Rabu, 28 Juli 2010

WAJAH GERAKAN KOMUNISME DI INDONESIA

Pada tahun-tahun yg lalu, peringatan tentang adanya bahaya laten komunis ini sering ditanggapi dingin, bahkan sinis oleh banyak pihak. Hal ini akibat mudahnya Pemerintah Orde Baru memberikan "CAP KOMUNIS" atau "PKI" terhadap tokoh atau kelompok radikal - apalagi yg dianggap menentang pemerintah - maka setiap peringatan atau perbincangan tentang adanya bahaya laten komunis selalu ditanggapi dengan sikap "sinis" bahkan dipandang "mengada-ada", juga dianggap sebagai dalih saja utk mengalihkan perhatian masyarakat dari suatu masalah yang sedang menjadi sorotan publik / masyarakat atau mencari 'kambing hitam' (tajuk, Suara Pembaharuan, Edisi 7 Agustus 1996).

Padahal ikhwal bahaya latent komunis tidaklah main-main karena SEBAGAI IDEOLOGI. KOMUNISME TIDAK AKAN PERNAH MATIi. Paling-paling, kata Prof. Geoffrey B. Bainsworth, "HANYA TIDUR ATAU SEKARAT TAPI TIDAK AKAN MATI !".

Apalagi komunisme, disamping suatu ideologi yg tidak akan pernah mati - juga merupakan gerakan internasional yg menggunakan "dua wajah" yakni legal dan illegal, gerakan bawah tanah.

Last but not least, di Indonesia, Partai Komunis Indonesia (PKI) - yang pada pemilu I tahun 1955 berhasil tampil sebagai "empat besar" bersama PNI, Masyumi, dan NU adalah partai komunis terbesar di dunia, di luar Uni Sovyet dan RRC, sebagaimana dikatakan oleh Arnold C. Brackmann dalam bukunya Indonesian Communism: A History 1963: Is the largest in the world outside the sino-Sovyet Block ! Jadi, logikanya mungkin kalau PKI tidak ingin comeback, walaupun dengan gaya dan bentuk lain.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa letak kekuatan komunis sehingga akan selalu menjadi latent adalah :

pertama : komunis adalah suatu ideologi, dan karena itu tidak akan pernah mati ;

kedua : komunisme adalah suatu gerakan internasional yang mempunyai jaringan di seluruh dunia ;

ketiga : komunisme adalah gerakan yang berwajah "ganda", yakni legal dan illegal (gerakan bawah tanah), yang populer dengan sebutan "PKI siang dan PKI malam" ;

keempat : dalam mencapai tujuannya, komunis menggunakan cara kekerasan dan "menghalalkan segala cara" (het doe / heigh de middeles) ;

kelima : mahir dalam taktik dan sistem pendidikan kader di dalam dan luar negeri, sehingga mahir pula memanfaatkan orang lain, dan orang lan yang mudah dimanfatkan inilah yang dalam terminologi komunis disebut "orang-orang tolol berguna" (the fellow traveller) orang-orang dengan kategori inilah yang akan selalu selalu dimanfaatkan dan dijadikan perisai sebagai martir dalam gerakan komunis.

Dengan demikian, komunisme adalah ibarat ilalang setiap kali dibabat akan tumbuh lagi - sehingga perlu dibabat sampai ke akar-akarnya.

Tak syak lagi bahwa komunisme masih tetap dan akan terus merupakan bahaya latent sebab menurut para eks tapol PKI sendiri, sekarang ini PKI masih punya banyak kader. Sekalipun secara fisik sudah mati namun secara ideologi tak akan pernah mati, karena "memiliki kaki untuk berjalan kemana-mana"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar