Rabu, 17 Februari 2010

PELAKSANAAN AJARAN KOMUNISME DAN PERLAWANAN UMAT BERAGAMA

PELAKSANAAN AJARAN KOMUNISME DAN KORBAN-KORBANNYA (Bagian 1)

Dalam upaya mewujudkan cita-cita komunisme, segala jalan dan cara akan ditempuh. Namun yang paling menonjol adalah jalan dan cara paksaan, kekerasan dan kekejaman. Walaupun pendekatan persuasif dan legal digunakan, cara seperti itu hanya dipakai sebagai taktik ketika keadaan kaum komunis masih lemah. Sedangkan jalan dan cara-cara utama adalah revolusi yang ditandai dengan paksaan, kekerasan dan kekejaman serta kekejian yang tiada tara.

Dalam kaitan ini Lenin pernah berkata, bahwa bila perlu untuk melaksanakan komunisme, ia tidak gentar berjalan di atas tiga puluh juta mayat orang. Katanya pula, ia pun lebih suka mendengarkan musik yang merdu, tetapi di tengah revolusi sekarang ini maka yang perlu adalah membelah tengkorak, menjalankan keganasan dan berjalan dalam lautan darah. Pada tanggal 30 November 1017, ia menulis dalam kata pengantar bukunya “Negara dan Revolusi”, bahwa ia lebih suka mengalami revolusi daripada menulis tentang itu.

Kemudian, dalam teori dan praktek Stalin nyata pula kelicikan dan kekejamannya.
Sudah terbukti bahwa ia tidak segan-segan menjalankan dan mempertahankan tindakan apapun, asal saja tindakan itu merupakan suatu langkah kearah revolusi sedunia (Dr. J. Verkuyl, Komunisme Kapitalisme dan Injil Kristus)

Bulan November 1987, surat kabat terkenal Perancis, Le Monde, menerbitkan edisi khusus tentang 70 tahun Uni Sovyet, dengan judul “Soixante-dix ans après la revolution d’ Octobre 1017-1987-L ‘URSS de Lenine a Gorgbatchev” . Dalam Le Monde edisi khusus tersebut dimuat tulisan Emmanuel Le Roy Ladurie yang memaparkan korban-korban jiwa dalam pelaksanaan komunisme di Uni Sovyet.

Menurut Emmanuel Le Roy Ladurie, DALAM Cahier du Monde russe et sovietique Vol. XVII-3 bulan Juli – September 1977 halaman 223 – 267 terdapat tulisan seorang demograf Uni Sovyet bernama Maksudov yang melukiskan kerugian jiwa manusia yang luar biasa besarnya dari pelaksanaan komunisme dalam kurun waktu empat puluh tahun. Maksudov menyebutnya sebagai kematian dini, sebelum ajal datang secara alamiah (les disparus par matur ment, avant I’ heur de la mort naturelle).

Sebab kematian yang utama adalah perang saudara dan pembunuhan politik, pembuangan ke Camp (Gulag) di Siberia, kemudian kelaparan (akibat pertanian kolektif), perang dunia dan penyakit menular.
Antara tahun 1918 – 1926, tercatat 10.3 juta orang meninggal dunia. Kemudian antara tahun 1926 – 1938 sebanyak 7,5 juta orang mati. Kemudian antara 1926 – 1938 ini termasuk di antaranya sebab kelaparan yang terjadi antara tahun 1933 – 1934 akibat diterapkannya pertanian kolektif. Sedangkan sebab-sebab lain adalah karena eksekusi (pembunuhan politik) dan terutama pembuangan ke Camp (Gulag) dan tempat-tempat lain. Antara sebab-sebab kelaparan dan sebab-sebab pembuangan dapat dikatakan perbandinagnnya 50 : 50. Adapun yang menjadi korban adalah orang dewasa dan anak-anak.

Selanjutnya pada kurun waktu 1939 – 1958, termasuk perang dunia (1939 – 1945), setelah perang di masa Stalin (1945 – 1953) dan perang pasca Stalin (1953 – 1956).
Kerugian militer akibat konflik besar tersebut sebanyak 7,5 juta orang gugur. Korban penduduk sipil akibat perang tercatat 6 sampai 8 juta orang tewas. Terakhir korban eksekusi (pembunuhan politik) dan pembuangan ke Camp (Gulag) sebanyak 9 sampai 11 juta orang meninggal dunia.

Jumlah seluruhnya selama empat puluh tahun penerapan komunisme di Uni Sovyet telah menelan korban antara 42,3 sampai 44,3 juta jiwa. Belum terhitung akibat-akbat lain pada masa perang, yaitu tindakan brutal jenderal dictator (dictateur–generalissime)

Stalin sendiri dianggap bertanggung jawab atas matinya 175 juta orang akibat Gulag dan lainnya, yaitu 7,5 juta orang antara tahun 1926 – 1939, dan 9 sampai 11 juta orang antara tahun 1939 sampai ia menghembuskan nafasnya yang penghabisan pada tahun 1953. Perlu dicatat bahwa antara tahun 1939 – 1958 yang juga masih dalam masa Stalin (atau pengaruh Stalin) lebih banyak korban jiwa dibandingkan kurun waktu antara 1926 – 1938.

Akhirnya jika dihitung seara keseluruhan, maka korban jiwa akibat penerapan komunisme di Uni Sovyet ini diperkirakan mencapai 60 juta orang. Dapat dikatakan suatu pembunuhan yang luar biasa terjadi di Uni Sovyet (Emmanuel Le Roy Ladurie, Le Stalinisme serait responsible de 17,5 millions de mort, dalam Soixante-dix ans après la revolution d’octobre 1017-1087 – L ‘ URSS de Lenne a Gorbatchev, “Le Monde” (Numero special), Nopember 1987.)

Dengan memperhatikan korban-korban tersebut, apa yang dikatakan Lenin bukan hanya sekedar ucapan kosong, melainkan suatu tekad yang sungguh-sungguh dilaksanakan demi cita-cita komunisme. Belum lagi korban-korban pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang komunis di negara-negara lain, seperti RRC, Kambodja masa Pol Pot dengan Khmer Merahnya yang terkenal dengan The Killing Fields-nya serta negara komunis lain, termasuk korban PKI di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar