Rabu, 28 Juli 2010

"KOMUNISME INTERNASIONAL DAN UPAYA MEMBANGKITKAN KEMBALI KOMUNISME DI INDONESIA "(Bagian.3)

KOMUNIS TERUS MELAKUKAN GERPOL DAN PROVOKASI


Di awal era Perang Dingin antara sistem Kapitalis (baca: Amerika Serikat) dan sistem Komunis
(Uni Soviet, RRC dan satelitnya), Menlu AS pernah menyatakan bahwa "The main battlefield against Communism is in the kitchen." Ditengarai bahwa kemiskinan dapat menjadi
lahan subur bagi tumbuhnya Komunisme. Paham Komunisme/Marxisme tidak laku di tengah rakyat yang serba cukup dan pemerintah yang "adil".

Di negara sebebas Amerika Serkat jumlah orang Komunis dilaporkan Badan Investigasi Federal (FBI) s/d 1990-an awal tidak lebih dari 2000 orang. Pada masa itu tercatat jumlah tunawisma ("homeless") mencapai sekitar 37 juta orang.
Di Eropa Barat, setelah Komunis Uni Soviet ambruk, ditengarai bahwa badan Amnesty Internasional disusupi juga oleh sekelompok orang-orang "New Left" yang berorientasi Sosialis komunis (Stalinis). Beberapa tahun yang lalu ditengarai ada seorang anggota DPRD di Yogyakarta, dari fraksi satu parpol
besar, berindikasi "merah".

Maret yang lalu Harian REPUBLIKA mengutip penilaian seorang pemerhati, bahwa aksi penebangan hutan di Kabupaten Gunung Kidul berpola ciri khas aksi sepihak PKI selama periode 1960-an pra Gerakan Dewan Revolusi PKI.
Ketika pada tahun 1992 penulis mengantar kawan ke Panggang, Gunung Kidul, penduduk setempat melaporkan adanya kegiatan kelompok "Islam" aneh di sana. Mereka shalat tanpa berwudlu dan tidak mau berasosiasi dengan muslim setempat. Desa kelompok aneh itu pada dekade 1960-an dikenal sebagai
sebagai basis kuat PKI. Seorang anggota jemaah aneh itu rutin pergi ke Jakarta naik bis malam untuk
mengambil dana dari sponsornya di Jakarta?

Beberapa hari setelah kerusuhan Mei 1998 di Jabotabek, seorang tokoh buruh yang oleh sebuah majalah mingguan terkenal ditengarai berayah tokoh BTI di Sumatera, menyatakan bahwa kerusuhan berdarah itu diotaki oleh kelompok Islam. Tokoh yang asal ngomong alias ngawur ini, yang kalau mengenakan peci berpenampilan mirip pentolan PKI Muso, buru-buru meminta maaf ketika pernyataan ngawurnya itu mengakibatkan kelompok muslim bereaksi sangat keras.

Kelompok ini mengungkapkan "dossier" (data lengkap profil jati diri) tokoh sosialis kiri ini, yang diyakini pernah mencoba "menghilangkan jejak" latar belakang "merahnya", antara lain dengan mengubah (baca: memalsukanjatidirinya (identitas diri)).

AWAL KEBANGKITAN SISA-SISA KOMUNIS

Inilah awal kebangkitan sisa-sisa dan simpatisan serta anak-cucu-keponakan mantan tokoh PKI. Seorang saksi yang kebetulan juga putera mantan Pejuang Perang Kemerdekaan (T.P.), dalam perjalanan ke Jakarta dengan KA malam berdialog dengan beberapa mahasiswa. Kelompok kecil mahasiswa itu turun di stasiun Cirebon, dan menghilang ditelan kegelapan malam. Salah satu dari generasi muda keblinger itu menyatakan, bahwa terpuruknya bangsa ini hanya dapat diselesaikan melalui revolusi, yaitu dengan menghancurkan seluruh sarana dan prasarana ekonomi, agar seluruh komponen masyarakat melarat untuk bersama-sama memulai dari nol lagi. Indikasi ke arah itu, yaitu
kebangkitan PKI gaya baru bukan isapan jempol belaka.

Lengsernya Soeharto, dan otomatis ambruknya rejim Orba, dijadikan momentum bagi upaya tersebut, berbagai modus operandi digelar. Sebuah kelompok mantan pentolan orsospol PKI, GERWANI, dan mantan pentolan LEKRA Pramoedya Anantatoer, di awal era reformasi yang lalu membentuk tim pencari fakta atas korban pemberontakan Dewan Revolusi PKI (tentunya yang dihitung hanya yang berasal dari kelompok mereka sendiri). Silahkan dicermati, tokoh non-muslim dan non-Komunis mana yang telah memberikan
dukungan.

Di era Demokrasi Terpimpin dan NASAKOM tokoh LEKRA itu bersama komplotannya melancarkan teror politik / kebudayaan terhadap lawan lawan politiknya. Banyak tokoh cendikiawan muslim (terutama Masyumi) dipenjarakan rejim Orla yang didominasi PKI.

CGMI, organisasi mahasiswa Komunis, meneror HMI. PKI membujuk Bung Karno agar membubarkan HMI, sebab HMI menentang pemberian gelar kehormatan doktor oleh
Soekarno kepada PM Kruschev.

Akibat agitasi dan provokasi LEKRA, Buya HAMKA dipenjara oleh rejim Orla. Posisi Pramoedya di atas angin selama Orla, dipaparkan budayawan Taufik Ismail dalam MARXISME KEMBALI DIGANDRUNGI kaum muda (majalah HIDAYATULLAH Edisi 06/Th. VIII Oktober 1995).

Sementara itu Kolonel (Purn) Latief, setelah dibebaskan dari L.P. Cipinang, menggelar opsus penyesatan ("red flag operation") tentang Gerakan Dewan Revolusi PKI. Kolonel PKI itu telah sengaja menjungkir-balikkan dan memelintir fakta sejarah hitam PKI. Maling teriak maling, buruk muka cermin
dibelah, adalah ciri khas orang orang Komunis dan munafik.

Disayangkan, kelompok wartawan muda yang buta sejarah kekejian PKI - sebab rata-rata generasi kelahiran paska 1970-an - tidak mau bersusah payah menelusuri kiprah Kolonel PKI itu dalam Pemberontakan Madiun September 1948 yang diotaki FDR/PKI di bawah pimpinan Muso. Pernyataan dan pemutarbalikan fakta (sejarah) hitam PKI oleh Kolonel Latief, ditelan mentah-mentah kelompok wartawan muda sekuler dan berkualitas amatiran. Kolonel Latief berapologia bahwa ia telah dijebak Pamen TNI-AD binaan PKI, Kolonel (Cakrabirawa) Oentoeng. Ia menepis anggapan bahwa dia seorang "diehard Communist". Kolonel (Purn) Latief telah melakukan upaya maling teriak maling!

Beberapa saksi sejarah yang juga mantan TNI Tentara Pelajar BRIGADE 17 mengetahui bahwa dalam Clash I dan Clash II di Yogyakarta, Kolonel Latief waktu itu perwira dalam "Kompi Merah" di Sektor Barat Yogya. Kompi itu bagian dari Batalyon "merah" pendukung Front Demokrasi Rakyat (FDR/PKI) dalam Pemberontakan Madiun 1948.

Kesibukan kalangan TNI waktu itu menghadapi musuh utama, Belanda, menyebabkan TNI tidak sempat melakukan "bersih lingkungan" terhadap unsur militer pro FDR/PKI di Madiun. Termasuk perwira Latief yang karier militernya melejit (disusupkan PKI), sampai ke kesatuan elit Cakrabirawa pengawal Presiden Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar