menciptakan efek psikologis tertentu.
Dari kutipan di atas, kita memahami bahwa Ikhwan as-Safa', sebuah padanan
masyarakat Masonry dalam dunia Islam, melakukan berbagai aktivitas yang
menyerupai kaum Masonry modern. Metoda mereka adalah mendukung filosofi
pagan yang bertolak belakang dengan agama sejati, mengungkapkannya dengan
simbol-simbol, dan memperkenalkan filosofi rahasia ini kepada anggotanya sedikit
demi sedikit.
Di dalam sejarah Islam terdapat beragam pemikir yang dengan cara ini menjauhkan
Simbol yang tampak di atas digunakan di
loge Masonik, dan merupakan simbol
Rosikrusian (bunga mawar dan salib)
yang digabungkan dengan simbol
Masonik (kompas dan jangka).
diri dari Islam, dan dipengaruhi oleh mitos-mitos materialis dan evolusionis Yunani
Kuno. Fakta bahwa aliran pemikiran ini, yang begitu dibenci dan disangkal oleh
imam besar Islam Al Ghazali di dalam karya-karyanya, memunyai karakter Masonik
sudah tentu memperjelas sebagian masalah ini. Di dalam karyanya Al Munqidh min
al-Dalal (Membebaskan Diri dari Kesesatan), Ghazali secara langsung mengkritik
perkumpulan Ikhwan as-Safa, menjelaskan bahwa perkumpulan itu mendukung
filosofi sesat yang dipengaruhi oleh pemikiran Yunani Kuno. Dan, di dalam karyanya
Fadaidh al Bathiniyyah, ia menunjukkan penyimpangan ajaran sekte Ismailiyah, di
mana Ikhwan as-Safa tergabung.
ZAMAN PENCERAHAN DAN KEBANGKITAN MITOS
EVOLUSI
Gagasan materialis dan evolusionis
dari organisasi Masonik semacam
Rosicrucian atau Ikhwan as-Safa yang
diungkapkan secara rahasia, namun
paling sering secara simbolis, menjadi
lebih terbuka begitu kekuatan sosial
Gereja Katolik melemah di Eropa.
Akibatnya, ajaran-ajaran pagan ini,
yang berada di bawah tanah selama
1000 tahun oleh karena dominasi
politis dan intelektual agama Kristen,
menjadi mode lagi di tengah-tengah
para pemikir Eropa abad ketujuh belas
dan delapan belas.
Periode ketika pemikiran materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan luas di
masyarakat Eropa, dan memengaruhinya agar menjauhkan diri dari agama dikenal
sebagai Zaman Pencerahan. Sudah barang tentu, mereka yang memilih kata ini
(yakni mereka yang menganggap positif perubahan pemikiran ini bagaikan
perpindahan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka
menggambarkan periode sebelumnya sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan
agama sebagai penyebabnya. Mereka mengklaim Eropa menjadi tercerahkan ketika
dilakukan sekularisasi dan dijauhkan dari agama. Sudut pandang yang bias dan
palsu ini sampai hari ini masih menjadi salah satu mekanisme propaganda utama
bagi mereka yang menentang agama.
Memang benar bahwa agama Kristen
abad pertengahan sebagiannya “gelap”
dengan takhyul dan kefanatikan, dan
hampir semuanya telah dibersihkan pada
pascaabad pertengahan. Nyatanya,
Zaman Pencerahan pun tidak membawa
banyak hasil positif bagi Barat. Hasil
terpenting dari Zaman Pencerahan, yang
terjadi di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi
lautan darah. Hari ini literatur yang dipengaruhi Pencerahan memuji Revolusi
Prancis; namun, Revolusi banyak membebani Prancis dan ikut berperan atas
terjadinya konflik sosial yang berlanjut hingga ke abad kedua puluh. Analisis tentang
Revolusi Prancis dan Pencerahan oleh pemikir Inggris terkenal, Edmund Burke,
sangat informatif. Dalam bukunya yang terkenal, Reflection on the Revolution in
France, yang terbit pada tahun 1790, ia mengkritik baik gagasan Pencerahan
maupun buahnya, Revolusi Prancis. Menurutnya, gerakan itu menghancurkan nilainilai
dasar yang menyatukan masyarakat, seperti agama, moralitas, dan struktur
keluarga, serta melempangkan jalan menuju teror dan anarki. Akhirnya, dia
Revolusi: Prancis berubah menjadi lautan darah.
Di dalam bukunya, Refleksi atas
Revolusi di Prancis, Edmund Burke
menunjukkan dampak-dampak
destruktif dari Revolusi Prancis dan
Pencerahan.
94 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)
96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment
Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275,
(penekanan ditambahkan)
97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment
Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275
98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett
Publishing Company, 1987, hal. 33-38
99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber, London,
1977, hal. 361
100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178
101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc.
Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc.
Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in Bavaria,
Germany in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam Weishaupt, was a Jew.
He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To abolish all monarchies and regular governments, 2- To
abolish the personal property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage institution and to
establish a communal education system for children, 4- To abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World
Order: Our Secret Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)
104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198
105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan
ditambahkan)
106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60
107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of
Freemasonry, New York: The Masonic History Company, 1921, Vol. III.) Royal Society or with the full name The
Royal Society of London for The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of
the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born in Blood, hal. 285
108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-
57
109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by
Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company,
(penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)
110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of
Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons
hal. 44, (penekanan ditambahkan)
111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles Darwin to J. Do Hooker, March 29,
1963
112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)
113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)
114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek
Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th
conference), Istanbul, 1973, hal. 107, (penekanan ditambahkan)
115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),
Istanbul 1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)
116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from
Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 137
117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
VI. Perang Masonik Melawan Agama
Keberadaan Masonry pertama kali diumumkan di Inggris pada tahun 1717.
Sebelumnya, Masonry telah menyebar pertama di Inggris, lalu di Prancis dan seluruh
Eropa. Masonry menjadi tempat pertemuan utama para penentang agama. Banyak
kaum Mason Eropa bertemu di loge mereka, menyebut diri mereka sebagai “pemikir
bebas”, yang bagi mereka berarti tidak mengakui agama-agama ilahiah. Sebuah
artikel bertajuk “Periode-Periode Awal Freemasonry” dalam Mimar Sinan
menyebutkan, “Tempat di mana kaum Mason berkumpul untuk mencari kebenaran
di luar gereja menjadi tempat perlindungan."119
Walau demikian, kelompok yang mencari kebenaran di luar agama ini juga
menyembunyikan permusuhan terhadap agama. Oleh karena itu, organisasi tersebut
Katolik. Konflik antara Masonry dan Gereja terus tumbuh, meninggalkan jejak di
Eropa abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Masonry mulai menyebar ke
negara-negara lain di luar Eropa, pada paro kedua abad kesembilan belas, dan ke
mana pun perginya, Masonry menjadi pusat filosofi dan aktivitas antiagama.
Sebuah artikel berjudul “Politik dan Freemasonry”, yang muncul di Mimar Sinan,
menjelaskan tentang pertarungan melawan agama sebagai berikut:
Sejalan dengan tidak menjadi partai politik, Freemasonry menjadi
terorganisir di awal abad kedelapan belas sebagai sebuah lembaga
sosial berskala internasional sesuai dengan arus sosial politik. Untuk
menyokong sekte-sekte dalam upaya untuk melaksanakan kebebasan
beragama, Freemasonry melibatkan diri dalam pertarungan melawan
kekuatan dan pengaruh kependetaan dalam upaya untuk menggapai
sasaran tunggal mereka meruntuhkan kekuatan dan pengaruh Gereja
atas masyarakat. Karena itulah, di tahun 1738 dan 1751 Freemasonry
dinyatakan Paus sebagai tak bertuhan….Di negara-negara yang
menerapkan prinsip kebebasan beragama itu, Freemasonry
merupakan sebuah masyarakat misterius dan rahasia yang hanya
dikenal namanya; di negara-negara ini Freemasonry diabaikan tapi
juga didorong, mendapatkan anggota di antara kelas menengah dan
pejabat-pejabat tinggi yang mempunyai waktu dan sarana, serta
memasang pejabat-pejabat negara terkemuka di posisi-posisi
kepemimpinan dalam organisasi-organisasinya. Di negara-negara
selatan, di mana semua orang harus menganut Katolik, mereka
mempertahankan karakter sebagai organisasi rahasia, terlarang, dan
revolusioner yang menjadi sasaran pengawasan hukum. Di negaranegara
ini, orang-orang muda yang berpikiran bebas dan para
pegawai yang tidak puas dengan administrasi pemerintahan mulai
memasuki loge-loge Masonik dan dengan demikian dimulailah
rencana-rencana revolusioner dan diarahkan kepada rezim Spanyol,
Portugal, dan Italia yang berada di bawah dominasi Vatikan.120
Tidak diragukan bahwa di sini para penulis Masonik menggunakan bahasa yang
mendukung organisasinya sendiri ketika menyebutkan bahwa Masonry sedang
melakukan perlawanan terhadap dominasi Gereja. Namun, jika kita kaji masalah ini
lebih dekat, kita akan melihat bahwa di banyak negara, “dominasi” yang sama juga
cocok untuk rezim-rezim yang didirikan atau didukung oleh kaum Mason. Oleh
karena itu, kita dapat dengan mudah memahami bahwa Masonry mengklaim
berjuang melawan “dominasi” adalah kepura-puraan. Di luar fakta bahwa Gereja —
karena agama Kristen telah menyimpang — mempertahankan gagasan-gagasan
skolastik dan praktik-praktik yang menindas, permusuhan Masonry terhadap Gereja
tidaklah didasarkan pada hal ini namun pada kebenciannya terhadap agama-agama
monoteisme tradisional.
Cukuplah dengan mengamati struktur Masonry dan berbagai ritual serta upacaranya
untuk memahami hal ini.
CONTOH SEBUAH LOGE MASONIK: HELL-FIRE CLUB
Untuk memahami bagaimana Masonry abad
kedelapan belas diorganisir, dan apa yang
menjadi targetnya, salah satu hal yang harus
terus kita lakukan adalah mengkaji berbagai
masyarakat Masonik rahasia yang muncul
pada periode itu. Salah satunya adalah Klub
Api Neraka (“Hell-Fire Club”), yang aktif di
Inggris di pertengahan abad kedelapan belas.
Struktur Masonik klub ini dan karakter pagan
dan antiagama digambarkan oleh penulis
Masonik Daniel Willens dalam artikelnya, “Hell-
Fire Club: Sex, Politics and Religion in
Eighteenth-Century in England”. Inilah
sepotong bagian yang menarik dari artikel
yang diterbitkan dalam Gnosis, sebuah jurnal
tentang tradisi-tradisi dalam di Barat.
Pada malam-malam yang diterangi
cahaya bulan selama pemerintahan
Raja George III dari Inggris, anggotaanggota
Pemerintahan yang sangat
berkuasa, para intelektual penting, dan
artis-artis yang berpengaruh kadang dapat terlihat melintasi Sungai
Thames dengan gondola ke sebuah reruntuhan biara di dekat
Wycombe Barat. Di sana, di bawah bunyi nyaring bel biara yang
ternoda, mereka mengenakan jubah biarawan dan bersenang-senang
dengan segala bentuk kebejatan, yang berpuncak pada Misa Hitam
yang diselenggarakan pada tubuh telanjang seorang wanita ningrat
yang asusila dengan diketuai oleh bandot tersohor Sir Francis
Dashwood. Kebaktian setan berakhir, lingkaran dalam akan berpindah
tempat untuk merencanakan perjalanan Kerajaan Inggris.
“Persaudaraan nista” ini, begitu sebutannya, memberi pilihan nama
Gotik yang sesuai untuk diri mereka, “Rahib-rahib St. Francis dari
Medmenham”, walaupun mereka telah diabadikan dengan
julukan populer “Klub Api Neraka” . Pada abad penuh gunjingan
itu banyak spekulasi tentang kegiatan-kegiatan buruk masyarakat ini,
dan di tahun 1765, Charles Johnstone menerbitkan sebuah roman
berjudul Chrysal, or the Adventure of a Guinea, yang secara populer
diyakini mengungkap rahasia-rahasia “Para Biarawan Medmenham”.…
… Perintis terpenting Para Biarawan itu adalah Klub Api Neraka yang
didirikan sekitar tahun 1719 di London oleh Philip, Duke of Wharton
(1698-1731). Wharton adalah seorang politikus Whig yang
terkemuka, seorang Freemason, dan ateis yang berupaya
memperolok-olok agama dengan memimpin keramaian dengan
hiasan-hiasan “satanik” di muka umum.... Dan Wharton
selanjutnya menjadi Imam Besar Mason dari Loge Besar
London pada tahun 1722....
Menjelang tahun 1739, dalam perjalanan pulang Dashwood mampir di
Florence untuk menemui Abbe Nicolini, dan di sana pula ia berjumpa
Sebuah penggambaran dari upacara aneh di
loge Masonik abad kedelapan belas.
dengan Lady Mary Wortley Montagu… (yang) akhirnya kelak
bergabung dengan Dashwood dalam Klub Divan. … Sayang, kondisinya
tidak berjalan baik bagi Freemasonry di Italia. Paus Clement XII baru
saja mengeluarkan dekrit In Eminenti Apostalatus Specula, yang
mengungkapkan Inkuisisi atas Loge. Menjelang awal 1740, Paus
meninggal, dan Dashwood pergi ke pertemuan tertutup untuk memilih
paus baru di Roma. Di sana ia secara bermain-main memakai identitas
Kardinal Ottiboni, salah seorang ketua penentang kaum Mason, dan
memperoloknya di muka umum dengan ritual ejekan yang keji….
“Chapter room” adalah kunci untuk memahami kegiatan para
Biarawan itu. Perabot isinya masih tidak diketahui, sehingga
kegunaannya pun tetap menjadi misteri. Penulis-penulis penggemar
sensasi memperkirakannya sebagai tempat persembunyian satanik,
walau agaknya lebih masuk akal jika disimpulkan bahwa ruang
itu digunakan untuk upacara-upacara Masonik. John Wilkes,
seorang mantan anggota penting perkumpulan Medmenham yang
tidak menjadi Freemason, mengeluh dalam sebuah artikel yang
mencemarkan teman lamanya: “Tidak ada mata biasa yang berani
menembus misteri Eleusinian Inggris chapter room. Sementara para
biarawan berkumpul dalam semua upacara khidmat, lebih banyak lagi
ritus-ritus rahasia dilaksanakan dan korban yang dipersembahkan
dalam banyak kemegahan kepada BONA DEA”... Putra Sir Robert
Walpole, Horace, salah satu musuh politik Dashwood dan tentu saja
seorang yang asing dengan biara, mencemooh: “Apa pun doktrin
mereka, praktik-praktik mereka sebenarnya adalah pagan:
Bacchus* dan Venus adalah dewa-dewi yang hampir umum
diketahui sebagai tujuan pengorbanan mereka; dan para peri
serta tong bir yang diletakkan pada perayaan gereja baru ini,
cukup menginformasikan para tetangga tentang corak para
pertapa itu”….
Daftar nama keanggotaan Biarawan Medmenham sudah tidak ada, jika
pun itu pernah ada, namun nama-nama yang paling dipercaya
berhubungan dengan kelompok itu adalah saudara Dashwood, John
Dashwood-King; John Montagu, Earl of Sandwich; John Wilkes;
George Bubb Dodington, Baron Melcombe; Paul Whitehead; dan
sekumpulan orang-orang lokal yang tidak terlalu profesional maupun
bereputasi baik… sekelompok orang yang di mata publik cukup
berkemungkinan membuat skandal.
Keseluruhan pertanyaan tentang agama adalah pokok pesona yang
terus dipraktikkan Dashwood.… Penafsiran yang lebih canggih
mungkin meliputi rumor tentang ilmu gaib yang bernuansa seksual,
kitab kabbalis biara, gambaran Harpokrates yang berulang, koneksi
lemah Dashwood dengan Ordo Masonik Kuil, dan tentu saja motto
Thelemik di Biara Medmenham untuk menyimpulkan bahwa Klub Api
Neraka adalah manifestasi awal dari “Crowleyanitas”. Suatu
pendekatan yang lebih berkepala dingin akan memperhatikan
kontak-kontak Masonik Dashwood dan menyimpulkan, dengan
kemungkinan besar tepat, bahwa “chapter room” adalah sebuah kuil
Masonik. 121
Alasan menyertakan kutipan panjang ini adalah untuk mendapatkan gambaran
suasana berkembangnya Masonry abad kedelapan belas dan pengaruhnya terhadap
masyarakat. Masonry tampil sebagai sebuah organisasi rahasia yang memancing
rasa penasaran, dengan oposisinya terhadap keyakinan umum masyarakat
memberikan semacam kepuasan psikologis bagi anggota-anggotanya. Karakteristik
dasar ritus Masonik, sebagaimana ditekankan dalam kutipan di atas, adalah
penyucian simbol dan konsep pagan, alih-alih agama-agama Monoteistik tradisional.
Maka, mereka yang menjadi kaum Mason, dan memalingkan wajah dari agama
Kristen, terwarnai pagan, walaupun tidak selalu berarti mengambil paganisme
sebagai keyakinan, namun paling tidak dengan mengambil simbol-simbolnya.
Namun, Masonry tidak puas hanya untuk mempraktikkan upacara-upacara aneh; ia
juga mengikuti sebuah strategi yang dirancang untuk mengasingkan Eropa dari
agama-agama ketuhanan, dan memikatnya ke dalam paganisme. Di dalam bagian
berikut kita akan mencermati beberapa titik puncak dari sejarah Eropa, negara per
negara, dan mengikuti jejak perang Masonik ini melawan agama. Negara pertama
yang mesti kita kaji adalah Prancis.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI PRANCIS
Pada kajian-kajian sebelumnya kami telah membahas peranan penting Masonry
dalam Revolusi Prancis. Sejumlah besar filsuf Pencerahan, terutama mereka yang
paling kuat berpandangan antiagama adalah pengikut Mason. Kaum Jacobin, yang
membangun panggung revolusi, dan menjadi pemimpinnya, adalah anggota loge.
122
Peran yang dimainkan kaum Mason di dalam revolusi diakui oleh seorang “agen
provokator” bernama Count Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Inkuisisi pada
tahun 1789, dan mengakui beberapa hal penting selama interogasi. Dia mengawali
dengan menyatakan bahwa kaum Mason di seluruh penjuru Eropa telah
merencanakan serangkaian revolusi. Disebutkan bahwa sasaran utama kaum Mason
adalah menghancurkan Kepausan atau menguasainya. Dalam pengakuannya,
Cagliostro juga menyebutkan bahwa para bankir Yahudi mendukung semua kegiatan
revolusioner ini secara finansial, dan bahwa uang Yahudi juga memainkan peran
penting di dalam Revolusi Prancis. 123
Revolusi Prancis pada dasarnya adalah sebuah revolusi melawan agama. Dalam
upaya mati-matian kaum revolusioner untuk menyingkirkan kependetaan dan
aristokrasi, banyak pendeta yang terbunuh, institusi agama yang dihancurkan, dan
tempat-tempat ibadah yang diruntuhkan. Kaum Jacobin bahkan ingin
menghancurkan sama sekali agama Kristen, dan menggantikannya dengan sebuah
kepercayaan pagan yang mereka sebut “agama logika”. Namun, dalam waktu
singkat, mereka kehilangan kendali atas revolusi dan Prancis terjerumus ke dalam
kekacauan total.
Misi Masonry di negara itu tidak berhenti dengan revolusi. Kekacauan yang tercipta
oleh revolusi akhirnya reda ketika Napoleon meraih kekuasaan. Namun, stabilitas ini
tidak berlangsung lama; ambisi Napoleon untuk menguasai seluruh Eropa akhirnya
mengakhiri pemerintahannya. Setelahnya, konflik di Prancis berlanjut antara kaum
monarkis dan revolusionis. Terjadi tiga kali revolusi lagi di tahun 1830, 1848, dan
1871. Di tahun 1848, “Republik Kedua” didirikan; dan di tahun 1871 dibentuk
“Republik Ketiga”.
Kaum Mason sangat aktif sepanjang periode agitasi ini. Sasaran utama mereka
adalah melemahkan Gereja dan lembaga-lembaga keagamaannya, menghancurkan
nilai-nilai agama dan pengaruhnya atas masyarakat, dan menghapuskan pendidikan
agama. Kaum Mason memandang “antiklerikalisme” (antikependetaan) sebagai
pusat aktivitas sosial dan politik.
The Catholic Encyclopedia memberikan informasi penting tentang misi antiagama
dari Timur Raya — begitulah Masonry Prancis dikenal.
Dari dokumen-dokumen resmi Masonry Prancis yang terutama
tercakup dalam “Buletin” dan “Compterendu (Ikhtisar)” resmi Timur
Raya, terbukti bahwa semua undang-undang antiklerikal yang
disahkan di dalam parlemen Prancis telah diputuskan sebelumnya di
loge-loge Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan dari Timur Raya,
dengan sasarannya diakui untuk mengendalikan segala hal dan semua
orang di Prancis. “Saya menyatakan di dalam majelis tahun 1898,”
ungkap deputi Masse, pembicara resmi Majelis tahun 1898, “bahwa
adalah tugas tertinggi Freemasonry untuk semakin hari semakin
banyak mencampuri pertarungan politis dan duniawi.” “Keberhasilan
(dalam peperangan antiklerikal) dalam Freemasonry berskala luas;
karena spiritnya, programnya, metodenyalah yang menang.” “Jika
Blok telah terbentuk, ini adalah berkat Freemasonry dan disiplin yang
dipelajari di loge-loge”… “Kita membutuhkan kewaspadaan dan, di
atas segalanya, kepercayaan timbal balik, jika ingin menuntaskan
kerja yang belum selesai. Kerja ini, Anda tahu… pertempuran antiklerikal,
sedang berlangsung. Republik harus membersihkan dirinya
dari jemaah agama, menyapu habis mereka dengan sebuah hantaman
dahsyat. Di mana saja, sistem yang setengah-setengah adalah
berbahaya; musuh harus dihancurkan dengan sebuah pukulan
tunggal.” 124
The Catholic Encyclopedia melanjutkan penjelasannya tentang pertarungan Masonry
Prancis melawan agama:
Sejatinya, semua reformasi Masonik yang terlaksana di Prancis sejak
1877, seperti sekularisasi pendidikan, undang-undang menentang
sekolah-sekolah privat Kristen dan pembinaan amal, penindasan atas
ordo-ordo keagamaan, dan pembusukan Gereja, tampak berpuncak
pada sebuah reorganisasi masyarakat manusia yang anti-Kristen dan
tidak beragama, tidak hanya di Prancis namun di seluruh penjuru
dunia. Jadi, Freemasonry Prancis, sebagai tolok ukur bagi seluruh
Freemasonry, berpura-pura membuka era keemasan republik
universal Masonik, yang mencakup persaudaraan Masonik semua
manusia dan semua negara. ”Kemenangan orang Galilea,” kata
Presiden Timur Raya, Senator Delpech, pada tanggal 20 September
1902, ”telah berlangsung selama dua puluh abad. Tetapi sekarang
gilirannya mati.... Gereja Romawi, yang dibangun atas mitos Galilea,
mulai runtuh dengan cepat sejak hari pertama Perkumpulan Masonik
didirikan.” 125
Yang dimaksud dengan ”orang Galilea” oleh kaum Mason adalah Almasih, karena
menurut injil, Almasih lahir di kota Galilea di Palestina. Oleh karena itu, kebencian
kaum Mason terhadap Gereja adalah ekspresi kebencian mereka terhadap Almasih
dan semua agama monoteistik. Mereka mengira telah menghancurkan pengaruh
agama ketuhanan dengan filosofi materialis, Darwinis, dan humanis yang mereka
bangun di abad kesembilan belas, dan mengembalikan Eropa kepada paganisme
pra-Kristen.
Sebuah ilustrasi dari loge Masonik Prancis abad kedelapan belas.
Ketika kata-kata ini disampaikan di tahun 1902, serangkaian undang-undang
disahkan di Prancis memperluas jangkauan oposisi agama. Tiga ribu sekolah agama
ditutup dan pendidikan agama apa pun terlarang untuk diberikan di sekolah-sekolah.
Banyak pendeta ditangkapi, sebagian diasingkan dan orang-orang agama mulai
dianggap sebagai warga negara kelas dua. Karena itulah, pada tahun 1904 Vatikan
memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Prancis. Namun ini tidak
mengubah sikap negara itu. Setelah kematian ratusan ribu warga Prancis melawan
tentara Jerman pada Perang Dunia I barulah kesombongan negara itu jinak dan
sekali lagi mengakui pentingnya nilai-nilai religius.
Sebagaimana diyakini The Catholic Encyclopedia, perang melawan agama dari
Revolusi Prancis hingga abad kedua puluh dilakukan oleh ”undang-undang
antiklerikal yang disahkan oleh Parlemen Prancis” yang telah diputuskan sebelumnya
di loge-loge Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan Timur Raya.” 126 Fakta ini
tampak jelas dari tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, kutipan dari terbitan berbahasa
Turki bertajuk ”Sebuah Pidato dari Saudara Gambetta pada tanggal 5 Juli 1875 di
Loge Clémente Amitié” menyebutkan:
Sementara momok reaksi mengancam Prancis, dan doktrin
keagamaan serta ide-ide terbelakang berkembang ofensif terhadap
berbagai prinsip dan undang-undang sosial modern, di lingkungan
organisasi-organisasi seperti Masonry yang tekun dan berpandangan
jauh serta mengabdi kepada prinsip-prinsip persaudaraan, kita
menemukan kekuatan dan konsolidasi dalam perjuangan melawan
klaim-klaim Gereja yang berlebihan, pernyataannya yang dibesarbesarkan
dan menggelikan serta berbagai perbuatannya yang
keterlaluan dan menjadi kebiasaan... kita harus terus berjaga-jaga
dan melanjutkan perjuangan. Untuk mewujudkan gagasan tentang
tatanan manusia dan kemajuan, mari kita tetap bertahan sehingga
perisai-perisai kita tidak dapat ditembus. 127
Akan terlihat bahwa literatur Masonik secara konsisten menampilkan gagasangagasannya
sebagai ”berpandangan jauh” sembari menuduh orang-orang beragama
sebagai ”terbelakang”. Namun, ini tak lebih dari permainan kata-kata belaka.
Ungkapan ”momok reaksi”, yang disebutkan pada kutipan di atas, adalah sesuatu
yang juga ditentang orang-orang beragama yang tulus, namun menjadi eksploitasi
sasaran oleh Masonry terhadap agama sejati dalam upaya mereka untuk
menjauhkan manusia darinya. Apalagi, harus ditekankan sekali lagi bahwa filosofi
materialis-humanis yang dianut kaum Masonlah yang sesungguhnya merupakan
sistem pemikiran yang bertakhyul dan terbelakang, sebuah tempat bergantung bagi
peradaban pagan Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
Oleh karena itu, penggunaan istilah ”berpandangan jauh” dan ”terbelakang” oleh
kaum Mason tidak berpijak pada kenyataan. Memang, hal ini tidak berdasar karena
konflik antara kaum Mason dan masyarakat beragama tidak lebih daripada
pelestarian konflik antara dua pemikiran yang telah ada semenjak abad-abad awal
sejarah. Agamalah yang memproklamirkan pertama kali gagasan-gagasan ini:
bahwa manusia diciptakan oleh kehendak Tuhan dan manusia bertanggung jawab
untuk menyembah-Nya. Inilah kebenaran. Gagasan sebaliknya, bahwa manusia
tidak diciptakan namun menjalani hidup yang sia-sia dan tanpa tujuan, diajukan oleh
mereka yang menolak keberadaan Tuhan. Jika dipahami dengan tepat, tampaklah
bahwa penggunaan istilah-istilah dangkal ”keterbelakangan” dan ”pandangan jauh”
tidak memiliki landasan apa-apa.
Dengan menggunakan gagasan ”kemajuan”, kaum Mason berupaya menghancurkan
agama. The Catholic Encyclopedia menyatakan:
Yang berikut ini dianggap sebagai cara-cara utama (dari freemasonry):
(1) Menghancurkan secara radikal semua pengaruh sosial Gereja dan
agama, yang secara busuk disebut ”klerikalisme”, dengan penyiksaan
terbuka terhadap Gereja atau dengan sistem pemisahan antara
Negara dan Agama yang bermuka dua dan curang, serta sejauh
mungkin menghancurkan Gereja dan semua agama yang benar, yakni
yang supramanusia, yang lebih dari sekadar bentuk pemujaan yang
samar-samar terhadap tanah air dan umat manusia;
(2) Sekulerisasi, yakni dengan sistem ”non-sektarianisme” yang sama
yang bermuka dua dan curang, semua kehidupan publik dan pribadi
dan, di atas segalanya, pengajaran dan pendidikan populer. ”Nonsektarianisme”
sebagaimana dipahami oleh golongan Timur Raya
adalah sektarianisme yang anti-Katolik dan bahkan anti-Kristen,
ateistik, positivistik, atau agnotis dalam genggaman nonsektarianisme.
Kebebasan berpikir dan hati nurani anak-anak harus
dikembangkan secara sistematis pada diri mereka di rumah dan
dilindungi, sejauh mungkin, dari semua pengaruh yang mengganggu,
tidak hanya dari Gereja dan para pendeta, tetapi juga dari orang tua
anak itu sendiri, jika perlu, bahkan melalui cara tekanan moral dan
fisik. Golongan Timur Raya menganggapnya sangat diperlukan dan
sebuah jalan pasti yang sempurna untuk pewujudan final dari republik
sosial universal.... 128
Tampaklah bahwa Masonry telah menggerakkan sebuah program, yang disebut
”pembebasan masyarakat”, dengan tujuan untuk menghapuskan agama, sebuah
program yang masih terus diterapkan. Program ini harus dibedakan dari model yang
berusaha memberikan kesempatan bagi setiap warga negara, dari keyakinan religius
apa pun, untuk mempraktikkan keyakinannya secara bebas. Alih-alih, model yang
diimpikan oleh Masonry adalah bentuk cuci otak yang dirancang untuk melenyapkan
agama sepenuhnya dari masyarakat dan pikiran individu serta, jika perlu, menyiksa
para penganutnya.
Di negara mana saja ia berkembang, Masonry berupaya menggerakkan program ini,
walaupun dengan cara menyesuaikan diri dengan budaya dan kondisi yang lazim di
negara tersebut.
Salah satu negara itu adalah Jerman.
KAMPANYE ANTI-AGAMA DI JERMAN: “KULTURKAMPF”
Seratus lima puluh tahun yang lalu, negara Jerman belum ada. Wilayah yang
sekarang disebut Jerman dikuasai oleh sejumlah kerajaan. Yang terluas di antaranya
adalah Prussia, yang menempati bagian timur Jerman saat ini dan sebagian besar
Polandia. Di tahun 1860, Prussia mulai mencaplok negara-negara kecil Jerman
lainnya dan mendirikan Kekaisaran Jerman pada tahun 1871. Penguasa negara baru
ini adalah Perdana Menteri Prussia dan Kanselir dari Kekaisaran Jerman baru, Otto
van Bismarck.
Bismarck adalah seorang negarawan yang sukses,
terutama di bidang politik luar negeri, tetapi tidak
mencapai sukses serupa dalam urusan dalam negeri.
Salah satu penyebabnya adalah sekelompok intelektual
yang dikenal sebagai ”kaum Liberal Nasional” yang
mirip dengan antiklerikal di Prancis, serta menjalankan
politik antiagama. Untuk mencapai persatuan Jerman,
kaum Liberal Nasional meyakini perlunya
menyingkirkan orang-orang yang memiliki bentuk
afiliasi apa pun di luar perbatasan mereka, dan
menganggap hubungan antara sepertiga populasi
dengan Paus Katolik sebagai sandungan terbesar bagi
persatuan ini. Karena didorong oleh kaum Liberal
Nasional, Bismarck memulai sebuah kampanye anti-
Katolik yang dikenal sebagai Kulturkampf, atau ”perang
budaya”. Kampanye ini juga digambarkan sebagai
suatu perjuangan untuk mengontrol pikiran bangsa
Jerman. 129
Selama Kulturkampf, kaum Katolik, terutama di Jerman bagian selatan, mengalami
Otto von Bismarck
penindasan.
Di tahun 1872, untuk menegakkan sebuah undang-undang yang telah disahkan,
semua pendeta Jesuit di negara ini ditahan dalam satu malam dan institusi-institusi
mereka disita. Untuk menegakkan ”undang-undang Mei” (meigesetze) yang
disahkan pada tahun 1873, semua pendeta yang bekerja kepada pemerintah
dipecat, Gereja dilarang terlibat dalam semua hal yang berhubungan dengan
pernikahan dan pendidikan, dan topik-topik khotbah dibatasi. Sejumlah uskup besar
ditahan dan 1300 gereja akhirnya ditemukan tanpa pendeta.
Namun, karena taktik-taktik ini menimbulkan reaksi keras di kalangan Katolik di
negara itu terhadap pemerintah, Kulturkampf dikendurkan. Bismarck mengabaikan
usulan-usulan kaum Liberal Nasional, yang telah membawanya ke dalam kampanye
ini, dan mengurangi Kulturkampf sedikit demi sedikit sampai akhirnya ia batalkan
sepenuhnya. Keseluruhan kampanye ini tidak menghasilkan apa pun selain
penindasan atas kaum Katolik Jerman, dan kehancuran rasa kesejahteraan sosial
negara itu. Banyak sejarawan hari ini meyakini bahwa hal itu adalah sebuah
kegagalan yang merobek-robek rasa keamanan sosial bangsa Jerman. Apalagi,
setelah Jerman, gelombang Kulturkampf melanda Austria, Swiss, Belgia, dan
Belanda, menimbulkan ketegangan sosial yang luar
biasa di negara-negara ini.
Menariknya, para intelektual Masonlah yang
memikat Bismarck ke dalam kebijaksaan ini. The
Catholic Encyclopedia menyebutkan:
Namun mereka (kaum Mason) tentu saja
memajukan gerakan yang oleh Prussia, yang
secara bertahap menjadi negara pemimpin
di Jerman, dianggap sebagai ”representasi
dan pelindung evolusi modern” melawan
”Ultramontanisme”, ”kefanatikan”, dan
”perebutan kuasa kepausan”. Mereka juga
menghasut munculnya ”Kulturkampf”.
Jurisconsult yang juga Mason tersohor,
Imam Besar Bluntschli, adalah salah satu
penghasut terdepan dalam konflik ini; dia
juga menggerakkan ”Kulturkampf” Swis....
Para Freemason Jerman dengan upayaupaya
tak kenal lelah memaksakan
pengaruh yang menentukan atas hidup
bangsa secara keseluruhan sejalan dengan prinsip-prinsip Masonik,
dan dengan demikian mempertahankan sebuah ”Kulturkampf” yang
diam-diam dan abadi. Sarana-sarana terpenting yang mereka gunakan
adalah aneka perpustakaan, konferensi, afiliasi dari berbagai
perkumpulan dan lembaga dengan perhatian yang sama, dan jika
perlu, pembentukan lembaga-lembaga baru, sebagai sarana bagi
semangat Masonik untuk merasuki bangsa. 130
Artinya, walaupun dihentikan secara resmi oleh Bismarck, Kulturkampf diteruskan
oleh kaum Mason, sebagai kampanye propaganda antiagama berkelanjutan yang
ditujukan kepada masyarakat luas. Buah paling pahit dari perjuangan ini dituai pada
Tatkala Nazi berkuasa, dimulailah
sebuah kampanye antiagama yang
lebih buruk daripada yang dilakukan
Bismarck.
tahun 1920: kaum Nazi, yang bertujuan mengembalikan bangsa Jerman kepada
paganisme pra-Kristen mereka, sedikit demi sedikit memperoleh kekuatan dan
berkuasa di tahun 1933. Salah satu aksi Nazi yang paling penting adalah
memprakarsai sebuah Kulturkampf kedua melawan otoritas agamis. Komentator
Amerika Elbridge Colby menjelaskan bahwa ”kaum Nazi membuka sebuah
Kulturkampf baru melawan Gereja Katolik, memenjarakan para pendeta dan
memecat para uskup; namun berbeda dengan tahun 1874, Hitler juga bergerak
menentang kemapanan Protestan.” 131
Singkatnya, aktivitas-aktivitas yang diprakarsai oleh kaum Mason untuk menjauhkan
masyarakat dari agama telah membangkitkan salah satu kediktatoran paling brutal
dalam sejarah, ”Reich” Nazi, dan menyeret dunia ke dalam Perang Dunia II yang
membinasakan 55 juta jiwa.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI ITALIA
Negara lain yang jelas menampakkan aktivitas Masonik adalah Italia.
Hingga tahun 1870, wilayah Italia diduduki oleh beberapa negara kecil sisa-sisa
masa feodal. Salah satu yang terpenting adalah Negara Kepausan. Negara ini
berpusat di Roma, diperintah oleh Paus, dan mengontrol sebagian besar Italia pusat.
Mason di Italia didirikan sebagai perpanjangan dari Mason Prancis, dan mulai
berpengaruh di Italia pada awal abad kesembilan belas. Mereka bermaksud
menghancurkan Negara Kepausan dan menghapuskan otoritas Gereja di Italia
secara keseluruhan. Menurut penulis buku berjudul The Roman Catholic Church and
the Craft, Imam Freemason Alec Mellor: ” Di Italia, asal usul loge-loge luar biasa
sebagian besar bersifat politis; mereka membingungkan Masonry dengan
pertarungan melawan kekuasaan duniawi Paus.” 132
Masonry mengawali pertarungannya melawan agama di Italia melalui masyarakat
rahasia lain yang didirikan dan dikendalikannya. Masyarakat ini dikenal sebagai ”
Carbonari.”
Masyarakat ini, yang pertama kali terdengar di Naples
pada awal abad kesembilan belas, mengambil namanya
dari para pembakar arang. Sebagaimana para Mason
memakai lambang pembangun dinding dan
mengekspresikan pemikiran mereka dengan simbolsimbol,
maka Carbonari mengambil lambang dari para
pembakar arang. Namun, masyarakat tersebut punya
tujuan-tujuan tersembunyi. Anggota-anggota
masyarakat tersebut berupaya mengawali sebuah
program politik, pertama di Italia, dan kemudian di
Prancis, untuk menghancurkan pengaruh Gereja,
membangun sebuah pemerintahan baru dan
menyekulerkan semua lembaga sosial.
Koneksi antara Masonry dan Carbonari begitu nyata.
Kaum Mason secara otomatis menjadi anggota
masyarakat Carbonari; bahkan, sejak saat memasuki Sebuah terbitan Masonry Italia.
masyarakat itu mereka meraih derajat imam. (Sementara, anggota-anggota
Carbonari lainnya harus melewati proses kenaikan yang panjang sebelum mencapai
derajat ini). Dua kardinal bernama Consalvi dan Pacca mengeluarkan sebuah
maklumat pada tanggal 15 Agustus 1814 yang menuduh kaum Mason dan Carbonari
diorganisir untuk campur tangan sosiopolitik dan penggalangan permusuhan
terhadap agama.
Tuduhan ini terbukti karena anggota-anggota Carbonari telah mengorganisir tipu
muslihat politis dan pemberontakan bersenjata. Pemberontakan bersenjata yang
berlangsung di Macerata pada 25 Juni 1817 diorganisir oleh Carbonari, namun
diberangus oleh aparat keamanan Negara Kepausan. Pada tahun 1820, di Spanyol
dan Naples, dan pada tahun 1821 di Piedmont, pemberontakan revolusioner
diorganisir oleh Carbonari terhadap Gereja dan ketenteraman publik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh kaum Mason yang
terlibat bersama mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner. Seusai Revolusi Juli
di Prancis pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan pengaruhnya dan secara
bertahap menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan gerakan ”Italia Muda”
yang didirikan oleh Guiseppe Mazzini.
Guiseppe Mazzini dan Count di Cavour: dua Imam Mason
yang mengakhiri Negara Kepausan.
Mazzini, seorang ateis tersohor, selama
bertahun-tahun telah bertarung melawan
Negara Kepausan dan Gereja dan pada akhirnya
menjadi seorang Mason ranking atas yang akan menjadi pendiri Persatuan Italia.
Dengan dukungan dua orang Mason terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di
Cavour, ia mendirikan Persatuan Italia pada tahun 1870, serta menggariskan
perbatasan Negara Kepausan di belakang batas-batasnya yang telah ada.
Setelahnya, Italia memasuki sebuah proses yang membuatnya kian menjauh dari
agama, dan mempersiapkan pondasi bagi kediktatoran fasis Mussolini di tahun
1920-an.
Singkatnya, dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan Cavour merupakan
tiga pemimpin terkemuka yang meakukan fungsi penting dalam pertarungan
melawan agama di Eropa. Mazzini bukan saja sekadar pemimpin politik dalam
pertarungan melawan agama, ia juga memegang peranan sebagai ideolog.
Slogannya ”setiap bangsa sebuah negara” adalah percikan yang memicu
pemberontakan kaum minoritas, yang menjadi penyebab keruntuhan kekaisarankekaisaran
multietnis, seperti Austo-Hungaria dan Kesultanan Utsmani. Slogan
Mazzini ini menjauhkan orang dari rasa persaudaraan keagamaan mereka;
merupakan sebuah seruan yang mendorong mereka ke dalam konflik etnik antar
sesamanya dan menginspirasikan mereka dengan ” kesombongan jahiliyah.” (QS. Al
Fath, 48: 26)
Fakta bahwa seruan ini datang dari kaum Mason, tepatnya, para Mason ranking
atas, tentu saja sangat signifikan. Menurut informasi dari publikasi loge 10.000
Freemason Terkenal, Mazzini tumbuh di dalam loge Masonik, dan bertahun-tahun
kemudian, pada 1867, terpilih sebagai Imam Mason Timur Raya Italia. Pada tahun
1949, pada sebuah upacara untuk menandai pembukaan selubung patung Mazzini di
Roma, 3.000 orang Mason dengan penuh terima kasih mengenang Imam Besar
mereka. Garibaldi, tangan kanan Mazzini, mencapai tingkat ke-33 Dewan Tertinggi
Italia di tahun 1863, dan di tahun 1864 terpilih sebagai Imam Mason Italia. Untuk
mengenang Imam Mason ini, sebuah loge dinamai Garibaldi, yang diberikan kepada
”lembah” New York dengan nomor 542.
AGENDA REVOLUSIONER MASONIK DI RUSIA
Selain di Italia, jejak-jejak kegiatan revolusioner Masonik juga dapat ditemui di
banyak negara lain di Eropa. The Catholic Encyclopedia menyebutkan: ” Di dalam...
gerakan-gerakan revolusioner setelahnya di Prancis, Italia, Spanyol, Portugal,
Amerika Tengah dan Selatan, badan-badan Masonik diklaim berperanan kurang lebih
aktif... Di Rusia, Freemasonry pun akhirnya muncul sebagai ‘konspirasi politis’ dari
klub-klub di wilayah itu yang terorganisir secara Masonik.” 133
Persekongkolan Masonik di Rusia khususnya, menarik untuk dikaji.
Propaganda Masonik yang menggambarkan
Garibaldi sebagai seorang pahlawan besar.
Masonry memasuki negara ini pada paro kedua abad
kedelapan belas dan menyebar luas di kalangan
intelektual. Walaupun di luar tampak sebagai klub budaya
semata, di dalam loge-loge ini didiskusikan gagasangagasan
antiagama dan antipemerintah dari bagianbagian
Eropa lainnya. Yang pertama kali menaruh
perhatian adalah pendeta-pendeta dari Gereja Ortodoks.
Para pendeta mengirimkan informasi yang telah mereka
peroleh kepada Tsar Alexander I, yang berhubungan baik
dengan Gereja, membeberkan persekongkolan Masonik
untuk menggulingkan rezim Tsar. Menanggapi itu, Tsar
mengeluarkan undang-undang di tahun 1822 untuk
menutup seluruh loge Masonik di negara itu dan
menetapkannya sebagai organisasi terlarang. Walau
demikian, tindakan ini tidak dapat menyingkirkan kaum
Mason; mereka terus saja bergerak di bawah tanah.
Tiga tahun setelah memberangus loge-loge tersebut, Tsar
Alexander I sakit dan mangkat. Penggantinya adalah Tsar
Nicholas I. Namun, pergantian Tsar Nicholas diwarnai serangkaian perselisihan dan
intrik, serta menimbulkan situasi kacau di negara itu. Orang-orang tertentu yang
ingin mengembalikan stabilitas dengan menumbangkan rejim tersebut berencana
mengkudeta sang Tsar baru. Mereka mempunyai banyak pendukung di kalangan
tentara. Merasa percaya diri dengan dukungan ini, sejumlah serdadu revolusioner
bersama sejumlah orang sipil bergerak ke istana Tsar di ibukota St. Petersburg pada
tanggal 14 Desember 1825. Dalam kontak senjata melawan tentara Tsar, kelompok
revolusioner itu dikalahkan. Mereka dinamai ”kelompok Desember” sesuai dengan
bulan terjadinya upaya revolusi mereka. Para pemimpin kelompok ini dibekuk dan
lima orang digantung.
Kelompok Desember tak lain daripada para Mason.... Para perwira, intelektual, dan
penulis yang membentuk kelompok tersebut adalah anggota dari loge-loge yang
dilarang oleh Tsar Alexander tiga tahun sebelumnya. Salah satu dari Mason yang
revolusioner ini adalah penulis terkemuka Count Pushkin. 134
Meski usaha Kelompok Desember berakhir dengan kegagalan, para Mason tidak
menghentikan niat mereka untuk menggulingkan Tsar. Mereka senantiasa
memainkan peran penting dalam kelompok-kelompok penentang rezim Tsar. Pada
Revolusi Pebruari 1917, pemimpinnya, Alexander Karensky, dan hampir semua
pendukung dekatnya adalah Mason. 135 Begitu pula, pemerintahan yang baru
mayoritas terdiri dari orang-orang Mason. 136 Satu-satunya kontribusi historis
Pemerintahan Kerensky di usianya yang pendek itu adalah menyerahkan negara ke
tangan Lenin dan kaum Bolsheviks pimpinannya.
MASONRY ABAD KEDUA PULUH: DIAM-DIAM DAN DARI
KEJAUHAN
Tentunya tampak bahwa sejauh yang telah kita kaji, aktivitas kaum Mason di negara
seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Rusia, jelas-jelas menunjukkan sasaran Masonry
berupa revolusi sosiopolitis. Masonry hendak membangun sebuah tatanan baru di
Penulis terkenal Pushkin
adalah salah seorang yang
mengorganisir upaya kudeta
yang dilakukan kaum Mason
di Rusia.
mana lembaga-lembaga keagamaan dan keyakinan religius dihapuskan, dan untuk
mencapai tujuan ini mereka telah berupaya menggulingkan monarki-monarki
pendukung agama. Pada banyak negara Eropa, loge-loge Masonik menjadi pusat
berkumpulnya para penentang agama, di sana disusun konspirasi untuk berbagai
kudeta, pemberontakan, pembunuhan, plot politis dan politik antiagama. Di balik
aneka aktivitas tersebut, baik berskala kecil atau besar, yang telah berlangsung
sejak Revolusi Prancis di tahun 1789 hingga abad kedua puluh, ditemukan pengaruh
Masonry.
RITUS ANEH DI KUIL HUMANISME
Kaum Mason ingin menjadikan seluruh
dunia sebagai sebuah “kuil”. Namun, kuil
yang mereka mimpikan bukan kuil agama
sejati melainkan kuil humanisme. Mereka
mengimpikan sebuah dunia tempat
humanitas diberhalakan, dan manusia telah
sepenuhnya mengingkari agama sejati,
serta filosofi evolusionis dianggap sebagai
satu-satunya filosofi yang benar.
Di dalam teks Masonik, sebuah upacara
aneh yang diselenggarakan untuk maksud
ini dijelaskan:
Saat ini, sebuah agama universal sedang
mewujud, seperlahan-lahan mungkin,
sehingga dapat memuaskan kesadaran akan artinya yang sepenuhnya….
Bersamaan dengan agama universal ini, sebuah moralitas akan terbangun
sepadan dengan pandangan akan dunia…. Agama seperti ini akan menyatukan
umat manusia di alam semesta. Itulah MASONRY. Agama ini akan diteruskan
dari hati ke hati. Kuil agama ini kelak adalah kuil humanitas. Di antara himne
yang dinyanyikan di dalam kuil ini barangkali Simfoni ke-9 Beethoven,
komposisi musik paling mulia yang pernah muncul dari jiwa manusia….
Alih-alih daging dan darah banteng sebagaimana pada upacara-upacara Mithra,
kita merayakan kelahiran ini dengan memakan roti dan meminum anggur
merah. Di sini kita bersatu di dalam kepercayaan bersama yang mempunyai
karakter sebuah komuni. Di sebuah tahun baru, Saya ingin membaptiskan
perjuangan suci kita ini dan mengakhirinya: Makanlah sepotong roti lagi,
saudara-saudaraku, kalian adalah misionaris agama ini, biarlah semua orang
suci yang berbagi roti ini menjadi teman. Saudara-saudaraku, untuk menjadi
saudara sedarah, minumlah seteguk nyala lagi dari gelas anggur kalian. (
Mason, Tahun, 29, No. 40-41, 1981, hal. 105-107)
Menurut sejarawan Inggris Michael Howard, loge-loge Masonik memfokuskan upaya
mereka pada paro kedua abad kesembilan belas untuk menumbangkan dua
Kekaisaran penting yang tersisa: Kekaisaran Austro-Hungaria dan Rusia, dan dapat
mencapai sasaran mereka sebagai akibat Perang Dunia I.
Dengan kata lain, pada awal abad kedua puluh, dalam skala luas, Masonry telah
mencapai sasaran revolusi sosiopolitiknya.
Dogma materialis-humanis yang didukung oleh kaum Mason telah membawa penderitaan
yang sangat terhadap kemanusiaan di abad kedua puluh. Perang Dunia II menewaskan 55
juta manusia. Foto tentara yang gugur dengan wajah hancur oleh bom di dekat Stalingrad,
hanyalah satu contoh dari penderitaan besar manusia yang diciptakan oleh ideologi
“humanis”.
Oleh karena itu, abad kedua puluh bukanlah sasaran revolusi Masonik. Karena
beranggapan tidak menghadapi halangan lagi, alih-alih merencanakan plot-plot
politik, kaum Mason lebih suka menyebarkan filosofi mereka. Mereka menebarkan
filosofi materialis dan humanis kepada massa dengan kedok sains, atau melalui seni,
media, sastra, musik dan semua wahana budaya populer. Dengan propaganda ini
kaum Mason tidak bermaksud menghapuskan agama-agama ilahiah melalui sebuah
revolusi seketika; mereka hendak mencapainya melalui jangka panjang, dan
memperkenalkan filosofi mereka kepada semua orang sedikit demi sedikit.
Seorang Mason berkebangsaan Amerika menyimpulkan metode ini sebagai berikut:
Freemasonry bekerja dengan diam-diam, namun ini adalah
kerja bagaikan sebuah sungai yang dalam, yang diam-diam
mendorong menuju lautan. .137
Pendeta tinggi J.W. Taylor, dari negara bagian Georgia di AS, membuat komentar
menarik ini tentang hal yang sama:
Pengalihan tema-tema lama dan pembentukan yang baru tidak selalu
timbul dari penyebab yang segera tampak yang ditetapkan dunia,
namun merupakan kulminasi dari prinsip-prinsip yang telah bekerja
selama bertahun-tahun dalam pikiran manusia, sampai akhirnya
waktu yang tepat dan lingkungan yang sesuai menghidupkan
kebenaran laten itu... menggairahkan semua dengan sebuah
penyebab umum yang kuat dan menggerakkan bangsa-bangsa
laksana satu diri menuju pewujudan akhir yang agung. Dengan prinsip
inilah Lembaga Freemasonry menyebarkan pengaruhnya ke dunia
manusia. Freemasonry bekerja secara diam-diam dan rahasia, namun
menerobos semua celah masyarakat dalam banyak relasinya, dan
mereka yang menerima banyak kebaikannya terpesona akan
pencapaiannya yang luar biasa, tetapi tidak dapat menduga dari mana
datangnya. 138
Menurut majalah Voice yang diterbitkan oleh Loge Besar di Chicago, ” Maka, secara
diam-diam namun pasti dan berkesinambungan, Masonry mengisi struktur besar
masyarakat manusia” 139 ”Pengisian struktur besar” ini akan terwujud ketika dasardasar
filosofi Masonik materialisme, humanisme, dan Darwinisme diterima
masyarakat.
Aspek paling menarik dari strategi diam-diam dan jauh ini adalah bahwa para Mason
yang melaksanakannya hampir tidak pernah mengungkapkan bahwa hal itu
dilaksanakan atas nama Masonry. Mereka melakukan pekerjaannya di bawah
berbagai identitas, judul, posisi kekuatan yang berbeda, namun mereka
menyebarkan filosofi yang mereka ambil melalui Masonry kepada masyarakat.
Seorang Imam Mason Turki, Halil Mulkus, menjelaskan ini dalam sebuah wawancara
beberapa tahun yang lalu:
Masonry sebagai Masonry tidak melakukan sesuatu pun. Masonry
menuntun pribadi-pribadi; dan pribadi-pribadi yang terlatih di sini,
serta para Mason yang berkontribusi bagi produksi perkembangan
intelektual berada pada berbagai tingkat dalam karir mereka di tempat
tinggal mereka di dunia. Mereka adalah rektor-rektor universitas,
profesor, menteri negara, dokter, kepala administrasi di rumah sakit,
pengacara, dan sebagainya. Di mana pun mereka hidup, mereka
bertekad keras untuk menyebarkan ide-ide Masonik yang telah
membentuk mereka ke tengah masyarakat. 140
Namun, ide-ide ini, yang dengan gigih dikaji dan coba diindoktrinasikan kepada
masyarakat, sebagaimana telah kita pahami pada bagian-bagian sebelumnya, tidak
lebih dari kebohongan. Filosofi Masonry berakar dari berbagai sumber seperti mitosmitos
Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Kabbalah. Dalam hasrat mereka untuk
menyampaikan mitos-mitos ini kepada masyarakat, terkemas dalam paket sains dan
logika, Mason menipu baik diri mereka maupun orang lain. Dalam era globalisasi,
inilah peran ”Freemasonry Global”.
Hasil dari kebohongan ini sangat merusak. Program menjauhkan masyarakat dari
agama yang dijalankan oleh Masonry di abad kedelapan belas dan kesembilan belas,
membangkitkan berbagai ideologi neo-pagan seperti rasisme dan fasisme, serta
ideologi sekuler dan kejam seperti komunisme. Penyebaran Darwinisme sosial
mengubah manusia menjadi hewan yang berjuang untuk keberadaannya, yang hasil
brutalnya muncul di paro kedua abad kesembilan belas dan kedua puluh. Perang
Dunia I adalah hasil karya para pemimpin Eropa yang, atas anjuran Darwin,
memandang perang dan pertumpahan darah sebagai kebutuhan biologis. Selama
perang, sepuluh juta orang mati sia-sia. Perang Dunia II yang mengikutinya, yang
menyebabkan kematian 55 juta orang, juga merupakan hasil karya totalitarianisme,
seperti fasisme dan komunisme, yang merupakan hasil dari benih sekularisme
militan yang ditaburkan oleh kaum Mason. Di seluruh penjuru dunia, selama abad
kedua puluh, semua perang, konflik, kekejaman, kesewenang-wenangan,
eksploitasi, kelaparan, dan kemerosotan moral yang destruktif, pada dasarnya
adalah produk dari berbagai filosofi dan ideologi tak beragama. (Untuk rinciannya,
lihat karya Harun Yahya, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme).
Singkatnya, filosofi Masonry telah berbuah kepahitan. Kejadiannya tidak bisa
sebaliknya sebagaimana pada hukum ilahiyah. Secara historis, orang-orang pagan
yang menolak agama Tuhan itu, dengan merujuk pada berbagai mitologi tradisional
dan agama nenek moyang mereka, menempuh jalan menuju kehancuran.
Freemasonry, sebuah pewujudan masa kini dari paganisme ini, sedang menyeret diri
mereka, dan seluruh dunia kepada jurang kebinasaan.
Oleh karena itulah umat manusia harus melindungi diri dari potensi malapetaka ini,
dengan mengatasi intimidasi dari apa dirujuk oleh Bediuzzaman Said Nursi, seorang
sarjana Islam, sebagai ”penyakit yang bernama materialisme dan naturalisme”, dan
dengan begitu mempertahankan keimanan masyarakat.
119 Neset Sirman, "Masonlugun Ilk Devirleri" (The First Periods of Masonry), Mimar Sinan, 1997, No. 104, hal.
41, (penekanan ditambahkan)
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968,
No. 7, hal. 66-67
121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)
122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik
Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215
123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69
124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry
(Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII
127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother
Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili
Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal.
19
128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent,
(http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91,
(penekanan ditambahkan)
130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent,
(http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and
Religion at Harvard, October 13, 1999
132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972
133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent,
(http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105
135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons,
HarperCollins, 1985, hal. 33
136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064
137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent,
(http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent,
(http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent,
(http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta, October 13, 1985, vol. 40, hal.
30)
VII. Kesimpulan
Masonry telah menjadi salah satu fenomena
paling menarik pada dua abad terakhir.
Dengan mudah, Masonry menarik peminat
karena karakternya yang tertutup, eksklusif,
dan mistis. Sementara itu, timbul antipati
terhadapnya; saat Masonry berupaya
mengiklankan dirinya sebagai sebuah
”lembaga amal yang tidak berbahaya”, oposisi
yang gigih pun tumbuh sebagai akibat
berbagai klaimnya yang kontradiktif.
Namun, yang semestinya dilakukan untuk
menghadapi Masonry bukanlah dengan
menjalankan agenda anti-Masonik yang
membuta, namun dengan mengkaji dan
menunjukkan ketidaksahihan dari filosofi jahat
yang dianut dan dipaksakan organisasi ini
kepada umat manusia.
Sarjana Islam yang terkemuka, Bediuzzaman
Said Nursi menguraikan dalam sebuah alinea
kerangka utama tugas ini:
Kelahiran arus tiranik filosofi naturalis dan materialis secara bertahap
akan menjadi kuat dan menyebar pada akhir zaman, melalui filosofi
materialis yang mencapai derajat pengingkaran akan Tuhan.... Cukup
jelaslah kiranya betapa bodoh lawakan dari manusia yang lemah, yang
dapat dikalahkan oleh seekor lalat dan tidak dapat menciptakan
walaupun sebuah sayap lalat, untuk mengklaim posisi ketuhanan. 141
Dengan kata lain, arus gagasan materialis yang akan muncul pada akhir zaman akan
bertindak sampai sejauh menolak keberadaan Tuhan. Sebagai jawaban, harus
ditunjukkan betapa ini merupakan ”lawakan bodoh”, dan bukti-bukti keberadaan
Tuhan sebagaimana diungkapkan di dalam Al Quran harus ditunjukkan.
Inilah cara untuk mendekati pertarungan melawan Masonry. Yang penting untuk
dilakukan adalah menggugurkan dan mengatasi filosofi Masonik. Perlu dihancurkan
pengaruh pemikiran organisasi ini, yang secara diam-diam dan dari jarak jauh
melakukan kampanye propaganda massa, dan menjauhkan manusia dari keimanan
mereka dan membawa mereka meninggalkan agama mereka kepada mitos-mitos
materialis, humanis, dan Darwinis. Apalagi, aliran ini perlu dibalikkan, dan orangorang
perlu diinformasikan tengan keberadaan Tuhan, keesaan-Nya, dan kebenaran
agama. Dan, ini harus dilakukan setidaknya setenang dan sesabar para Mason.
Seberarnya, ini bukanlah pertarungan melawan Masonry karena sasarannya juga
untuk menyelamatkan para Mason yang juga tertipu. Perintah di dalam Al Quran
kepada kaum 'Ad dan Tsamud berlaku bagi para Mason: ”Dan syaitan menjadikan
mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka
dari jalan, sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam.” (QS. Al
Ankabuut, 29: 38)
Sasarannya adalah untuk menunjukkan kebenaran kepada semua orang, termasuk
para Mason, dan menyelamatkan mereka dari kesalahan.
Sebuah ciri dari akhir zaman adalah mudahnya pertarungan ini bagi orang yang
beriman. Ini karena sains, yang telah digunakan kaum Mason untuk mendukung
filosofi mereka selama dua ratus tahun terakhir, sekarang telah berbalik menentang
mereka. Teori evolusi, yang telah memberikan dukungan bagi materialisme dan
humanisme, telah berada dalam kemerosotan tajam semenjak tahun 1970-an.
Catatan fosil dengan jelas menyangkal klaim-klaim teori ini, dengan mengungkapkan
bahwa spesies muncul secara seketika dan sudah terbentuk sempurna, tanpa ”nenek
moyang evolusioner”. Biokimia, yang mengkaji aspek-aspek halus dari makhluk
hidup, telah menunjukkan contoh-contoh menakjubkan dari perancangan yang tidak
dapat dijelaskan dengan kerangka sebab alamiah. Perbandingan genetik telah
mengungkapkan bahwa spesies yang dianggap kerabat dekat menurut ”pohon
kehidupan” Darwinis, pada kenyataannya sangat berbeda dalam susunan genetik.
Sains telah memberontak melawan teori evolusi, sebuah fakta yang tidak dapat
disembunyikan lebih jauh lagi oleh para evolusionis. Penting untuk menggunakan
bukti-bukti yang diajukan sains dan menginformasikan kepada masyarakat
ketidaksahihan filosofi materialis-humanis.
Masonry dengan berbagai metode propaganda yang efektif telah mampu sekian
lama membuat masyarakat menerima sebuah pemikiran keliru. Menjelaskan
kebenaran dan menolong manusia menerimanya jauh lebih mudah.
Ketika orang Muslim mengambil alih tugas ini, dengan izin Allah, pernyataan berikut
ini akan terwujud: ” Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.
Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati.” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 18)
Maka, abad kedua puluh satu tidak akan menjadi abad ”Freemasonry Global”
sebagaimana diharapkan oleh para Mason, namun menjadi abad moralitas Islam.
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2: 32)
141 Bediuzzaman Said Nursi, Letters, 15th Letter, The Meaning of Your Fourth Question, The Second Current
(http://www.bediuzzaman.org/letters/let15d.html)
Read More ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar